[ SEBELUM MEMBACA BUDAYA KAN VOTE TERLEBIH DAHULU ✓ ]
•••
"Mbak bangun, sudah sampai." Suara di sertai tepukan halus di pundak membangunkan ku.
"Hah? Sudah sampai? Sampai mana Mas?" Tanyaku pada lelaki yang tadi membangunkan ku.
"Di terminal Subang mbak." Jawabnya sambil menggendong tas ranselnya lalu berdiri dan hendak berjalan keluar dari Bis.
"Subang? Daerah mana ini?" Batinku.
Aku bangun, menggendong tas ranselku lalu berlari mengejarnya.
"Mas tunggu!" Panggilku pada lelaki itu.
Dia berbalik dan menengok ke arahku.
"Ada apa?" Tanyanya bingung.
Aku menggeleng. Aku pun tak mengerti kenapa bisa aku memanggilnya.
Dia menggeleng heran, lalu melanjutkan langkahnya, aku pun mengekori di belakang.
Dia berjalan menuju sebuah warung makan, masuk lalu memesan makanan. Aku mengikuti apa yang dia lakukan.
"Mau pesen apa neng?" Tanya Ibu pemilik warung padaku.
"Hmm ... Ayam goreng, balado kentang, sama soto ayam, ya, Bu." pesanku. Ibu itu mengangguk lalu mempersiapkan pesananku.
Lelaki itu tampak asik menikmati makanannya tanpa memperdulikan keberadaanku.
Selesai makan, ia langsung beranjak pergi. Aku pun segera menyudahi makanku lalu kembali mengikutinya.
Ia berhenti tiba-tiba.
Brukk!
aku menabrak belakang tubuh lelaki itu.
"Kalo mau berenti bilang-bilang dong Mas. Kan aku jadi nabrak." Protesku.
Ia berbalik menatapku.
"Kamu ngapain dari tadi ngikutin Saya terus?" Tanyanya dengan logat khas sunda.
"Hmm ... Aku ... Aku, aku bingung mau kemana." Jawabku gugup.
Dia menatapku aneh.
"Pergi kok ga ada tujuan? Aneh!" Ucapnya geleng-geleng kepala, lalu kembali berjalan. Aku kembali mengikuti langkahnya.
Ia kembali berhenti, lalu menatapku.
"Kamu ngapain masih ngikutin Saya?" Tanyanya tak suka.
"Ma ... maafkan aku Mas? Aku benar-benar ga tau ini dimana, dan gak tau mau kemana?" Jawabku jujur
Ia membuang nafas berat.
"Terus kenapa kamu bisa berada disini?"
"Aku tadi asal naik bis, fikiranku buntu. Aku hanya mengikuti kemana kakiku ini melangkah membawaku." Jawabku lagi.
"Kenapa gak pulang lagi aja ke tempatmu? Naik bis yang sama." Sarannya. Aku menggeleng, airmata jatuh menetes.
"Kok, malah nangis sih?"
"Aku ... Aku di usir dari rumah, dan gak tau mau kemana." Jawabku menunduk
"Di usir? Bagaimana bisa?"
"Aku ... Aku hamil, dan pacarku menghilang. Ia lari dari tanggung jawab." Jawabku sambil menangis.
"A ... Apa? Ha ... Hamil?" Tanyanya terkejut.
"Tolong aku Mas. Aku gak tau harus kemana lagi? Aku bingung. Semua membuangku, tak ada lagi yang mau menerimaku." Aku semakin terisak.
"Astaga ... Kasian sekali hidupmu. Makanya jadi perempuan tuh jangan mudah lemah sama rayuan lelaki." Ucapnya.
Aku semakin terisak.
"Udah dong jangan nangis kayak gitu, entar di kira orang saya ngapa-ngapain kamu lagi."
"Tolong bantu aku mas? Aku takut di jalan tanpa tujuan." Pintaku.
"Maaf saya gak bisa. Apalagi kamu lagi hamil seperti ini. Nanti di kira saya lagi yang ngehamilin kamu." Jawabnya lalu pergi dari hadapanku yang kini terduduk menangis.
"Mas, kok pacarnya di tinggalin gitu aja sih? Kalo ada masalah itu di selesaikan, bukan di tinggalin. Gak kasian apa dia nangis kayak gitu?" Terdengar suara seorang perempuan menegur lelaki itu.
"Pacar? Dia bukan pacar saya Bu." Jawabnya.
"Ah ... Dasar kamu, lelaki tak bertanggung jawab. Tega-teganya ngebiarin perempuan nangis kayak gitu, main tinggal pergi aja."
"Iya, ya. Tega amat jadi lelaki. Gak punya perasaan." Timpal yang lainnya.
Lelaki itu nampak kesal di tuduh oleh mereka. Ia berjalan kembali menghampiriku.
"Ayok, buruan bangun!" Titahnya.
Aku mendongakkan wajah ke arahnya.
"Ayok buruan pergi!" Ucapnya dingin
Aku mengangguk lalu berdiri, berjalan mengikutinya seperti tadi.
Dia mengajakku duduk di bangku tak jauh dari terminal.
"Saya juga gak tau harus bawa kamu kemana? Karena saya bukanlah orang kaya, rumah saya hanya gubuk kecil. Tapi apa boleh buat, sementara kamu ikut saja tinggal di rumah. Nanti besok kita pikirkan lagi kamu harus kemana. Biar nanti saya coba bicarakan sama Emak dan adik Saya." Ucapnya dengan Pandangan lurus ke depan tanpa menatapku.
"Te ... Terima kasih banyak Mas. Maaf jika aku merepotkanmu." Ucapku.
"Saya terpaksa. Karena saya gak mau di bilang lelaki jahat seperti yang ibu-ibu tadi bilang. Dan saya juga gak tega ngebiarin kamu di jalanan tanpa tujuan. Jadi ya mau gak mau saya harus bawa kamu ke rumah, karena saya ga punya tempat lain selain disana." Ujarnya
•••
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Jodohku [ END✓ ]
Teen FictionPikiran kalut yang dirasakan oleh Amira membuat dirinya asal masuk bis, entah kemana tujuan langkah yang akan membawanya, Amira sendiri pun tak tahu akan hal itu. Berada di kota asing membuat Amira tak memiliki tempat dan tujuan untuk melindungi dir...