Sepulangnya dari LanLing, Jin Guangyao jatuh sakit. Dua hari ini, dia hanya terbaring di ranjang karena lemas akibat muntah. Jiang Cheng ingin memanggil tabib, namun sang istri melarangnya.
Jin Guangyao tidak ingin ditinggal Jiang Cheng. Alhasil Wei Wuxian yang menggantikan Jiang Cheng sementara.
"A-Yao, jika besok masih tidak membaik, panggil tabib ya?"
Jin Guangyao hanya tersenyum. Dia semakin menyembunyikan wajahnya di pelukan Jiang Cheng.
"Baiklah."
.
.
.Keesokan harinya, benar saja. Jin Guangyao kembali muntah. Jiang Cheng langsung memanggilkan tabib.
Tabib langsung masuk saat dipersilahkan Jiang Cheng. Sang tabib mulai memeriksa kondisi Nyonya Jiang itu.
"Bagaimana tabib?"
Jiang Cheng menatap khawatir ke arah sang tabib. Sang tabib hanya tersenyum.
"Nyonya Jiang tidak apa-apa. Ini wajar pada kehamilan."
Jiang Cheng dan Jin Guangyao saling berpandangan. Mereka tak salah dengar kan?
"Hamil?"
Sang tabib menatap sang nyonya Jiang dan mengangguk.
"Betul, Jiang Zhongzu. Nyonya Jiang sedang hamil. Usia kandungannya baru satu minggu."
"Jadi, saat acara di LanLing kemarin berarti sudah hamil?"
Sang tabib mengangguk. Dia izin pamit setelah menuliskan obat-obatan yang dapat meredakan rasa mual. Jiang Cheng mengantarkan sang tabib hingga depan pintu kamarnya.
Setelah sang tabib sudah tidak terlihat, Jiang Cheng menutup pintu kamarnya dan memeluk Jin Guangyao erat.
"Terimakasih. Terimakasih untuk segalanya, A-Yao."
Jin Guangyao tersenyum dan menepuk punggung sang suami.
"Terimakasih juga, A-Cheng."
Kabar kehamilan Nyonya Jiang alias Jin Guangyao sudah tersebar ke sekte-sekte lain. Banyak yang mengirimkan gulungan berupa ucapan selamat untuk Jiang Cheng dan sang istri.
Di bulan pertama kehamilan Jin Guangyao, dia tidak merasakan ngidam apapun. Namun dia masih suka memuntahkan makanannya. Makanan sama sekali tidak bisa masuk ke dalam tubuhnya. Satu-satunya makanan yang bisa masuk hanya sup iga teratai buatan Jiang Cheng. Selain itu, dia muntahkan.
Di bulan kedua, rasa mual Jin Guangyao mulai berkurang. Dia sudah mau memakan makanan lain. Di bulan ini, dia suka duduk di gazebo dekat kolam teratai. Gazebo yang biasa Jiang Cheng datangi saat dia lelah dengan semua pekerjaannya.
Di bulan ketiga, Jin Guangyao mulai mengidam. Setiap harinya dia meminta hal yang aneh. Terkadang dia akan meminta untuk menginap di kediaman pribadi Wei Wuxian dan Lan Wangji untuk tidur bersama Lan Wangji. Sedangkan para suami diusir oleh istri mereka. Terkadang Jin Guangyao meminta Lan Wangji untuk menemaninya di gazebo sambil memaksa suami mereka untuk mencari biji teratai.
Di bulan keempat, Lan Wangji melahirkan dan Jin Guangyao meminta untuk berada di dalam kamar Lan Wangji. Dia ingin melihat proses persalinan untuk laki-laki istimewa seperti dirinya dan Lan Wangji. Wei Wuxian, Jiang Cheng dan sang tabib yang membantu persalinan tidak bisa berbuat apa-apa.
Di bulan kelima, Jin Guangyao mulai sering menemani Lan Wangji sambil memperhatikan bagaimana sang HanGuang-Jun merawat sang bayi. Dia sesekali akan mengajak Lan Wangji mengobrol. Lan Wangji semenjak melahirkan semakin bisa berekspresi dan semakin banyak berbicara, walau masih canggung.
Di bulan keenam, Jin Guangyao mengidam ingin dimasakkan sup iga teratai yang super pedas oleh Wei Wuxian. Saat itu, Jiang Cheng dan Wei Wuxian sedang berada di ruang kerja Jiang Cheng. Mereka berdua langsung saling berpandangan. Mereka bimbang. Ingin menolak, takut Jin Guangyao ngambek pada mereka berdua. Ingin menyanggupi, namun saat hamil tidak diperbolehkan memakan pedas. Setelah perdebatan melalui mata, mereka berdua memutuskan untuk menyanggupinya. Namun bukannya dimakan setelah Wei Wuxian selesai membuatnya, sup itu dia serahkan pada Jiang Cheng dan meminta sang suami untuk menghabiskannya. Wei Wuxian hanya dapat menahan tawanya. Jiang Cheng menatap sang istri dengan pandangan memohon yang dihadiahi oleh tatapan memelas sang istri yang tentu tidak bisa dia tolak. Berakhir Jiang Cheng terpaksa memakan sup iga teratai super pedas itu sampai habis. Itu tidak pedas untuknya yang asli Yunmeng, tapi sejujurnya dia belum lama selesai makan di ruang kerjanya. Jadi tentu Jiang Cheng masih kenyang.
Di bulan ketujuh, Jin Guangyao ingin menaiki Hensheng untuk pergi ke LanLing. Dia ingin melihat keadaan keponakannya yang memimpin sekte Jin sekarang. Tentu saja itu dilarang keras oleh Jiang Cheng. Dia tak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun melihat Jin Guangyao merajuk, dia terpaksa mengizinkan dengan mereka berdua menaiki Sandu ke LanLing. Awalnya Jin Guangyao protes, namun dengan penuh pengertian, Jiang Cheng berhasil meyakinkannya. Jin Guangyao berpikir dia tidak boleh egois karena dia sedang mengandung sekarang. Mereka berdua berangkat menuju LanLing untuk menginap beberapa hari agar melihat kinerja sang keponakan.
Di bulan kedepalan, Jin Guangyao mulai berjalan-jalan di sekitar kolam teratai. Tak jarang dia juga mengunjungi taman kelinci milik Lan Wangji untuk memberi makan kelinci-kelinci itu.
Di bulan kesembilan menjelang melahirkan, Jin Guangyao hanya berjalan-jalan di sekitar kediaman pribadi Jiang Cheng. Terkadang dia hanya akan duduk di gazebo favoritnya seharian. Tak jarang dia tertidur pulas di sana hingga sore dan tidak ada yang berniat mengganggunya.
Pernah suatu hari Jiang Cheng kalang kabut mencari keberadaan sang istri. Dia bahkan sampai meminta semua muridnya untuk membantu mencari. Wei Wuxian dan Lan Wangji tidak kalah panik. Namun Lan Wangji tidak bisa ikut mencari karena anaknya tidak bisa ditinggal oleh sang mama.
Jin Guangyao ditemukan oleh Wei Wuxian di gazebo favorit Jiang Cheng. Wei Wuxian melirik ke arah Jiang Cheng yang masih panik di belakangnya. Dia menepuk bahu sang pemimpin sekte Jiang itu. Jiang Cheng menoleh dan mengikuti arah pandang sang kakak angkat. Dia menghela nafasnya saat melihat sang istri sedang tertidur pulas di gazebo itu. Jiang Cheng memilih untuk mendekati sang istri. Sedangkan Wei Wuxian memutuskan untuk memberhentikan pencarian dan mengumumkan bahwa sang nyonya Jiang sudah ditemukan. Dia membubarkan para prajurit dan para murid yang membantu pencarian.
Wei Wuxian melirik ke arah gazebo itu. Dia tersenyum melihat Jiang Cheng duduk di pinggir gazebo menemani sang istri yang tertidur. Wei Wuxian berjalan menuju ke kediaman pribadinya. Dia merindukan sang istri dan anak. Dia ingin memeluk dua orang yang paling berharga di dalam hidupnya itu.
TBC
Tinggal chapter terakhir. Di sana bakal di spill nama anaknya ChengYao.
Jangan lupa vommentnya yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Jin Ling's other parents [ChengYao]
Fantasibagaimana jika Jin Guangyao tidak membuat dunia kultivasi hancur? bagaimana jika Jin Guangyao memutuskan untuk tetap menjadi paman kecilnya Jin Ling? bagaimana jika akhirnya kedua paman Jin Ling jatuh cinta satu sama lain? karakter punya mxtx bukan...