11. 🔞 [MINOR HARAP SKIP]

335 18 0
                                    

Acara pernikahan telah usai, para tamu undangan sudah kembali ke sekte masing-masing. Hanya tersisa keluarga dari kedua mempelai yang masih sibuk mengobrol.

"A-Yao, apa kau lelah?"

Jin Guangyao menolehkan kepalanya ke arah sang suami. Dia menggeleng pelan sambil tersenyum.

"Tidak. Lelahku hilang saat melihat moment di depanku ini."

Jiang Cheng mengalihkan pandangannya ke arah depan dan mendengus saat melihat Wei Wuxian yang sibuk menjahili Lan Sizhui, Lan Jingyi dan Jin Ling.

"A-Yao, A-Cheng kalian bisa beristirahat. Sisanya biar kami yang urus."

Jiang Cheng dan Jin Guangyao menatap Lan Xichen dan mengangguk.

"Baiklah. Terimakasih Er-ge."

"Sama-sama."

Jiang Cheng dan Jin Guangyao memutuskan untuk masuk ke kediaman pribadi keluarga inti sekte Jiang. Jiang Cheng membawa Jin Guangyao ke kamar pribadinya.

Cklek!

Jiang Cheng membuka pintu itu dan mempersilahkan sang istri untuk masuk terlebih dahulu. Setelah Jin Guangyao masuk, Jiang Cheng menyusul dan menutup pintu itu kembali.

"A-Cheng, kau bisa mandi lebih dulu. Aku ingin melepas riasan dulu."

Jin Guangyao mendudukkan dirinya di depan meja rias. Dia mulai membuka riasan di kepalanya. Jiang Cheng tersenyum melihat itu. Dia menghampiri Jin Guangyao dan membantunya melepaskan riasan di kepala itu.

"A-Cheng? Kenapa tidak mandi lebih dulu?"

"Aku ingin membantumu, A-Yao."

Jin Guangyao hanya tersenyum dan membiarkan sang suami membantunya. Setelah selesai, Jiang Cheng memutuskan untuk mandi terlebih dulu.

Jin Guangyao melanjutkan melepas jubah bagian luar yang berwarna merah itu. Tak lupa dia juga membersihkan make up tipis di wajahnya.

"A-Yao, giliranmu."

"Ah, iya."

Jin Guangyao segera beranjak dari duduknya dan membalikkan badannya untuk ke kamar mandi. Namun terhenti saat melihat Jiang Cheng hanya mengenakan jubah mandinya.

"A-Yao, puas dengan apa yang kau lihat?"

Jin Guangyao tersentak dan buru-buru mengambil jubah mandinya dan memasuki kamar mandi. Jiang Cheng hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan istrinya itu.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Jin Guangyao keluar dari kamar mandi dengan menggunakan jubah mandinya. Dia mendapati Jiang Cheng yang sedang terduduk di tepi ranjang. Sontak wajahnya memerah.

Jiang Cheng tersenyum dan menarik lembut lengan Jin Guangyao untuk didudukkan di pangkuannya. Jin Guangyao hanya menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah sambil berpegangan pada bahu suaminya.

"Sudah siap?"

Jin Guangyao bergidik pelan saat Jiang Cheng berbisik di lehernya. Dia meneguh ludahnya pelan sambil menganggukkan kepalanya.

"Jawab menggunakan mulutmu, A-Yao."

"I-iya. Aku siap, A-Cheng."

Jiang Cheng menyeringai sambil membaringkan tubuh Jin Guangyao di atas ranjang. Dia mencium bibir Jin Guangyao dan melumatnya.

Jin Guangyao memeluk leher Jiang Cheng dan melingkarkan kakinya di pinggang Jiang Cheng. Ciuman Jiang Cheng turun ke leher putih itu. Tak lupa dia meninggalkan bitemark di sana. Jin Guangyao hanya bisa mendesah dan menikmati perlakuan suaminya.

Jiang Cheng membuka jubah mandi Jin Guangyao. Dia terkesiap melihat tubuh indah sang istri.

Jiang Cheng mendekatkan bibirnya pada puting kanan Jin Guangyao. Dia menjilati puting itu sebelum menghisapnya. Tak ketinggalan tangan kanannya memainkan puting kiri Jin Guangyao.

"A-ahnhh A-Chenghh"

Jin Guangyao hanya bisa melengkungkan punggungnya sambil meremas rambut suaminya. Dia ingin Jiang Cheng terus menghisap dan mengulum putingnya.

Setelah puas membuat kedua puting Jin Guangyao bengkak, ciuman Jiang Cheng turun ke perut. Dia tak lupa meninggalkan banyak bitemark di sekujur tubuh sang istri.

Jiang Cheng melebarkan dan menekuk kaki Jin Guangyao. Dia bisa melihat penis mungil dan lubang kemerahan sang istri yang berkedut.

"A-Cheng, berhenti menatapku seperti itu!"

Jin Guangyao menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jiang Cheng hanya terkekeh dan menggenggam kedua tangan itu. Dia mengecupi punggung tangan Jin Guangyao.

"Baik, baik. Aku akan melonggarkan mu dulu."

Tangan kiri Jiang Cheng mengocok penis Jin Guangyao. Sedangkan tangan kanannya mulai memasuki lubang kemerahan itu dengan satu jari. Jiang Cheng mengecupi wajah sang istri sambil membisikkan kata-kata penenang.

Setelah dirasa sang istri relaks, Jiang Cheng mulai menggerakkan jarinya. Dia menambahkan jarinya di bawah sana dan menggerakkannya cepat dengan pola menggunting.

"A-ahnhhh A-Chenghh disanahh"

Jiang Cheng menyeringai. Dia menggerakkan jari-jarinya semakin cepat menggaruk titik yang sama. Tangan kirinya tak berhenti mengocok penis Jin Guangyao cepat.

"A-ahnhh ahnhh A-Cheng cumhh cumhh."

"Keluarkan, A-Yao."

Bagaikan mantra, Jin Guangyao langsung menyemburkan spermanya di tangan Jiang Cheng. Jiang Cheng mengeluarkan jari-jarinya dari dalam lubang senggama Jin Guangyao.

Jiang Cheng membuka jubah mandinya. Dia mengocok penisnya di depan lubang kemerahan itu. Jin Guangyao melihat itu hanya merinding. Dia berpikir apa benda itu bisa masuk? Apa muat?

"Pasti muat. Aku masuk ya?"

Jin Guangyao mengangguk pelan. Dia meringis saat Jiang Cheng mulai memasukkan penisnya ke dalam dirinya. Jiang Cheng mengecupi tulang selangka Jin Guangyao untuk mengurangi rasa sakitnya.

Saat Jiang Cheng melihat wajah sang istri sedikit tenang, dia langsung memasukkan penisnya dalam sekali hentak. Jin Guangyao mendongakkan kepalanya dan memeluk suaminya. Dia melingkarkan kedua kakinya di pinggang sang suami.

"Bergeraklah, A-Cheng."

Mendengar itu, Jiang Cheng menggerakkan pinggulnya perlahan. Sambil dia mencari titik nikmat sang istri, Jiang Cheng sesekali memainkan puting istrinya.

"A-ahnhhh!"

Pekikan Jin Guangyao membuat gerakan pinggul Jiang Cheng semakin cepat. Dia tersenyum saat menemukan titik nikmat sang istri. Dia melirik ke perut sang istri dan menekan di bagian bawah perut itu yang menonjolkan penisnya yang berada di dalam sana. Jin Guangyao hanya memekik tertahan.

Kegiatan mereka berlangsung sampai dini hari. Mereka melakukan itu dengan berbagai gaya dan tempat. Kegiatan itu berakhir di kamar mandi.

Jin Guangyao terlalu kelelahan menghadapi hasrat sang suami sampai dia tertidur. Jiang Cheng hanya tersenyum dan memandikannya sambil menggumamkan kata maaf.

Beruntung Lan Xichen dan Wei Wuxian sudah memasang jimat kedap suara. Jadi kegiatan mereka tidak mengganggu telinga para tetua, Lan Wangji, Lan Xichen, Lan Qiren, Wei Wuxian. Lebih beruntung karena kegiatan itu tidak menodai telinga para junior yang menginap tak jauh dari kediaman pemimpin sekte Jiang itu.

Mari doakan agar Jin Guangyao masih bisa berjalan dengan benar besok.

















TBC

Halo guys. Rencananya bakal lanjut sampe mereka punya anak. Tapi ada saran gak buat nama anaknya? Nama lahir sama nama lainnya gtu.

Btw jangan lupa vommentnya yaaa

[END] Jin Ling's other parents [ChengYao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang