Bab 13 - Alun-alun

330 69 0
                                    

Happy Reading

•••

Setelah membeli helm, Asep melajukan motornya ke arah alun-alun. Karena ini hari minggu, pagi-pagi sudah ramai oleh orang yang lalu lalang dan para pedagang karena setiap hari minggu ada CFD di alun-alun, jadi wajar saja jika ramai.
Asep dan Ami duduk di pendopo alun-alun, memperhatikan aktivitas orang-orang di sekitarnya, kebanyakan para muda mudi dan juga keluarga muda. Ada yang tengah menemani anaknya bermain, ada yang sedang memilih aneka jajanan di berbagai stand, ada yang hanya melihat-lihat atau sekedar berswafoto saja. Ami suka, karena sudah lama ia hanya berdiam diri di dalam rumah Asep tanpa melihat keadaan di luar sana.

"Tunggu, ya, Saya pesen siomay dulu." Ujar Asep pada Ami

"Iya, punya aku pedas ya?" Pesan Ami

"Hmm ...." Jawab Asep sambil berlalu pergi

Tak lama ia kembali dengan dua piring siomay di tangannya.

"Kenapa kamu yang bawa? Bukan abang yang jualnya?" Tanya Ami sambil menerima sepiring siomay yang di berikan Asep

"Kasing mang Umar, lagi rame yang beli. Jadi Saya bawa sendiri, lagian gak susah." Jawab Asep lalu memasukan satu sendok siomay ke mulutnya.

"Oh, namanya Mang Umar? Kamu kenal?" Tanya Ami sambil menikmati siomaynya.

"Kenal. Langganan Saya sama Neng Komala dia." Jawab Asep keceplosan

"Oo."

Menyadari jawabannya yang salah, Asep jadi tak enak hati

"Maksudnya Saya sering beli siomay Mang Umar, dia juga sama, sering beli. Jadi ya kenal, deh." Terang Asep

"Gak perlu di jelasin aku paham kali. Gak usah ngerasa gak enak gitu, aku mah selow." Jawab Ami

Asep hanya mengangguk tanpa berniat menimpali. Ia kembali melanjutkan makan siomay hingga habis tak bersisa.

"Asli siomaynya enak banget ini. Di Jakarta gak begini rasanya. Namanya aja siomay Bandung tapi rasanya biasa aja." Celoteh Amira sambil mengusap sisa makan di bibirnya dengan tisu.

"Mau nambah?" Tawar Asep

"Enggak, deh. Aku mau cobain Jajanan yang lain aja. Kayaknya enak-enak tuh." Jawab Ami

"Oya, motor ini gimana Neng? Saya gak sanggup bayar cicilannya." Ujar Asep

"Emang yang nyuruh kamu bayar cicilan siapa Kang?"

"Terus ini gimana? Neng Ami sewa?"

"Enggak. Aku beli buat Kang Asep. Jadi itu motor punya Kang Asep sekarang." Jawabnya sambil tersenyum ke arah Asep

"Pu-punya Saya?"

Ami mengangguk

Asep mengembalikan kunci ke tangan Ami.

"Saya gak mau neng." tolaknya

"Kenapa gak mau? Aku serius loh Kang. Aku emang niat beliin Kang Asep motor, biar Kang Asep gak cape bolak balik kerjanya. Biar enak juga kalo mau pergi kemana mananya"

"Neng Ami punya uang dari mana?"

"Hmm ... Aku jualan Kang."

"Hah? Jualan? Jualan apaan?"

"Ish ... Biasa aja kali. Sebenernya aku punya toko pakaian di Jakarta, aku jual secara online dan offline. Sekarang teman aku yang kelola, dan tiap hari dia laporan via telepon. Jadi tiap hari aku ada pemasukan." Terang Amira sambil menunjukkan foto toko pakaian miliknya "Fira collection"

"Oh gitu? Tapi Saya gak berhak nerima ini. Saya gak mau di bilang memanfaatkan neng Ami."

"Aku gak merasa di manfaatin. Anggap aja ini sebagai ucapan terima kasih aku karena Kang Asep dan keluarga udah menjadi penyelamat hidup aku. Kalau gak ada kalian entah gimana jadinya aku. Kalian menolong aku saat aku benar-benar terpuruk dan gak tahu lagi gimana caranya untuk hadapi hidup. Terima kasih Kang, Karena Kang Asep udah banyak berkorban demi aku. Emak dan Asti juga, kalian berharga buat aku. Berada di tengah-tengah kalian aku merasa seperti memiliki keluarga yang utuh. Aku merasa di anggap ada. Aku bersyukur di pertemukan dengan kalian, ya walau aku tau, kehadiran aku jadi penghalang kebahagiaan mu Kang." Ujar Amira dengan mata yang mulai berkaca-kaca

"Jangan bicara seperti itu, Saya gak sebaik yang kamu kira. Awalnya Saya juga terpaksa menolong kamu, tapi setelah di nasehati emak, Saya sadar, gak ada yang kebetulan di dunia ini. Allah pasti sudah punya rencana yang lain dengan mempertemukan kamu dan Saya. Saya coba berhusnudon saja. Jangan berfikir berlebihan." Jawab Asep

"Tapi tetap saja, bagi aku kalian adalah penyelamat."

Asep tersenyum.

"Jangan berlebihan. Ini ambil!" Asep memberikan kunci ke tangan Amira dan hendak pergi. Amira bangun dari duduknya dan mengejar Asep.

"Aku mohon jangan di tolak Kang. Ini gak sebanding dengan apa yang udah kamu dan keluarga lakukan dan berikan sama aku."

"Kami gak mengharapkan balasan Neng Ami." Jawab Asep

Ami mendesah kecewa. Ia terus berfikir bagaimana supaya Asep mau menerimanya.

"Hmm ... Gini deh. Anggap aja aku pinjami Kang Asep motornya. Nah, kalo Kang Asep udah ada uangnya baru deh kembaliin. Kapan aja terserah. Please, mau ya? Please ... Please!" Ujar Ami sambil menangkupkan kedua tangannya di depan Asep

"Enggak, Neng. Saya gak mau."

Ami menunduk menggigit bibirnya menahan sedih, Asep jadi tak tega melihatnya.

"Hmm ... Yaudah, Iya, Saya terima." Ujar Asep dengan berat hati.

Ami mendongak menatap Asep dengan mata berbinar.

"Alhamdulillah." Jawabnya sambil mengusap wajah dengan kedua tangan.

Tanpa Ami sadari di belakang ada dua orang anak saling berkejaran. Karena asiknya ia berlari sampai tak menyadari keberadaan Ami di depannya karena ia sesekali menoleh ke belakang takut tertangkap kawan mainnya dan membuatnya tidak fokus, begitupun dengan Ami karena tengah fokus pada Asep jadi tak menyadari bahaya di belakangnya.

"AMI AWAS ...!" Asep menarik tubuh Ami untuk menghindari tabrakan dari anak kecil itu

Bugg..

Dalam sekejap Ami sudah berada dalam dekapan Asep

•••

Bersambung...

Mendadak Jadi Jodohku [ END✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang