Chapter 12. Semesta yang tidak adil (1)

14 9 5
                                    

Bismillah, selamat datang, selamat membaca, dan semoga suka aamiin.
**
"Tuhan, sejahat itu kah skenario mu? Tidak bisakah engkau membiarkanku menikmati bahagia  itu untuk sebentar saja?"

~Renjana Anindya Naeswari~
**

Renjana POV

Aku pikir, setelah hari dimana aku mengajak Dikta untuk berjauhan, aku akan pulang pergi sekolah sendirian. Ternyata aku salah besar. Dikta tetap mengantar dan menjemputku untuk berangkat dan pulang sekolah. Hanya saja kami tidak bertegur sapa ketika disekolah.

Sudah seminggu berlalu, Tari juga sekarang sudah agak membaik, dia tidak lagi mengejar Dikta. Dia kini lebih fokus ke pendidikan. Katanya si dia mau move on dari Dikta. Aku senang ketika mendengar Tari mengatakan itu.

Tapi yang jadi pertanyaanku saat ini adalah, apakah Tari akan marah jika dia tahu kalau aku juga suka pada Dikta. Ah entahlah aku belum siap memikirkan kemungkinan terburuk itu jika sampai terjadi.

"Ren, Lo ngelamunin apa? Bengong terus daritadi." Bagas bertanya padaku.

"Eh enggak Bagas, gue gak ngelamunin apa-apa." Ahh bohong sekali diriku padahal jelas-jelas aku sedang memikirkan sesuatu.

"Ren, kok gue liat, Lo sekarang agak kurusan deh. Lo diet ren ?" Tanyanya lagi padaku.

"Hah? Diet? Enggak tuh gue gak diet, tapi emang akhir-akhir ini gue sering tiba-tiba sakit mungkin karena itu gue jadi agak kurusan."

"Muka Lo juga sekarang kayak lebih pucet gitu, lagi sakit ren?" Bagas masih saja bertanya. Dikta yang mendengar pertanyaan Bagas barusan sontak langsung menoleh dan menatap cukup lama kearahku.

"Enggakk gue gak kenapa-kenapa. Lo salah liat kali." Balasku santai.

"Heem kalo ya."

Saat ini, aku sedang duduk sendirian di pojok kantin, karena dhara dan Tari sedang pergi memesan makanan.

Sementara Dikta duduk di bagian kiri kantin, sedangkan Bagas dia duduk berhadapan denganku dimeja yang sama.

"Hari ini ada mapel olahraga ya kan ?" Tanya Bagas padaku.

"Heem ada,jam ketiga setelah istirahat kalo gak salah kenapa emang?"

"Enggak gue cuman nanya aja takutnya gue salah jadwal."

Tari dan dhara pun datang membawa makanan mereka masing-masing.

"Loh Lo belum pesen apa-apa ren ? Lo gak laper?" Si bawel Bagas lagi-lagi bertanya padaku.

"Enggak. Lagi gak mood makan gue."

Drrt... drrt...

Ponselku tiba-tiba bergetar tanda ada notifikasi pesan masuk.

Lo gak mau makan? Perlu gue bawain makanan kesana?

Itu pesan dari Dikta, aku meliriknya sekilas lalu mengetikkan balasan untuknya.

Gue lagi gak mau makan, lagi gak selera, perut gue sering sakit akhir-akhir ini.

Tapi Lo harus tetep makan Renjana.

Iya, nanti gue makan kalo gue udah laper.

Sekarang ren, bentar lagi mau olahraga nanti Lo kenapa-kenapa kalo perut Lo kosong.

Aman kok. Tenang aja gue gak bakalan kenapa-kenapa.

Gak! Pokoknya bentar lagi bibi kantin bakalan bawain bubur kesana Lo harus makan. Meskipun satu sendok titik.

R E N J A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang