Maaf

14 1 0
                                    

Sudah empat hari Dini tidak pulang, merasa sungkan dengan keluarga Shintia. Pak Heru dan Bu Shela menjemput Dini.

"Kopinya Den" Bi Narti memberiku secangkir kopi hitam

"Saya bisa buat sendiri Bi, Bibi nggak perlu repot repot layani saya"

Bi Narti, sumber informasiku tentang Dini. Beliau yang paling lama kerja dengan Pak Heru. Bahkan sebelum Andini Maharani lahir. Awalnya Bi Narti bekerja dengan keluarga dari almarhumah Mamanya Dini, Bi Narti pindah ke Pak Heru karena Dini tak mau dipisahkan dengan Bi Narti.

Dalam kecelakaan yang dialami keluarganya tiga orang tewas ditempat yang selamat hanya Dini. Meskipun ia harus mendapat banyak jahitan di badannya dan kakinya sempat patah. Dalam kejadian naas tersebut Dini kehilangan Kakek, Nenek, dan Mamanya. Sebab Almarhumah mamanya anak tunggal jadilah semua harta menjadi milik Dini. Untuk sekarang seluruh aset masih dipegang oleh Pak Heru.

Alhamdulillah, Pak Heru berhasil membawa Dini pulang. Dini langsung masuk ke kamarnya. Ia berjalan melewatiku begitu saja.

Akupun segera menyusul Dini ke kamar.

"Din, aku udah belikan kamu baju. Semoga kamu suka ya dengan pilihanku" ungkapku untuk menghiburnya

Kemarin aku membelikan Dini baju dibantu Shintia lewat online. Aku tidak tahu selera Dini yang bagaimana. Yang jelas baju baru Dini lebih terlihat sopan dari sebelumnya.

Risih melihat Dini memperlihatkan paha, perut, dan ketiaknya. Terlebih Ibu sudah menegurku habis - habisan sebab badan Dini menjadi konsumsi publik.

"Tinggal di rumah Gue enakkan? Lo betah disini nggak ada Gue? Oh iya! Lo udah puas lihat Gue dihajar sama Papa?"

"Aku minta maaf Din"

"Percuma! Kehadiran Lo cuma buat hidup Gue makin sengsara"

Bi Narti mengetuk pintu kamar, ia membawakan Dini makanan favoritnya. Cumi goreng tepung dengan cocolan sambal pedas.

Kata Bi Narti, setelah kecelakaan Dini sangat suka dengan makanan dan jajanan pedas.

Dini melemparkan bantal dan guling padaku.

"Lo tidur di bawah! JANGAN NAIK KE KASUR GUE!!!"

Ia menikmati cuminya sambil menonton film di tv.

Aku terlelap lebih dulu, besok aku sudah harus kembali bekerja.

Seperti biasa, aku bangun lebih awal daripada Dini. Ku tunaikan kewajiban ibadahku meskipun tanpa Dini. Sebelumnya aku sudah pernah mengajak Dini, namun Dini mengabaikannya. Selain jauh dari Papanya, Dini juga jauh dari agamanya.

Sehancur itukah duniamu Din? Kecelakaan yang kamu alami bukan saja mengambil orang terkasih mu, namun juga mengambil ketaqwaanmu.

Aku dikejutkan dengan motor baru yang datang ke rumah Pak Heru namun atas namaku. Uang darimana aku bisa membelinya. Ku konfirmasi lagi pada orang yang mengantar, bisa jadi salah orang.

"Papa belikan buat kamu Nik"

Aku tak bisa berkata kata lagi. Mulutku mendadak terbungkam.

"Papa belikan itu buat transportasi kamu kerja dan kuliah. Papa minta tolong ajari Dini naik motor juga. Biar Dini nggak ada alasan minta antar jemput Barra terus" ungkap Papa

"Kul-kuliah Pa?" tanyaku terbata bata

"Universitas Bina Bangsa bagus Nik! Kalau kamu libur kerja kita kesana, barengan sama Dini juga. Masalah biaya saya yang bertanggung jawab. Asal kamu bisa menjaga dan mengontrol anak saya"

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang