TIGA

1.3K 110 8
                                    


.....

Hari ini adalah hari yang sangat Rara tunggu-tunggu, yaitu hari kepulangannya ke Jakarta untuk membuka lembar baru bersama si kecil yang masih tumbuh dalam perutnya.

Sudah tidak ada rasa sedih, sudah tidak ada rasa sakit hati, semua lenypa berkat pemikiran, kalau si kecil yang ada dalam perutnya akan menjadi sumber bahagianya di dunia ini. Kalau si kecil akan menemaninya dalam suka dan duka. Kalau si kecil akan memberikan cinta dan kasih sayang untuknya. Sehingga dia tidak perlu cinta dari siapapun terutama Arez. Arez yang nanti, akan Rara berikan pelajaran, kalau apa yang sudah dia lakukan pada kakak si kecil salah. Dan si kecil inilah yang akan membuat hancur Arez nanti. Nggak salah kan, Rara ingin balas dendam menggunakan si kecil untuk kematian dua anak-anaknya karena Arez? Nggak salah. Jawab batin Rara sendiri.

Arez? Rara sudah tidak peduli sama laki-laki bajingan itu. Kali ini, wanita  itu sudah benar-benar sadar, betapa bodoh dia selama ini. Tapi, Rara sudah berjanji, jangan ada hal yang tak penting yang  di pikirkan lagi. Yang di sesalkan lagi.  Masa lalu tolol, betapa bodoh dirinya bahkan  4 bulan berlalu harus dia buang jauh-jauh. Demi kewarasannya, demi kesehatan dan tumbuh kembang yang baik si kecil dalam perutnya.

Saking tak sabaranya Rara untuk menyelesaikan segalanya dengan Arez. Ingin melihat kedua orang tuanya yang akan dia tinggalkan dengan kejam. Rara bangun subuh-subuh,  yaitu sebelum Azan subuh.

Untung dia mendapat penerbangan pertama, sehingga dari Bandung menuju Jakarta, pukul 8 pagi, dia sudah tiba di bandara yang ada di Jakarta, dan pukul  8 lewat 30 menit dia sudah ada di rumah.

Dia naik taksi, tanpa memberi tahu, kalau dia akan pulang dari Bandung. Melihat dirinya, mama  yang belum pergi kerja sangat terkejut. Sedikit memarahinya dengan ekspresi gemas, kenapa tidak memberitahu perihal kepulangannya.

Dia  sudah minta maaf, mama memaafkan. Mama juga, tadi 4 jam yang lalu, langsung telpon papa agar segera pulang ke rumah. Sayang, papa tidak bisa datang, dan Rara tak masalah. Yang penting papa baik-baik saja. Urusan kerjanya lancar. Mereka bisa bertemu, mengobrol nanti malam, papa pulang jam setengah 6. Suka-suka sih, karena penerbitan besar itu miliknya. Tapi, papanya adalah sosok yang disiplin.

Setelah melepas rindu, setelah dia makan walau dia tak nafsu, tapi tidak tega menolak mamanya. Rara makan. Setelah makan, dia mandi, dan mama menyuruh dia istrahat.

Sempat Rara tolak usulan mamanya. Dia tidak sabar ingin bertemu Arez. Agar semuanya jelas. Tapi, setelah dia ingat ada bayi dalam perutnya. Rara pada akhirnya menurut .

Dia istrahat, tapi malah kebablalasan. Dia tidur selama hampir 4 jam.

Dia bangun dengan kepala agak pusing, langsung mandi, dan saat ini sudah rapi, ingin meminta ijin pada mama untuk bertemu Arez.

Sekali lagi,   Rara mematut dirinya di depan cermin riasnya.

"Cantik, kamu cantik, Rara. "Bisik wanita itu lirih. Mengelus lembut pipinya yang terasa lembut dan agak montok. Arez benar-benar buta selama ini.  Fisiknya menawan. Cintanya untuk laki-laki itu besar dan tulus. Dia selalu patuh. Tapi, itu sema sepertinya belum cukup untuk seorang bajingan tengik macam  Arez.

Pipi Rara agak montok.
Wajar montok. Nafsu makannya naik tajam seminggu belakangan ini. Yang Rara tebak, ini pasti bawaan bayinya.
Bayinya yang ketiga sangat baik dan pengertian.

Tak masalah dia ngidan ingin makan terus, dari pada bawaan bayinya mual-mual. Lebih baik nafsu makan tinggi dari pada dia mabuk seprrti kehamilan pertama dan keduanya.

"Tolong jadi anak baik, ya. Untuk dua hari ini saja. Di saat kita sudah berada di tempat baru, rumah baru  kita, kamu jungkir balik, di dalam perut mama, tak masalah sayang."bujuk Rara lembut sembari memberi elusan penuh kasih sayang pada perutnya yang masih rata.  Ya, semoga dia tidak mual, pucat, yang menunjuukkan  dia hamil pada orang tuanya terutama saat bertemu Arez nanti.

Another BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang