Hidup Sebagai Bayangan

200 20 5
                                    

Beberapa jam sudah berlalu...

Setelah membeli buah-buahan Selena kembali ke ruangan tempat dimana Jihan dirawat.

Saat masuk ruangan itu dia sangatt bahagia, melihat Jihan yang ternyata sudah sadar.

Jihan tengah berdiri didekat jendela dengan memegang tiang infus di sampingnya.

Selena segera meletakkan buah yang ia beli dimeja dan memanggilnya dengan wajah bahagianya.

"Jihann..."

Jihan membalik tubuhnya. Selena segera menghampirinya dan memeluknya.

"Aku sangatt bahagia melihat kamu sudah sadar."

Jihan tidak menunjukkan reaksi apapun. Tapi dia juga tidak menyangkal apa yang dilakukan Selena.

Selena melepas pelukannya dan memegang kedua bahunya kemudian menatapnya meski Jihan tidak menatapnya kembali.

"Bagaimana keadaanmu? apa sudah lebih baik? dan apa perlu aku panggilkan dokter?."

Terlihat sekali betapa dia mengkhawatirkannya. Tapi Jihan tidak menjawab pertanyaannya satupun, dia malah mengatakan hal lain dengan ekspresi datarnya.

"Kenapa kamu menyelamatkanku? seharusnya biarkan aku mati."

"Apa yang kamu katakan?, kamu tidak boleh mengatakan itu dan bagaimana mungkin aku membiarkanmu mati, bahkan aku tidak ingin kamu terluka sedikitpun."

Tiba-tiba air mata Jihan menetes, Selena dengan segera menghapusnya.

"Kenapa kamu menangiss..., lebih baik sekarang kamu istirahat, kamu belum sepenuhnya pulih."

Selena merangkulnya dan membiarkannya istirahat.

Aneh sekali Jihan tidak menolaknya. Whyy!?, apa hari itu dia mendengar semua perkataannya?.

"Apa kamu lapar? apa yang ingin kamu makan?."

"Aku tidak lapar."

Baru saja Jihan mengatakan itu, tiba-tiba perutnya berbunyi.

Selena ingin tertawa tapi dia menahannya, dan Jihan terlihatt malu.

"Sepertinya kamu harus makan..."

Selena sedikit tertawa dia tidak bisa menahannya lagi.

"Memalukan sekali." Jihan memanglingkan wajahnya ke arah lain dan tersenyum malu.

"Sepertinya kamu tersenyum, sudah lama sekali aku tidak melihatmu tersenyum."

"Tidak, kamu pasti salah lihatt."

Meski Jihan berkata seperti itu tapi dia tidak bisa membohonginya.

"Kamu mau makan apa? katakan apapun itu, aku akan membelinya."

Jihan kemudian duduk, dia tidak meminta hal lain, dia memakan buah yang tadi dibeli oleh Selena dan tentu saja Selena menyuapinya tapi Jihan membiarkannya.

____________________________

Malam Hari

Malam itu Jihan memutuskan pulang meski Selena melarangnya.

Mereka sudah berada diluar rumah sakit.

"Apa kamu yakin sudah baik-baik saja."

"Kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja."

"Apa perlu aku panggilkan taxi?."

"Tidak perlu, rumahku dekatt dari sini."

"Kalo begitu biarkan aku mengantarmu pulang."

SELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang