Happy Reading
•••
Langit sore nampak mendung, sepertinya hujan akan turun. Untuk pertama kalinya Amira berjalan ke luar rumah di temani Asti untuk menikmati indahnya suasana di desa tempat ia tinggal kini.
Jarak antara rumah yang tidak berdekatan, selalu ada sisa tanah kosong di sisi kiri dan kanan yang di jadikan kebun-kebun kecil oleh sang pemilik rumah. Tidak seperti di kota, jarak antar rumah sangatlah dekat, apalagi di perumahan, rumah saling berdempet-dempetan. Tanaman-tanaman sayur yang menghijau sungguh menyegarkan mata yang memandang.Asti dengan setia menemani kemana kaki Amira melangkah, sesekali mereka berpapasan dengan warga dan saling bertegur sapa. Banyak yang tak mengira bahwa Amira adalah istrinya Asep.
"Masyaa Allah, meni geulis pisan istrina si Asep. Siga artis di tipi-tipi, bisaan si Asep mah ah, kudu berguru sigana si Wawan Ka si Asep." Ujar Bu Kokom, emaknya Wawan, teman Asep.
(Masyaa Allah, cantik sekali istrinya si Asep, mirip artis di tv-tv, bisa aja si Asep mah ah, harus berguru si Wawan ke si Asep)Asti dan Amira hanya tersenyum menanggapi.
"Kenapa atuh nikahnya gak bilang-bilang. Kapan nikahnya neng Asti?" Tanya Mak Kokom
"Udah lama Mak, nikahnya gak disini. Yaudah atuh ya Mak, kita mau ke bawah dulu," pamit Asti pada Mak Kokom, karena ia malas jika terus menerus meladeni Mak Kokom, Karena rasa kekepoan Mak Kokom begitu besar dan yang pasti akan banyak pertanyaan lainnya. Jadi Asti lebih memilih untuk cepat-cepat pergi.
Asep tengah dalam perjalanan pulang sore, hari ini bengkel tutup lebih awal karena Mang Solihin ada urusan keluar. Asep sangat bersyukur bisa pulang lebih cepat, karena ia takut terjebak hujan melihat kondisi langit yang mulai mendung.
"Kang Asep, tunggu!" suara yang begitu familiar di telinga Asep. Asep menoleh ke sumber suara
"Eh, neng Komala." ujarnya salah tingkah
"Kang Asep baru pulang kerja?" Tanya Komala.
"Iya, neng. Neng Komala mau kemana?"
"Mau pulang Kang. Oya, selamat ya atas pernikahannya. Kenapa Kang Asep gak bilang kalo Kang Asep udah punya pacar dan mau menikah?" Tanya Komala dengan mata berkaca-kaca
"Eh, itu. Hmm ... Neng Komala tau dari mana?" Tanya Asep tak enak hati
"Waktu Komala ke rumah Kang Asep di suruh bapak anterin uang Emak. Eh, pas yang bukain pintu cewek cantik. Kata Asti dia istrinya Kang Asep." Terangnya dengan tatapan penuh luka, meminta penjelasan.
Asep mendesah, ada sesak di hatinya melihat Komala terluka. Namun Asep bisa apa? Bagi Asep mereka tak mungkin bisa bersatu, Komala berhak mendapatkan lelaki yang lebih baik darinya, lelaki mapan dan sederajat sesuai yang di inginkan Pak Hadi, bapaknya Komala.
"Kamu jangan bermimpi bisa bersanding dengan anak Saya, Asep. Kamu sama Komala itu antara langit dan bumi. Saya mau anak Saya mendapat suami yang mapan, punya kerjaan jelas dan sederajat dengan Saya. Lebih baik kamu lupain anak Saya, jangan pernah dekatin Komala lagi. Dia berhak mendapatkan yang lebih baik dari kamu." Ujar Juragan Hadi kala itu. Itulah alasan Asep merantau ke kota, karena ingin melupakan perasaannya pada Komala. Dia tak ingin membuat mereka semakin jatuh cinta, jadi menjauh adalah hal terbaik baginya.
"Kenapa Kang? Kenapa Kang Asep pergi gitu aja tanpa kasih penjelasan sama Komala? Dan sekarang tiba-tiba Kang Asep datang dan bilang kalau Kang Asep udah menikah." Todongnya lagi
Lidah Asep seakan tercekat mendengar setiap pertanyaan Komala yang seolah menghakiminya.
"Maafin Kang Asep ya Neng, semoga Neng Komala bisa mendapatkan yang lebih baik dari Kang Asep, yang sesuai dan pantas untuk Neng Komala." Ujar Asep
"Kang Asep tega." Ujar Komala di sertai airmata yang lolos membasahi pipi. Airmata yang sudah sejak tadi ia tahan.
"Maafin Kang Asep, tapi ini yang terbaik buat kita berdua." Ujar Asep dengan berat hati.
Tanpa mereka sadari ada Amira dan Asti yang memperhatikan mereka. Awalnya Asti sudah mengajak Amira untuk pergi, namun Amira menahannya karena ia ingin melihat hubungan seperti apa yang terjadi antara Asep dan Komala.
"Komala kecewa sama Kang Asep. Tapi Komala berdoa semoga Kang Asep dan Ami jadi Keluarga yang bahagia."
"Mm-maafin Kang Asep ya neng."
"Kang Asep?" Panggil Amira membuat Asep dan Komala terkejut. Komala segera menghapus jejak airmata di pipinya, dan berusaha untuk tersenyum.
"Ami, kenapa kesini?" Tanya Asep
"Aku cuma mau lihat-lihat aja, bosen di rumah terus. Kalian lagi ngapain?" Tanya Amira pura-pura tak tau
"Hmm ... Engga kok mbak. Cuma ngobrol tanya kabar aja, Karena kebetulan ketemu." Jawab Komala.
"Oh, yasudah di lanjut aja ngobrolnya, aku mau lanjutin keliling kampung dulu, ayok Ti!" Amira mengajak Asti untuk pergi dan Asti menurut.
"Engga kok teh, Saya mau pulang ini." ujar Komala.
"Engga pa-pa, lanjutin aja, kan kalian udah lama gak ketemu." Jawab Amira dengan tersenyum. Asep hanya diam tak menyahuti.
"Yaudah kami duluan ya, Assalamualaikum." Pamit Amira dan hendak berlalu dari hadapan Asep dan Komala.
Asep menarik tangan Amira.
"Mau kemana? Udah mau hujan, besok lagi keliling lihat-lihatnya, besok Saya libur, Saya temani kamu." Ujar Asep pada Amira, membuat Amira membeku di tempat. Sedang Komala melihatnya dengan hati yang kian terluka
"Hayu Asti, kita pulang sekarang!" Titah Asep dengan tangan yang masih memegang tangan Amira
"Kami duluan ya Neng Komala," Ujar Asep pada Komala sambil menggandeng Amira dan berlalu dari hadapan Komala, di ikuti oleh Asti di belakang mereka.
Komala membeku melihat perlakuan Asep pada Amira. Ada rasa cemburu yang membakar dalam hati yang kini tengah terluka. Menyisakan perih yang bersarang dan sulit untuk di enyahkan.
Air mata yang luruh adalah bukti akan sakitnya hati yang kini ia rasakan.
Rintik hujan pun ikut menyambut luka hatinya, Komala menangis di bawah guyuran hujan sambil berjalan pulang ke rumah. Berharap dinginnya air hujan mampu memberi hatinya sedikit kesejukan, namun ia salah. Justru air hujan membuatnya semakin tenggelam dalam luka yang dalam.•••
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Jodohku [ END✓ ]
Подростковая литератураPikiran kalut yang dirasakan oleh Amira membuat dirinya asal masuk bis, entah kemana tujuan langkah yang akan membawanya, Amira sendiri pun tak tahu akan hal itu. Berada di kota asing membuat Amira tak memiliki tempat dan tujuan untuk melindungi dir...