Happy Reading
•••
"Te ... Terima kasih banyak Mas. Maaf jika aku merepotkanmu." Ucap Amira"Saya terpaksa. Karena saya gak mau di bilang lelaki jahat seperti yang ibu-ibu tadi bilang. Dan saya juga gak tega ngebiarin kamu di jalanan tanpa tujuan. Jadi ya mau gak mau saya harus bawa kamu ke rumah, karena saya ga punya tempat lain selain disana." Ujar Asep
"Tapi saya mohon kamu nanti ga usah banyak omong ke siapa-siapa tentang keadaan kamu ya? Dan jangan keluyuran keluar." Sambungnya lagi
"Baik Mas. Terima kasih banyak." Jawab Amira
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Namun di tengah jalan mendadak kepala Ami pusing sekali, dan ...
Brukk ....
Ami pun tak sadarkan diri, untung saja lelaki yang bernama Asep itu siaga dan langsung menahan bobot tubuhnya.
"Mbak ... Bangun mbak!" Asep menepuk pelan pipi wanita yang baru di temuinya itu. Namun wanita itu tak juga sadarkan diri.
Akhirnya Asep menyewa angkot untuk mengantar dia dan wanita itu ke rumahnya."Nuju kamana iyeu a?" (Mau kemana ini bang?) Tanya Bapak angkot itu.
"Nuju ka tonggoh Pak, Warung kadu nya, Pak."
(Mau ke atas Pak, ke Warung Kadu ya?) Jawab Asep.Bapak Angkot itu mengangguk, lalu menyalakan mesin mobil dan mengantar Asep ke tempat yang ia sebutkan.
Butuh waktu kurang lebih 20 menit, angkot pun tiba di gang menuju rumah Asep. Biasanya dia akan turun disitu lalu berjalan kaki menanjak ke atas. Karena kampung tempatnya tinggal berada diatas. Namun karena wanita itu masih pingsan terpaksa Asep meminta bapak sopir angkot itu mengantarnya sampai depan rumah.
Seorang ibu tua merasa aneh saat melihat angkot berhenti di depan rumahnya.
"Angkot sahanya eta?" (Angkot siapa ya itu?) Batinnya bertanya.
Namun pertanyaannya terjawab saat seorang pemuda yang sangat ia rindukan keluar dari angkot. Ia adalah Asep, anak sulungnya yang bekerja di kota."Antosan sakedap nya Pak," pinta Asep.
(Tungguin sebentar ya, Pak)"Muhun a." (Baik bang.)
Asep segera turun dari angkot, menjinjing tas ransel miliknya dan milik wanita itu.
"Assalamualaikum mak." Asep menyalami Mak Irah yang sudah menunggunya dengan senyum terkembang.
Di raihnya tangan wanita yang sudah mulai keriput itu, dan menciumnya dengan takzim."Sebentar ya, Mak." Asep segera menaruh tasnya dengan asal dan kembali ke angkot, lalu menggendong wanita itu ke dalam.
"Saha eta teh Jang?" (Siapa itu nak?) Mak Irah bertanya sambil mengikuti Asep yang menggendong wanita itu ke kamar dan membaringkannya di ranjang milik Asti, adiknya.
"Nanti Asep jelasin ya, Mak. Emak tolong kasih dia minyak angin dulu, biar sadar." Ucap Asep lalu kembali ke luar menemui supir angkot untuk membayar sewa.
"Hatur nuhun, nya, Pak." (Terima kasih ya, Pak) Ucap Asep Setelah membayar ongkos sewa.
"Sawangsulna a." (Sama-sama a).
Asep segera kembali ke kamar, melihat keadaan wanita itu.
Saat Asep masuk kamar wanita itu membuka matanya perlahan."Alhamdulillah si neng udah sadar." Ucap Mak Irah.
"Aku ... Aku dimana?" Tanya Amira bingung
"Kamu di rumah saya. Tadi di jalan kamu pingsan." Jawab Asep.
"Maaf Mas selalu merepotkan." Ucap Amira menunduk. Ia tak enak hati.
"Yasudah kamu istirahat saja dulu. Ada yang mau saya bicarakan sama emak. Hayu Mak!" Asep mengajak Mak Irah keluar kamar meninggalkan Amira yang baru saja tersadar.
"Emak tinggal dulu ya, neng? Neng istirahat aja disini, jangan sungkan." Ucap Mak Irah pada Amira.
"Iya Mak, Terima kasih. Maaf jika Aku merepotkan." Ucap Amira.
Mak Irah tersenyum, ia mengelus lembut bahu Amira, lalu keluar kamar menyusul Asep yang sudah menunggunya di ruang tamu.
"Sep." Panggil Emak
"Eh ... Iya, Mak." Asep sepertinya melamun.
"Ada apa sebenernya Jang? Siapa perempuan itu?" Tanya Mak Irah sambil duduk di samping Asep
Asep menghirup oksigen banyak-banyak lalu membuangnya perlahan.
"Hmm ... Sebenernya Asep juga ga kenal siapa dia Mak."
Mak Irah terkejut mendengar penuturan anaknya.
"Gak kenal kok bisa kamu bawa pulang?"
"Tadi ketemu di Bis. Pas Asep turun dari Bis, dia ngikutin Asep terus. Asep tanya kenapa ngikutin, katanya dia ke sasar karena asal naik bis. Dia ga ada tujuan dan ga tau mau kemana." Terang Asep
"Memang nya keluarganya kemana?" Tanya Mak Irah
Asep kembali membuang nafas berat.
"Katanya dia di usir dari rumah. Semua keluarga dan kerabatnya membuangnya dan tak mau lagi menganggapnya sebagai keluarga."
"Ya Allah kasian nya. Kenapa bisa begitu Jang?"
"Dia ... Dia hamil sama pacarnya, dan pacarnya kabur entah kemana."
"Astagfirullah." Mak Irah syok mendengar penjelasan Asep.
"Asep bingung Mak. Mau Asep tinggal, ga tega, takut dia makin di jahatin orang di luar Sana. Asep bawa kesini entar di kira Asep lagi yang ngehamilin dia. Asep harus gimana Mak?" Asep menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, ia memejamkan mata, memikirkan ke depannya bagaimana.
Mak Irah mengelus bahu anak sulungnya itu.
"Kamu memang anak baik Asep. Langkah kamu membawanya kesini sudah benar. Emak juga ga bisa bayangin kalo dia di luaran sana entah jadi seperti apa. Sudah pasti di jahatin orang. Apalagi neng itu begitu cantik dan badannya putih mulus, pasti orang jahat disana akan tergoda."
"Iya, tapi nanti kalo orang tanya dia siapa, Kita mesti jawab apa Mak?"
"Bilang aja pacarmu dari kota." Jawab Mak Irah singkat
"APA?" Asep tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut emak kesayangannya.
"Emak ini ngomong apa? Kenal aja engga. Entar kalo di bilang pacar terus orang-orang tau dia Hamil, Asep pasti di pandang jelek sama orang-orang Mak. Perut dia lama-lama pasti bakalan besar."
"Ya terus kamu maunya gimana Jang?"
"Asep mau carikan dia kontrakan aja Mak. Atau engga, pulangin ke keluarganya."
"Memang kamu tega ngebiarin dia tinggal sendirian di kontrakan dengan kondisi hamil seperti itu? Entar kalo dia tiba-tiba pingsan kayak tadi gimana?" Emak mengingatkan. Asep pun jadi galau.
"Hmm ... Benar juga kata-kata Emak. Ah ... Perempuan ini, nyusahin aja." Batin Asep.
•••
Bersambung...
Mari tekan vote nya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Jodohku [ END✓ ]
Ficção AdolescentePikiran kalut yang dirasakan oleh Amira membuat dirinya asal masuk bis, entah kemana tujuan langkah yang akan membawanya, Amira sendiri pun tak tahu akan hal itu. Berada di kota asing membuat Amira tak memiliki tempat dan tujuan untuk melindungi dir...