Bab 11 - Dasar Nyebelin!

329 65 0
                                    

Happy Reading

•••

Pagi menjelang di sertai kokok ayam jantan yang saling bersahutan.
Asti dan Amira tengah bersiap untuk berjalan pagi, menghirup udara segar di pedesaan adalah kesukaan Amira sekarang. Setiap habis sholat subuh dia pasti langsung ke luar rumah, menghirup sejuknya udara pagi yang masih bersih belum tercemari polusi.

"Mak, kami jalan-jalan pagi dulu ya, emak gak usah beli lauk, nanti Ami aja yang ke tukang sayur." Ujar Ami pamit pada Mak Irah.

"Emang neng Ami ada uang?" Tanya Mak Irah ragu

Ami tersenyum.

"Ini uangnya bawa kalau gitu, beli aja apa yang neng Ami ke pengen, nanti Ema masakin." Ujar Mak Irah sambil menyodorkan uang lima puluh ribu rupiah yang ia ambil dari saku dasternya.

"Gak usah, Mak. Emak simpen aja uangnya ya, Ami ada kok, Mak." Tolak Ami

"Beneran ada neng?"

"Ada, Mak. Yasudah kami pergi dulu ya Mak, takut keburu siang entar gak sejuk lagi udaranya." Ujar Amira sambil menyalami Mak Irah.

"Yasudah kalau gitu hati-hati ya, Asti jagain teh Ami-nya, ya, neng."

"Iya, Mak. Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

Asti pun pergi menemani Amira berkeliling kampung sekaligus ingin berbelanja sayur dan lauk pauk untuk di masak.

Mak Irah kembali melakukan aktifitasnya. Menjerang air untuk membuat teh dan kopi serta membuat pisang goreng untuk teman minum pagi ini. Hari ini Emak Irah tak pergi ke sawah, karena padi sudah selesai di panen semua. Begitupun dengan Asep, ia libur karena Mang Solihin sedang ada urusan ke luar kota, jadi ia memilih tidur lagi setelah sholat subuh, Karena semenjak kerja ia kurang tidur, jadi dia ingin memanfaatkan hari liburnya dengan tidur dan beristirahat. Ia sepertinya lupa jika kemarin telah berjanji akan menemani Amira berkeliling dan Amira-pun tak peduli akan itu.

•••

Amira sangat menikmati setiap udara bersih yang mampu ia hirup di pagi ini. Rasa syukur terus terucap dalam hati karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri dan lebih mensyukuri hidup. Andaikan saja saat keputusasaan itu ia mengikuti bisikan setan untuk mengakhiri hidupnya, mungkin sekarang ia sudah mati dalam penyesalan terbesar.

"Teh Ami betah di sini?" Tanya Asti saat mereka duduk di sebuah saung di pematang sawah.

"Betah Ti. Disini adem, damai dan ada kalian yang sangat menganggap aku ada." Ujar Ami Tanpa menatap Asti. Pandangannya lurus ke timur memperhatikan sang surya yang mulai perlahan naik menampakkan sinarnya pada semesta.

"Kangen sama keluarga teteh gak?"

"Kangen, tapi mereka gak kangen aku. Sekarang keluarga aku, ya kalian. Adik aku, ya kamu, Asti." jawab Amira sambil memeluk Asti

"Asti sayang sama teteh, Asti gak mau teteh pergi dari sini." Ujar Asti tulus dari dalam hatinya.

"Kita gak tahu apa yang akan terjadi di depan Asti. Yang penting sekarang, syukuri aja apa yang ada. Aku bahagia dan bersyukur saat ini berada di tengah-tengah kalian. Kalaupun suatu saat aku harus pergi dari sini, aku janji aku akan sesekali datang mengunjungi kamu sama emak."

Mendadak Jadi Jodohku [ END✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang