Chapter 8. Perlakuan Manis

15 9 2
                                    

Halloo

Kali ini kita manis manisan yuppp setelah kemaren berduka cita saatnya kita bersuka cita

Sebelum baca vote dan komen dulu boleh?
*
Jangan jadi sider yaa gengss
hehe
*
Ready ? Bismillah let's go!

Happy reading and semoga suka!!!
**
"Aku percaya Mungkin setelah hujan badai yang kemarin terjadi, akan datang hari yang cerah disertai dengan pelangi, benar kan ?"

~Renjana Anindya Naeswari ~

**

Renjana POV


Dua bulan kemudian....

Berita tentang kakak ku yang mengalami kecelakaan pesawat dan jasadnya tidak ditemukan cukup cepat tersebar luas disekolah. Banyak yang mengungkapkan kalimat belasungkawa ketika aku baru menginjakkan kaki disekolah.

Tentang dhara, dia sangat sangat merasa kehilangan. Ia sampai sakit waktu mendengar kabar bahwa kekasihnya telah pergi untuk selamanya.

Aku, mungkin sudah bisa menerima kenyataan secara perlahan. Aku tidak menyalahkan Tuhan atas takdir yang menimpaku. Karena mungkin memang sudah jalannya yang harus seperti ini.

Hari ini, aku sudah bisa sekolah seperti biasa, setelah selama hampir dua bulan, aku tidak masuk sekolah karena mama ku  yang sering sakit-sakitan semenjak kehilangan kak Altair.

"Ren, gue turut berdukacita ya atas meninggalnya kak Altair." Dikta, orang berbicara barusan adalah Dikta.

Aku baru tahu, ternyata Selain putra dari teman mendiang ayah dulu, ternyata Dikta juga merupakan salah seorang teman dekat kak Altair.

"Makasih dik, gue juga minta maaf kalo semasa hidup kak Altair pernah bikin salah sama Lo." Ucap ku pada Dikta.

Dilihat dari perilakunya, seperti ada yang berubah dari kepribadian Dikta, karena seingatku Dikta yang dua bulan lalu aku temui itu sangaat sangat petakilan. Tapi kini perilakunya seperti lebih kalem dari biasanya.

"Ren, jangan sedih-sedih lagi ya? Kalo ada apa-apa bilang ke gue, Lo boleh nganggap gue sebagai kakak Lo. Gue gak masalah kok, karena gue dikasih amanat sama mendiang kak Altair buat jagain Lo kalo suatu saat dia pergi dan gak kembali lagi." Kata Altair pada Renjana sembari berjalan beriringan di koridor sekolah.

"Hm makasih banyak ya,"  ujar Renjana tanpa panjang lebar.

Cukup jauh kami berdua berjalan, akhirnya kita berdua sampai dikelas. Aku masuk ke terlebih dulu diikuti dengan Dikta dibelakangku.

"Ren, nanti pulang sama gue aja."  Ujar  Dikta pada ku.

"Gak usah ta, gue bisa pulang sendiri kok."

"Ini perintah ren, gak bisa dibantah. Jadi mau gak mau Lo harus pulang sama gue." Dikta masih mencoba membujukku untuk mau pulang bersamanya.

Ternya pikiranku tadi salah besar, tadi aku pikir kalau  Dikta sudah banyak berubah. Karena nyatanya Dikta masih menjadi seorang cowok pemaksa seperti barusan.

R E N J A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang