Extra Chapter 1 [Pergerakan Lucian]

1.2K 48 2
                                    

Di chapter ini, Archie sudah punya adik bayi. Lucian dan Steph, orang kepercayaan William pun semakin dekat. Lucian yang memiliki trauma perlahan merasa nyaman setiap bersama Steph 🤭

Type: Spoiler

Words: 600

♥︎♥︎♥︎


Hup!

Bola masuk ke dalam ring dengan mulus, tembakan terakhir penentu kemenangan salah satu tim yang saat ini sedang melakukan selebrasi atas kemenangannya.

"Woahh! Keren! Lucian memang yang terbaik!"

"Lucian, kau tampan sekali!"

"Lucian sangat sexy, ayo kencan denganku!"

Lucian Chivaaree mengabaikan teriakan para gadis di tepi lapangan basket, ia sedang bermain basket bersama teman-temannya di lapangan basket out door di sebuah taman. Matanya justru sesekali melirik pada pria berpakaian hitam-hitam yang berdiri di sisi mobilnya di tepian jalan sana. Sosok yang mampu mengalihkan perhatian Lucian dari dunia hiruk pikuk di sekitarnya, itu adalah sosok Steph Aeron, ahli IT dan ketua tim keamanan di perusahaan keluarganya. Pria itu adalah orang kepercayaan William, kakaknya.

"Kau pergi ke restoran dengan kami?" Josh bertanya sembari berjalan di sisi Lucian. Mereka menuju ke arah pintu keluar lapangan.

"Aku akan menyusul, jika aku terlambat kalian duluan saja." Lucian menjawab tanpa melihat pada lawan bicaranya karena fokusnya adalah sosok di depan sana. Josh mengangguk, pemuda itu sejenak mengikuti arah pandang sahabat dekatnya dan selanjutnya menjadi maklum ketika melihat orang yang dikenal secara umum adalah pengawal pribadi Lucian itu telah menunggu di sisi mobilnya, pesona apa pun di dunia ini akan terkalahkan oleh pesona pria itu.

"Baiklah! baiklah!" Josh menepuk pelan pundak anak kaya di sebelahnya ini lalu mengambil arah lain menuju mobilnya.

Lucian tiba di depan Steph, "kau harus menepati janjimu, berikan hadiah jika aku memenangkan pertandingan melawan mereka kali ini!" ucapnya sembari masuk ke dalam mobil.

"Hmm." Steph masuk dan duduk di bangku pengemudi.

"Kau yakin? kau bilang akan mengabulkan apa pun permintaanku?" Lucian bertanya.

"Ya, apa pun itu." Steph sedikit ragu tapi Lucian takkan meminta yang aneh-aneh bukan?

"Baiklah, kuberi kau dua pilihan, akhir pekan ini habiskan denganku di rumah kakek atau camping di bukit?"

"Ha?"



♥︎♥︎♥︎



Steph memeriksa sekeliling tenda, sedikit berlebihan ketika ia memasang beberapa kamera pengintai di tiga pohon di sekitar mereka. Lucian hanya tertawa kecil ketika melihat pada layar monitor jika sekeliling tenda benar-benar terpantau dari dalam.

Malam di musim gugur tiba lebih cepat, ini sekitar jam empat sore sudah remang-remang. Tenda mereka didirikan di areal perbukitan, biasanya ada beberapa yang datang untuk camping tapi karena ini musim gugur jadi sepertinya hanya ada mereka yang berkemah di sini. Lucian memang suka pergi berkemah, terkadang ia pergi bersama teman-temannya, ia tetap akan pergi bersama Steph tentunya. Sebelum Arwin hamil, mereka pergi berkemah bersama orang tuanya dan juga William sekeluarga.

Tenda mereka tak seberapa besar, hanya bisa memuat dua alas tidur, meja di mana perangkat monitor CCTV diletakkan, meja untuk peralatan makan dan satu buah box pendingin minuman.

Lucian sedang menyalakan penghangat ruangan portable sedangkan Steph sedang memasak.

"Aku tidak pandai memasak, Tuan muda." Steph berkata jujur, meski orang-orang menjulukinya sebagai si multi-talenta yang memiliki banyak keahlian, nyatanya ada beberapa hal yang tak ia kuasai, contohnya seperti memasak.

"Aku akan memasak untukmu." Lucian kini duduk di lantai, tepat sebelah pria yang duduk di kursi lipat itu.

"Kau duduk saja di kursi ini." Steph akan beranjak dari duduknya tapi Lucian menepuk pelan lututnya, "duduklah, biar aku di sini saja." Si tuan muda mencegahnya, membuat Steph tak berdaya, selanjutnya ia hanya bisa melihat dalam diam bagaimana terampilnya tangan putera bungsu Wilhelm Chivaaree ini memasak. Bagaimana ia memotong sayuran, memanggang daging dan meracik bumbu-bumbunya.

Mereka makan sembari menatapi keremangan dari dalam tenda. Suasana di luar memang gelap namun masih terdapat beberapa titik cahaya dari lampu-lampu di jalanan setapak.

"Bagaimana rasa masakanku?" Lucian bertanya.

"Ini enak, tak kusangka Tuan muda pandai memasak." Steph berkata dengan jujur.

"Ya, berapa tahun kau mengenalku?" Lucian bertanya lagi.

"Sejak aku bekerja di Kingdom." Steph menjawab pelan, "sekitar enam atau tujuh tahun." Tambahnya.

"Bukankah itu waktu yang lama untuk kita saling mengenal? kurasa kau sudah siap menjadi istriku!"

"Uhukkk!"


♥︎♥︎♥︎






I'm Sorry, I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang