Bab 14 - Asep Jatuh Cinta?

362 68 1
                                    

Happy Reading

•••

AMI AWAS ...!" Asep menarik tubuh Ami untuk menghindari tabrakan dari anak kecil itu

Bugg..

Dalam sekejap Ami sudah berada dalam dekapan Asep.
Mereka mematung di tempat, menyadari ada yang salah saat ini. Mereka berpelukan di tengah keramaian orang-orang di sertai detak jantung yang berdetak tak seperti biasanya.

"Ehem."

"Udah atuh pelukannya, malu sama anak-anak." Ujar seseorang

Asep segera melepaskan dekapannya dari Amira dengan salah tingkah. Begitu pun Amira, dia masih syok dengan apa yang terjadi barusan. Ia memegangi dadanya dengan tangan kiri, berusaha menetralkan detak jantung yang seolah sedang berpacu dengan cepat.

"Pelukan kok di tempat umum." Gerutu seorang ibu.

"Punten ya, Bu. Tadi istri Saya hampir ke tabrak sama anak-anak itu, masalahnya dia lagi hamil, wajar dong saya refleks nyelamatin dia. Memangnya kalau anak dalam perut istri saya kenapa-napa ibu mau tunggung jawab?" Ujar Asep menatap geram pada ibu tersebut.

"Maaf Kang, Saya kira bukan suami istri." Jawab ibu itu tak enak hati.

"Ah, alesan aja kali itu mah." Jawab seseibu yang satunya.

"Neng pinjem HP-nya!" Ujar Asep pada Amira, Amira dengan segera memberikan ponselnya pada Asep. Asep dengan cepat membuka galeri hp milik Amira.

"Ini Bu, foto pernikahan kami. Ibu percaya sekarang?" Ujar Asep sambil menunjukan foto pernikahan mereka waktu itu.

"Iya, hampura atuh A. Ibu cuma khawatir aja, takutnya pasangan gak halal, gak enak dan gak baik berpelukan di depan umum, takut nanti di tiru sama yang lain." Ujar Ibu itu
(Hampura = Maaf)

"Ya, kan Saya gak bermaksud berpelukan, sudah saya bilang, istri Saya hampir celaka tadi, Bu."

"Iya, maaf ya Kang. Abis kelamaan meluknya tadi Kang."

"Tadi kami masih syok, Bu. Gak kebayang kalo sampe istri Saya jatoh dan kandungannya kenapa-napa. Saya hanya berusaha menenangkannya." Kilah Asep membela diri.

"Iya, Iya. Tapi lain kali bisa, kan, lebih melihat sekitar, emang semua orang tau kalo kalian suami istri, kan enggak."

Belum sempat Asep kembali menjawab Amira sudah menarik tangannya.

"Kang, udah, ah. Yuk, pergi!" Ajak Amira sambil menarik lengan Asep untuk menjauh.
Asep menurut kemana Ami membawanya melangkah sambil membuang nafas dengan kasar.

Mereka duduk di bawah lampu taman alun-alun.

"Tunggu sebentar," Ujar Amira pada Asep lalu pergi

"Mau kemana?" Tanya Asep

"Sebentar," jawabnya sambil terus berjalan pergi.

Tak lama Amira kembali membawa dua botol air mineral dingin dan menyerahkannya pada Asep.

"Minum dulu, biar hatinya adem." candanya

Asep mendengus sebal.

"Seharusnya tak perlu di ladeni seperti itu." Ujar Amira

Asep melirik Amira sekilas lalu kembali memalingkan wajahnya

"Saya hanya gak mau banyak orang berfikiran yang tidak-tidak dan menganggap kita mencontohkan yang tidak baik seperti yang ibu tadi katakan." Terang Asep

"Kan banyak yang melihatnya, bukan kesengajaan. Tapi terima kasih ya?" Ujar Amira sambil tersenyum, tulus

Asep hanya tersenyum, sekilas.

"Kamu gak apa-apa neng Ami?"

"Enggak. Aku gak akan pernah kenapa-napa kalo ada kamu. Karna kamu pasti akan menjaga aku dengan baik." Jawab Amira sambil tersenyum ke arah Asep.

"Kepedean, kamu." Jawab Asep dingin

"Aku gak kepedean. Emang bener, kan? Buktinya tadi kamu khawatir banget aku kenapa-napa dan gak ingin ada orang yang beranggapan buruk ataupun mencelakakan aku, dan selama ini pun kamu selalu jagain aku, meskipun menurutmu tidak, tapi bagiku, Iya." Jawab Amira, Asep hanya diam tak mampu menjawab.

"Sudah jangan di pikirkan. Nanti baper lagi. Hahaha..." Ujar Amira lalu bangkit berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Asep

Asep menatap Amira dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Lalu ia berdiri dan melangkah mengikuti kemana Amira pergi.

Asep memperhatikan Amira dari jauh. Wanita itu sedang berjalan di sekitar stand makanan yang berjejer, sesekali mampir jika ia tertarik untuk membeli makanan tersebut. Terlihat senyumnya yang ramah setiap kali berinteraksi dengan penjual. Asep memperhatikan dan sesekali ikut tersenyum setiap melihat Amira tersenyum dan tertawa kecil saat ia tak mengerti bahasa yang di gunakan oleh pedagang itu. Ada rasa bahagia menelusup hatinya setiap kali melihat senyum Amira dan Asep tak menyadari akan hal itu.

"Kang, sini!" Panggil Amira

Asep melangkah mendekat

"Ada apa?" Tanya Asep dingin

"Ngapain jauh-jauh kayak tadi? Kamu gak pengen beli apa-apa gitu?" Tanya Amira

"Enggak. Saya udah pernah makan semua jajanan yang ada disini." Jawab Asep

"Itu jajanan kamu udah banyak di plastik. Emang bakalan habis semua?" Tanya Asep

Amira memang membeli berbagai macam makanan yang di jual di stand-stand tersebut . Mulai dari seblak, cilok, batagor, baso aci, cimol, cibay, dan lain-lainnya

"Ya enggak-lah." Jawab Amira santai

"Terus ngapain beli sebanyak itu?"

"Buat di makan bareng emak sama Asti."

"Sama Kang Asep juga boleh kalo mau?" Goda Amira sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

Asep menyentil dahi Amira.

"Gak usah natap kayak gitu, jelek." Ujar Asep sambil melenggang pergi meninggalkan Amira.

Amira terkekeh geli melihat Asep yang sepertinya salah tingkah. Padahal Amira tak serius, ia hanya senang saja menggoda Asep, melihatnya salah tingkah dengan sikap dinginnya.
Baginya walaupun Asep sering bersikap dingin dan jutek, tapi Asep adalah lelaki yang sangat bertanggung jawab dengan apa yang di ucapkannya. Ia adalah lelaki yang baik dan penyayang di mata Amira.
Amira berjanji kelak ia akan membalas kebaikan yang telah Asep dan keluarga lakukan dan berikan untuknya.

•••

Bersambung...

Mendadak Jadi Jodohku [ END✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang