Aku terbangun dari tidurku kala Dini menyiramkan air ke wajahku.
"Din, kamu apaan sih? Nggak bisa apa banguninnya dengan cara yang baik" dumelku
"Baju gue di lemari Lo kemanain?" tanya Dini
"Ada di tempat sampah. Jangan pakai baju itu lagi ya"
Dini langsung berlari ke tempat sampah di depan kamar mandi. Ia memunggut kembali baju - bajunya.
"SOBEK!!! LO GILA YA NYOBEKIN SEMUA BAJU BAJU GUE!!!!"
"Nanti kita beli lagi ya. Baju kamu masih ada beberapa di lemari"
"LO CUMA NYISAIN DUA BAJU AJA BEGO!"
"Nanti beli pakai uang aku"
Dini menendang tempat sampah di depannya dan keluar dari kamar. Karena bajuku basah, aku memilih untuk mandi daripada mengikuti Dini. Nanti setelah selesai mandi akan ku susul ia sarapan.
Setelah selesai aku turun untuk menyusul Dini sarapan. Padahal anak itu belum mandi, bisa bisanya ia mencari makan.
Walaupun ia belum mandi dan cuci muka, Dini sudah cantik dengan wajah bare facenya. Karena ku lihat Dini tidak banyak menggunakan make up wajarlah kalau kulitnya bagus. Skincarenya mahal dan perawatan rutin. Sekarang tinggal bagaimana caraku untuk bisa membunuhi kebutuhannya Dini. Entahlah ku pikirkan nanti sepulang dari Bali.
Aku mulai panik ketika tak menemukan keberadaan Dini. Ku percepat langkahku menuju ke lobi. Aku bertahan pada satpam hotel, ku sebutkan ciri -ciri Dini. Katanya Dini keluar dari hotel.
Dini pergi kemana? Ia buta maps. Aku takut kalau ia tak bisa kembali lagi padaku.
Ku hubungi Shintia tidak mungkin ku telpon Pak Heru saat ini. Semoga Shintia bisa membantuku.
Beruntunglah, perangkat Dini masih tersimpan di ponsel Shintia. Setelah ku temukan dimana letak Dini berada, aku bergegas menuju ke lokasi.
Sesampainya di tempat dimana Dini berada. Ku tanyakan pada resepsionis di lobi. Aneh. Tidak ada kamar reservasi atas nama Andini Maharani. Padahal jelas bahwa lokasi Dini ada di hotel yang tidak jauh dari tempat kami bermalam.
Ku konfirmasi lagi ke Shintia. Ia memintaku mencari kamar reservasi atas nama Samuel Barra Reynanda. Lantai tiga nomer 515. Aku menuju kamar yang dimaksud.
Ku ketuk pintu kamar 515. Benar saja yang membuka pintu kamar adalah Barra. Rambutnya yang masih basah dengan lilitan handuk di pinggangnya. Tanpa basa basi aku menyelonong masuk ke kamarnya. Meskipun Barra menarikku dan memakiku karena tindakanku.
Ku dobrak pintu kamar mandi. Dini terkejut atas kehadiranku. Segera ia memakai kimono mandinya meskipun di kepalanya masih terdapat busa.
"LO NGAPAIN KESINI?!" badannya yang kecil mendorong tubuhku keluar.
Seharusnya aku yang marah dengan Dini. Aku bisa saja langsung menyeretnya keluar namun mental Dini yang jadi taruhannya.
Ku tutup kembali pintu kamar mandi yang engselnya rusak. Ku biarkan Dini menyelesaikan mandinya.
Barra masih berada di sampingku. Sama sepertiku berdiri mematung di depan pintu menunggu Dini selesai mandi.
Barra langsung menodong pertanyaan pada Dini begitu Dini membuka pintu.
"Dia siapa?"
"Supir aku sekaligus bodyguard yang dibayar Papa buat jaga aku selama di Bali"
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
Short StoryMenikah. Setiap orang juga ingin menikah. Menikah dengan orang yang dicintainya. Menikah di waktu yang tepat. Menikah saat sudah siap. Namun akankah keputusanku ini salah? Aku menikah dengan gadis yang tidak ku kenal. Aku menikah saat aku belum sepe...