EMPAT

1.3K 119 8
                                    

Hari ini, suasana jalan sangat ramai, macet, membuat Rara terjebak lumayan lama dalam taksi.

Andai dia pakai motor tadi, pasti 30 menit, dia sudah tiba di rumah sakit tempat nenek Arez di rawat.

Wanita itu hampir memakai motor, tapi di saat dia ingat. Dalam dirinya ada anaknya yang sedang tumbuh, urung dia lakukan. Resiko keguguran karena naik motor besar. Dia jatuh pelan saja, itu bahaya untuk  janinnya.

1 jam 30 menit, baru lah Rara tiba di rumah sakit. Dengan perasaan mabuk dan mual.

Wajah sedikit pucat, kaki gemetar. Hal ini, membuat Rara tidak berani langsung menemui Arez.

Wanita muda itu, pertama-tama, dia mencari toilet untuk merapikan penampilannya, untuk muntah sepuasnya yang utama agar dia tidak ingin muntah atau mual di depan Arez.

Arez yang jangan sampai tahu, kalau dia tengah hamil saat ini. Laki-laki itu boleh tahu, setelah laki-laki itu mengatakan akan menikahinya dalam waktu dekat. Atau bahkan yang lebih baik, agar tidak ada masalah dan bahaya untuk calon anaknya. Dia akan mengatakan, kalau dia hamil setelah Arez sudah menikahinya. Kehamilannya di ketahui terlebih dahulu oleh seluruh keluarganya. Agar Arez tidak bisa macam-macam.

Bajingan. Umpat batin Rara pada Arez.

Apabila dia menolak, menikahinya. Maka, langkah yang akan dia lakukan besok, menarik seluruh tabungan Arez, memasukan beberapa barang kesayangannya ke dalam tas untuk dia bawa ke rumah dan negara barunya.

Ya, bahkan entah siang atau sore, Rara akan langsung pergi, menghilang dari semua orang.

Rara menyeka mulutnya, sialan. Tidak ada cairan apapun yang keluar dari mulutnya. Hanya perasaan mual saja, tapi syukurnya rasa mual dan muntahnya sudah sedikit reda saat ini.

"Ouh, Nak. Tolong, jangan... jangan repotkan mama untuk hari ini saja. Jangan buat mama mual, nanti semua rencana mama gagal, Nak. Bahkan kamu bisa tiada apabila ayahmu tahu, kalau kamu ada dalam perut mama saat ini,"Bujuk Rara penuh mohon, dan iba pada anaknya. Tangannya mengelus penuh kasih dan cinta. Berharap bujukannya, bisikan hatinya di dalam sana tersampai pada anaknya, dan anaknya dengan baik hati, menurutinya, agar jangan rewel hari ini dan besok. Cukup dua hari itu saja. Nanti, di saat dia sudah pergi jauh dari sini, muntah selama 24 jam pun Rara sanggup, demi anaknya.

Agar wajahnya tidak kelihatan pucat, rara merogoh bedak dan pelembab bibir dalam tasnya. Butuh waktu dua menit untuk merias wajahnya menjadi seger, dan sudah selesai, bersamaan dengan rasa mual dan ingin muntahnya yang sudah hilang entah kemana, tidak dia rasakan lagi saat ini.

"Mari kita bertemu papamu, ingat. Jangan nakal. Jangan membuat papa jahatmu curiga bahkan  tahu, kalau saat ini, kamu ada dalam perut mama..."Rara kali ini, mengancam anaknya dengan nada tegas dan dingin.

Lalu, wanita itu dengan hati mantap dan jantung  yang berdebar menggila di dalam sana. Mulai melangkah meninggalkan kamar mandi. Akan menumui Arez di lantai 4 rumah sakit ini.

Apapun pilihan dan keputusan Arez nanti. Jangan terlalu sedih dan bahagia Rara. Kamu harus biasa saja. Bukan kah, anakmu lah yang sudah menjadi pusat bahagia dan sedihmu di dunia ini?

***

Rara yang hampir mengetuk pintu kamar perawatan nenek Arez, urung di saat pintu di depannya lebih dulu di buka oleh orang dari dalam.

Rara membeku, di saat dia melihat orang yang membuka pintu adalah Arez.  Arez yang sangat terkejut, dan reflek menarik tangan Rara menjauh dari ruangan neneknya,  tingkah Arez seakan pria itu tidak mau neneknya sampai bertemu Rara. Hal ini, membuat perasaan Rara tidak enak dan merasa ganjil.

Another BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang