Dua bulan telah berlalu. Aku tengah disibukkan untuk terus upgrade diriku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Badanku sudah mulai terbentuk, makanku tidak lagi sembarangan. Waktu tidurku kini jauh lebih berkualitas dari sebelumnya. Kuliah dan kerjaku juga berjalan dengan lancar. Minusnya aku banyak kehilangan waktu dengan Dini. Malahan akhir - akhir ini aku sering ke tempat gym bersama Shintia.
"Minum dulu Nik" Shintia menyodorkan air mineral padaku
"Makasih ya"
Ku tengguk air yang diberikan Shintia.
Aku menjauh kala Shintia tiba - tiba mengusap pipiku.
"Sorry Nik, aku cuma mau ngusap keringat kamu yang netes aja kok"
"Aku bersih - bersih dulu ya, mau kerja juga. Duluan ya" pamitku
Sepulang dari tempat gym aku langsung meluncur ke caffe. Aku freelance sebagai barista disana.
"Belum pulang?" tanyaku ketika mendapati Shintia berada di depan toilet cowok
"Boleh ngobrol bentar nggak?" tanya Shintia
"Boleh, mau ngomong apa?"
Shintia berjalan mendahuluiku. Ia berjalan ke kantin dan langsung duduk di kursi.
"Mau pesan apa?" tawarnya
"Nggak perlu. Lagipula air minum dari kamu juga masih"
Shintia terdiam.
"Mau bicara soal apa?" tanyaku
Shintia menarik napas panjang.
"Sorry ya Nik. Aku tahu aku salah. Tapi aku nggak bisa bohongi diri aku sendiri. Aku suka sama kamu Nik"
Aku terdiam mulutku terasa kaku.
"Aku tahu ini salah. Aku cuma mau ngungkapin perasaanku aja supaya aku lega. Aku tahu kamu suami sahabatku, aku tahu ini salah"
"Emmm Shin, maaf untuk perasaan kamu yang nggak bisa aku balas. Kamu gadis yang baik, cantik, multitalenta. Kamu bisa dapat cowok seperti yang kamu mau. Maaf kalau selama ini perhatianku ke kamu buat kamu terbawa perasaan, kamu sahabat Dini sudah seharusnya aku memperlakukan kamu dengan baik. Aku nggak ingin mengecewakan Pak Heru. Apalagi saat ini Dini sudah mulai menerima aku walaupun belum sepenuhnya" jelasku
"Its Ok Nik! Aku udah mereka lega sekarang. Ya udah kalau begitu, aku pulang dulu ya" pamit Shintia
Hujan turun begitu derasnya. Bersamaan dengan jamku pulang. Dalam perjalanan pulang motorku berhenti di sebuah halte. Sekilas seperti Dini, tapi apa mungkin Dini belum pulang semalam ini?
"Dini?"
Dini langsung berlari ke arahku dan langsung memelukku yang masih mengenakan jas hujan.
"Kamu belum pulang? Barra mana?" tanyaku
Dini tak menjawab pertanyaanku. Ku lihat Dini yang basah kuyup dengan pakaian terlarangnya.
"Kamu bawa baju ganti kan?" tanyaku lagi
Dini mengangguk. Ku gandeng Dini menunggu motorku. Ku bawa ia ke pom bensin untuk ganti baju.
"Kamu kalau jalan depan Barra kenapa harus pakai baju yang seksi sih? Kamu ngelanggar perjanjian yang kita buat?"
Sebulan yang lalu kami membuat perjanjian tertulis. Tidak ada yang diuntungkan dalam perjanjian ini. Sebab aku tahu hubungan Dini dan Barra juga sedang diujung tanduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
Short StoryMenikah. Setiap orang juga ingin menikah. Menikah dengan orang yang dicintainya. Menikah di waktu yang tepat. Menikah saat sudah siap. Namun akankah keputusanku ini salah? Aku menikah dengan gadis yang tidak ku kenal. Aku menikah saat aku belum sepe...