Bab 6 - Hari H Pernikahan

396 73 1
                                    

Happy Reading

•••

"Tapi Kasian Kang Asep Mak, masa depan Kang Asep masih panjang, dia berhak bahagia. Biarlah Ami kembali ke Jakarta, cari tempat disana." Ujar Ami lagi.

"Gak usah. Kamu tetap disini! Saya akan nikahin kamu, jadi kamu gak perlu kemana mana." Ujar Asep yang membuat emak dan Asti tersenyum senang dengan keputusan nya. Sedang Amira terkejut bukan main.

"Mmm ... Maksud kang Asep?" Tanya Amira bingung.

"Ya, kita akan menikah, secara siri saja. Saya cuma mau menjaga keluarga saya. Kasian emak kalo sampe dapet omongan tetangga." Ujar Asep

Amira hanya diam tak menyahut.

"Gimana kamu setuju gak Amira?" Tanya Asep

"I-Iya, Kang. Aku setuju. Tapi bagaimana dengan wali nikahnya? Papa aku pasti tak akan mau." Ujar Amira sambil menunduk sedih.

"Iya, walinya gimana Mak?" Tanya Asep pada emak.

"Saudara papa neng Ami yang cowok ada gak? Coba ngomong dulu neng, siapa tau ada yang mau bantu." Usul emak.

Ami coba memikirkan siapa kira-kira yang akan di mintakan tolong menjadi walinya.

"Ami coba telepon Om dulu ya Mak, mudah-mudahan Om Ami mau datang kesini." Ujar Ami, di Jawab anggukan oleh emak

"Terus kira-kira kapan rencananya Mak?" Tanya Asep.

"Lebih cepat lebih baik. Besok malam aja, nikahnya di rumah Mang Usman aja di tambak, jangan disini. Nanti emak minta mamang kamu jemput kesini pake angkotnya biar gak ada yang liat." Jawab emak.

"Baik, Mak. Asep ikut gimana baiknya emak aja." jawab Asep pasrah.

"Amira juga ikut aja mak, minta alamat lengkapnya aja, biar nanti Ami bilang ke Om."

"Nanti Asti suruh tulis alamatnya aja neng Ami, dia tau kok." Ujar Emak

"Baik, Mak."

•••

Amira gelisah, sudah lima kali dia menghubungi Om nya, Dedi namun belum juga di angkat. Hingga pada panggilan ke tujuh baru ada jawaban.

"Assalamualaikum." Sapa suara di seberang sana.

"Wa'alaikum salam. Om sibuk gak? Ada yang mau Ami bicarakan,"

"Enggak, Om baru beresin kerjaan. Ada apa Ami?"

Ami pun menceritakan semuanya pada Om Dedi, tentang aib yang telah menimpanya dan pengusiran Ia dari rumah sampai saat ini dia berada di tempat Asep.

"Ya Allah, Ami. Kenapa kamu bisa seperti ini? jujur, Om kecewa sekali sama kamu. Tapi Om akan tetap bantu kamu. Kirim saja alamatnya, besok Om akan berangkat kesana."

"Terima kasih Om."

Panggilan pun berakhir. Ami lega, setidaknya Om nya mau membantunya saat ini.

•••

Akhirnya pernikahan siri antara Asep dan Amira pun di laksanakan dengan wali Om Dedi, paman Amira.

Walaupun pernikahan siri tapi keluarga Asep meminta dekorasi sederhana untuk sesi foto sebagai bukti bahwa mereka telah menikah, jika ada tetangga yang mempertanyakan. Amira begitu cantik dengan kebaya putih yang melekat di tubuhnya, riasan make up'nya pun natural membuat kesan lebih manis saat di pandang.

"Coba kang, di peluk si tetehnya, biar keliatan mesra fotonya." Titah sang fotografer.

Asep dan Amira terlihat canggung. Asti jadi gemas sendiri melihat kakaknya itu, lalu ia segera menghampiri Asep, menarik tangan kakaknya dan melingkarkan nya di pinggang Amira.

"Nah, kitu atuh! Sekarang mukanya tatap-tatapan!" Titah Kang foto.

Akhirnya mau tak mau, terpaksa Amira dan Asep saling berpandangan walau sebenarnya jantung mereka saling berlompatan, berlomba ingin keluar dari tempatnya. Canggung, gugup, itulah yang mereka berdua rasakan.

Selesai sesi foto, Amira dan Asep di berikan berbagai nasehat dari Mang Usman juga dari Om Dedi.

"Inget, ya Asep. Walaupun kamu sudah menikah dengan neng Ami, kamu belum boleh menggaulinya sebagai istri, dan jika anak dalam rahim neng Ami sudah lahir, kalian harus menikah ulang." Pesan Mang Usman. Asep hanya manggut-manggut saja tak menjawab apapun.

"Asep, tolong jaga putri Saya, Amira. Saya sangat menyayanginya. Terima kasih untuk kamu dan keluarga yang sudah mau menerima Amira di tengah-tengah kalian. Terima kasih." Ujar Om Dedi dengan air mata yang menggenang. Ia sangat sedih dengan apa yang menimpa ponakannya itu.

"Kalau ada apa-apa dengan Ami, atau kalian butuh bantuan, jangan sungkan hubungi Saya ya, Asep. Saya pasti akan bantu kalian semampu yang Saya bisa." Tambah Om Dedi sambil memegang Bahu Asep.

"Ii-iya, Om." Jawab Asep

"Saya titip ini, bekal untuk Kebutuhan Amira. Tolong jangan di tolak." Ujar Om Dedi sambil menyodorkan amplop coklat berisi uang kepada Asep.

"Eh, gak usah Om. Insyaa Allah Saya akan bertanggung jawab untuk kebutuhan Ami dan juga bayinya. Saya janji." Ujar Asep menolak pemberian Om Dedi.

Om Dedi tersenyum, dia kagum dengan sikap Asep. Padahal bukan ia yang seharusnya yang bertanggung jawab akan Amira, tapi ia mau melakukan itu, bahkan ia menolak uang yang di berikan Dedi.

"Tapi Asep, saya ikhlas."

"Saya mohon jangan Om. Saya gak mau memanfaatkan situasi. Amira Sekarang istri Saya, dan Saya yang akan bertanggung jawab penuh akan dirinya." Jawab Asep mantap.

"Baiklah Asep. Tapi ingat jika ada apa-apa dan kalian butuh bantuan, tolong jangan sungkan untuk hubungi Saya ya, walau bagaimana pun Amira keponakan Saya, dia sudah seperti anak kandung saya sendiri."

"Baik, Om."

"Yasudah Ami, Om langsung pulang ya, maaf Om gak bisa lama-lama disini, tau sendiri tantemu itu seperti apa, kan? Jaga diri baik-baik ya sayang?"

"Iya, Om. Terima kasih sudah bersedia datang dan membantu Ami. Ami mohon jangan beritahukan keberadaan Ami pada siapa pun ya Om?"

"Iya, Ami. Jadilah istri yang baik untuk Asep." Pesan Om Dedi sambil memeluk Ami, air mata Ami kembali berderai di pelukan Om yang sudah seperti papanya itu.

•••

Bersambung...



Gays jangan lupa kasih vote nya ya^^

Mendadak Jadi Jodohku [ END✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang