Happy Reading
•••
Perlahan ia buka resleting tas, beberapa pakaian dan dompet berisi buku tabungan miliknya ada di dalam, Amira mengeluarkan satu persatu dan betapa terkejutnya Ia saat ia mengangkat lipatan pakaian terakhirnya, ternyata pada bagian bawah terdapat uang seratus ribu sebanyak sepuluh ikat dengan nominal sepuluh juta rupiah perikatnya.
"Uang? Seratus juta?"
"Siapa yang memasukan uang ini? Gak mungkin Saras, kan? Pasti mama? Ya Tuhan, ternyata walaupun dalam keadaan marah dan kecewa mama tetap memikirkan ku. Terima kasih mama." Ucap Karen diiringi air mata yang kembali jatuh.
Untung saja Bu Tuti membawakan dompet kesayangan Amira dalam tas ranselnya, karena dalam tas itu terdapat buku tabungan miliknya, tempat dimana ia menyimpan uang hasil dari usahanya dan juga uang saku yang selalu di berikan papanya tiap bulan.
"Syukurlah buku tabunganku juga ikut di bawakan. Sepertinya mama memang belum tahu kalau aku memiliki uang, makanya ia sampai menyelipkan uang ini dalam tas ku. Terima kasih mama."
Amira segera membereskan kembali isi dari tas ranselnya, besok-besok ia akan mencoba bicara dengan Asep supaya mau mengantarnya ke Bank untuk menyimpan uang.
•••
Tiga hari sudah berlalu. Amira sudah mulai terbiasa berada diantara Asep, mak Irah dan juga Asti. Namun ia merasa jenuh, karena Asep tak mengizinkannya keluar rumah sekali pun, Karena Asep belum siap menjawab jika ada yang bertanya soal Amira, dan Amira pun hanya bisa pasrah karena tak ingin menyusahkan Asep dan keluarganya.
"Assalamualaikum," Ucap Asep saat tiba di rumah sore itu
"Wa'alaikum salam." Jawab Mak Irah, Asti dan Amira berbarengan.
"Kok sore amat pulangnya Sep?" Tanya Emak Irah
"Ya, Mak. Alhamdulillah Asep ke terima kerja di bengkelnya Mang Solihin, dan Asep tadi di tawarin langsung kerja, yaudah dengan senang hati Asep langsung bilang, Iya." Terangnya.
"Alhamdulillah. Tapi Sep bengkelnya Solihin-kan lumayan jauh, gak capek kamu pulang perginya? Kalo tiap hari naik angkot-kan ongkosnya lumayan Sep," Ujar Emak ragu.
"Asep jalan aja Mak, nanti Asep perginya lebih pagi lagi, emak bawain Asep bekel aja ya, biar uang makan Asep utuh." Terangnya.
"Iya, yaudah kamu mandi dulu, udah sholat belum? Kalo belum sholat dulu sana, mumpung masih ada waktu."
"Iya, Mak."
Asep pun berlalu dari hadapan Amira dan yang lainnya.
Hati Amira sedih mendengar penuturan Asep tadi. Amira sangat ingin membantu keluarga Asep, tapi ia bingung bagaimana caranya? Jika melihat karakter Asep, sudah pasti ia akan menolak.
•••
Langit malam telah menampakkan warna hitamnya, tapi bulan dan bintang bersinar sangatlah terang, namun susana malam di pedesaan tak sama seperti di kota.
Suara merdu binatang malam adalah nyanyian alam yang ikut meramaikan desa dari senyap nya malam. Sedangkan di kota suara lalu lalang kendaraan lah yang meramaikan dan menambah kebisingan kota.Amira tengah asik menemani Asti yang tengah mengerjakan tugas sekolahnya. Sedangkan Asep sibuk mengotak atik ponsel miliknya, ponsel pintar yang ketinggalan jaman.
Mak Irah datang dengan membawa sepiring sukun goreng.
"Nih, sok di cobain neng Ami," Ujar Mak Irah sambil menyodorkan sepiring sukun goreng.
(sok = silahkan)"Apa ini Mak?" Tanya Amira
"Ini buah sukun yang di goreng teh, rasanya enak." Jawab Asti
(Teh/teteh = Kakak)"Buah sukun?" Amira bingung.
"Iya, itu tuh, yang pohonnya ada di belakang rumah kita, yang buahnya warna ijo bulet-bulet teh." Kembali Asti menjelaskan
"Oo."
"Orang kota, maklum aja gak tau sukun neng. Biasa makan makanan mahal." Celetuk Asep
Amira mendesah.
"Udah, gak usah di dengerin si Asep mah, Cobain aja dulu, enak kok." Ujar Emak sambil mengelus rambut Amira. Amira mengangguk. Ia mengambil satu potong sukun goreng tersebut dan memakannya, lalu tersenyum.
"Iya, mak. Ini enak banget." Ujarnya.
Emak tersenyum.
"Oya, ada yang mau emak bicarain sama neng Ami dan juga kamu Sep." Ujar Mak Irah.
Amira dan Asep sekilas saling pandang lalu menatap Mak Irah.
"Hmm ... Asep, Neng Ami, bagaimana kalau kalian menikah siri saja?"
Ami dan Asep terkesiap namun tak berani memotong pembicaraan emak.
"Maksud emak baik, emang hanya ingin menjaga kalian dari segala sesuatu yang tak diinginkan. Lambat laun semua pasti tau keberadaan neng Ami disini dan kondisi perutnya pun akan semakin membesar, tak mungkin kan Sep kita mengurung neng Ami terus di rumah. Kasian dia. Emak pengen kamu juga lebih tenang kerjanya tanpa khawatir mikirin neng Ami takut keluar dan ketahuan warga."
"Tapi Mak," Asep berusaha memberikan sanggahan.
"Emak paham Asep, diantara kalian gak ada rasa cinta karna kalian baru saling kenal. Kita jalanin aja dulu, setidaknya sampai neng Ami melahirkan dan mampu untuk hidup mandiri. Biarkan dia menjalani kehamilannya disini dengan damai, karena orang hamil itu gak boleh stres Sep, gak baik untuk perkembangan janinnya. Setelah anak ini lahir, Emak kembalikan semua keputusan pada kalian, apakah mau tetap melanjutkan rumah tangga, tapi harus menikah lagi nanti, ataukah mau bercerai? Itu terserah kalian. Emak cuma mau yang terbaik untuk kita semua saat ini." Ujar Mak Irah menjelaskan.
Asep terdiam.
Amira menunduk dengan mata yang berkaca-kaca. Sedangkan Asti, dia hanya diam menyimak.
"Gimana neng Ami? Apa neng Ami setuju dengan saran Emak?" Tanya Mak Irah pada Amira
"Maafin Ami ya Mak, udah buat Emak dan Kang Asep susah. Maaf jika kehadiran Ami disini justru merepotkan dan membuat kalian resah. Ami juga gak mau membebankan Kang Asep dengan kehadiran Ami disini, kasihan kang Asep. Biarlah Mak, besok Ami cari kontrakan aja, biar emak dan keluarga bisa hidup tenang seperti dulu." Ujar Amira di sertai airmata yang membasahi pipi.
Emak memeluk Ami, begitu pun dengan Asti.
"Teteh jangan pergi, Asti mau teteh tetep disini." Ujarnya sambil menangis memeluk Amira, membuat Amira semakin terisak.
"Emak gak merasa terbebani sama sekali. Emak senang neng Ami disini. Emak cuma mau menjaga kalian, itu saja. Dan kalo neng Ami mau ngontrak, nanti kalo ada apa-apa sama neng Ami gimana? Soalnya neng Ami ini lagi hamil, emak khawatir neng."
"Tapi Kasian Kang Asep Mak, masa depan Kang Asep masih panjang, dia berhak bahagia. Biarlah Ami kembali ke Jakarta, cari tempat disana." Ujar Ami lagi.
"Gak usah. Kamu tetap disini! Saya akan nikahin kamu, jadi kamu gak perlu kemana mana." Ujar Asep yang membuat emak dan Asti tersenyum senang dengan keputusan nya.
•••
Bersambung....
Maaf telat update 🙏
Tapi, jangan lupa vote nya gays ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Jodohku [ END✓ ]
Ficção AdolescentePikiran kalut yang dirasakan oleh Amira membuat dirinya asal masuk bis, entah kemana tujuan langkah yang akan membawanya, Amira sendiri pun tak tahu akan hal itu. Berada di kota asing membuat Amira tak memiliki tempat dan tujuan untuk melindungi dir...