Shintia tertawa mendengar ceritaku.
Ia menengguk segelas lemon tea yang ku belikan untuknya."Parah banget sih. Dini bisa sepercaya itu loh sama kamu Nik. Harusnya kamu bisa sih lebih berpengaruh dari Barra. Kamu bisa ikut kelas gym, aku anterin buat daftarnya. Tapi kata sepupu aku harus konsisten juga Nik, atur pola makan juga. Nanti dibimbing sama diarahin kok sama pelatihnya" ungkap Shintia
"Makasih banyak ya udah bantuin aku terus"
"Sama - sama. Lagipula Dini juga sahabat aku. Aku heran deh sama Dini. Dia beruntung banget punya Mama Tiri sebaik Bu Shella dan suami sesabar kamu. Sayangnya Dini nggak peka atas hal itu" ungkap Shintia
"Bagi Dini aku dan Bu Shela hanya parasit"
Sekilas kami melihat Barra membonceng gadis lain yang jelas bukan Dini.
"Itu Barra Shin" ujarku
"Nggak perlu kaget. Aku tahu kok"
Aku terkejut atas pernyataan Shintia. Pantas saja ia terlihat biasa saja.
"Dini tahu?" tanyaku
"Dini nggak percaya, karena aku nggak punya bukti yang akurat"
Ku tarik tangan Shintia dan memintanya naik ke motorku. Dengan kecepatan tinggi aku harap bisa mengejar Barra.
Ku buntuti Barra hingga ia berhenti di sebuah rumah yang mirip seperti kostan.
"Aku akan tunjukkan foto ini ke Dini" ungkapku setelah berhasil memotret Barra dengan gadis yang diboncengnya tadi.
"Percuma Nik. Dini nggak akan percaya"
Aku mengumpat kala melihat Barra membawa gadis tadi masuk ke kamarnya.
"Apa Dini pernah tidur dengan Barra?" tanyaku
"Dini nggak akan mau Nik. Barra hanya menggunakan Dini sebagai ATMnya bukan pemuas nafsunya"
"Seyakin itu kamu sama Dini? Dini sering bohongi Aku dan Papanya hanya untuk ketemuan dengan Barra. Apalagi kamu sebagai sahabatnya"
"Aku yakin! Dini pernah cerita soal prinsipnya. Terserah kamu mau percaya atau nggak. Aku sendiri yang lihat dengan mata kepalaku. Dini pernah menampar Barra hanya karena Barra mencium pipinya. Padahal itu di UKS dengan keadaan mereka sedang berduaan. Waktu itu Dini pingsan karena belum makan saat olahraga. First Kiss Dini hanya diperuntukkan buat suaminya"
Aku kagum dengan prinsip yang dipegang Dini. Dini tidak seburuk yang ku pikirkan.
Aku tergerak untuk memberi Barra pelajaran.
"Buka pintunya" teriakku
"Nik, ngapain sih? Ayo pulang aja" Shintia terus menarik tanganku agar segera pergi dari depan kostan Barra
Barra membuka pintu hanya dengan memakai boxer.
Melihat Barra dengan muka tengilnya, emosiku memuncak. Sebuah bogem berhasil mendarat di perutnya.
"MASALAH LO APA SAMA GUE!!"
"LO SAKITI DINI! LO MAIN GILA SAMA CEWEK LAIN!"
"LO CUMA SUPIR! NGGAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN GUE!"
"LO KALAU MAU NAKAL JANGAN AJAK DINI! DINI NGGAK PANTES BUAT LO"
"Terus Lo kira Dini pantesnya sama Lo? Masih untung Dini nggak gue rusak. Lagipula sulit buat dapatkan Dini, gue udah nyoba tapi selalu ditolak. Kalaupun gue nggak bisa mendapat kepuasan dari Dini setidaknya gue bisa menjadikan Dini sumber cuan bagi gue. Bonusnya dia jadi bahan fantasi gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
Short StoryMenikah. Setiap orang juga ingin menikah. Menikah dengan orang yang dicintainya. Menikah di waktu yang tepat. Menikah saat sudah siap. Namun akankah keputusanku ini salah? Aku menikah dengan gadis yang tidak ku kenal. Aku menikah saat aku belum sepe...