3. Mengukir Langkah Kesembuhan.

2.8K 188 7
                                    

"Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, kondisi Juna pasca kecelakaan sangat kompleks. Terdapat kerusakan lumayan parah pada area tulang belakang, dan juga cedera otak akibat benturan keras yang menyebabkan salah satu bagian otak yang terhubung dengan kaki mengalami kerusakan."

"Saya juga telah melihat hasil CT scan saat di rumah sakit. Hasilnya menunjukkan bahwa kaki Juna tidak bisa berfungsi kembali. Saya mengerti bahwa ini adalah berita yang sulit untuk diterima, dan saya sangat menyesal harus menyampaikan ini. Selain itu, keadaannya juga menjadi sangat rentan, sehingga perawatan yang ketat harus dijaga dengan baik. Selain luka fisik, kondisi psikis Juna juga harus diperhatikan lebih lanjut."

Setelah kata-kata dokter terlontar, ruangan terasa semakin berat. Adrian dan anak-anaknya saling pandang, ekspresi bingung dan sedih tergambar jelas di wajah-wajah mereka. Semua rencana yang pernah mereka buat tiba-tiba terasa hancur, seperti sebuah kastil pasir yang dihantam ombak.

Mereka akan membutuhkan waktu untuk meresapi berita ini, untuk mencerna arti dari apa yang baru saja mereka dengar.

Adrian mengangguk, mencoba menenangkan dirinya dengan memegang tangan Juna dengan lembut. Dia merasakan kehangatan tangan anaknya, mencari dukungan dan ketenangan dalam sentuhan itu. Meski hatinya dipenuhi kekhawatiran, dia berusaha menguatkan diri untuk menghadapi kenyataan yang sulit ini.

"Dalam minggu-minggu mendatang, kita akan mengatur serangkaian perawatan yang intensif untuk Juna. Ada beberapa tes tambahan yang perlu dilakukan untuk memahami kondisi tubuhnya secara lebih mendalam. Berdasarkan hasil tes tersebut, kita akan merancang rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan Juna," papar Dokter yang bernama Agnes dengan sabar.

"Proses pemulihan akan memerlukan waktu dan dedikasi dari semua orang yang terlibat. Kami akan bekerja sama dengan tim medis dan terapis untuk membantu Juna melewati setiap tahapan ini."

"Yang paling penting saat ini adalah memberikan perawatan yang terbaik untuk Juna dan memberinya dukungan penuh selama proses pemulihan. Kita semua akan bersama dalam perjalanan ini," sambungnya, dengan harapan bahwa Juna akan mendapatkan dukungan yang kuat dalam mengatasi tantangan ini.

Arzan, yang tak jauh dari tempat Juna berbaring, merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat mendengar penjelasan dokter. Ia mencoba memahami kata-kata yang diucapkan, tetapi rasa cemas dan kekhawatirannya semakin terasa.

Matanya menatap Juna dengan campuran perasaan khawatir dan berharap, berharap bahwa saudaranya bisa melewati semua ini dengan kekuatan yang dimilikinya.

"Tapi masih bisa pulih, kan, dok?" Tanyanya dan dijawab anggukan oleh Agnes.

"Bisa, Arzan... Meskipun prosesnya mungkin memakan waktu dan perlu usaha keras, tetapi dengan terapi fisik dan rehabilitasi yang tepat, Juna memiliki peluang untuk pulih secara bertahap. Nanti kita semua akan bantu," ucapnya sambil melihat ke arah Juna yang masih berbaring di tempat tidur, mencoba memberikan semangat pada saudara kembar itu.

Juna memandang mereka dengan lemah, matanya terbuka hanya setengah dan ekspresinya mencerminkan kelelahan yang begitu dalam.

Ghali mendekat ke arah Juna kemudian mengusap kening itu dengan pelan dan penuh rasa sayang.

"Kira-kira udah bisa diajak ngobrol atau ngomong, gak, Dok?"

Dokter berbicara dengan lembut, memahami kekhawatiran Ghali. Dia menjawab, "Dalam kondisi ini, Juna mungkin masih sulit untuk berbicara dengan lancar. Proses pemulihannya akan berlangsung secara bertahap, jadi kita harus memberinya waktu untuk pulih lebih dulu."

"Sabar dong, Ghal. Orang baru bangun dari koma mau lu ajak ngobrol masalah kehidupan. Aneh!" Celetuk Galen dengan singkat membuat Ghali terkekeh hambar.

Para Pejuang 2Where stories live. Discover now