Andini Maharani. Perempuan berusia dua puluh tahun yang berhasil membuat kepalaku pusing akan sikap dan perlakuannya yang buruk.
Pantas saja Pak Heru angkat tangan. Haruskah aku seumur hidup dengan wanita ini? Apa aku sanggup? Namun, jika aku menyerah, apa konsekuensi yang aku dapatkan dari Pak Heru?
Seperti yang dikatakan Shintia. Aku menemuinya di tempat yang ia tentukan kemarin. Shintia tidak ikut teman - temannya belanja oleh - oleh. Ia beralasan sakit perut, maka dari itu kami bisa keluar bersama.
Shintia memintaku berhenti di barber shop. Aku memboncengnya dengan sepeda motor yang disewanya. Tenang, ada jarak saat aku memboncengnya. Atas permintaanku Shintia menjaga jarak denganku.
"Ngapain kesini? Ini pangkas rambut buat cowok loh" tegurku
"Aku mau permak kamu biar bisa dapatkan hatinya Dini. Makannya sebelum ketemu tadi aku minta kamu ambil uang dulu"
"Maksudnya aku potong rambut?" tanyaku panik
Shintia menarikku masuk ke dalam.
"Ayo, waktu kita nggak banyak"
Aku sengaja memanjangkan rambutku setelah lulus SMA. Setiap aku kerja, aku selalu berpenampilan rapi dengan menguncir rambutku.
"Buat ganteng Bli. Seganteng oppa Korea. Sekalian kumisnya" pinta Shintia
"Kumisnya jangan Bli" sanggahku
"Sekalian aja Bli!" tegas Shintia
"Dini suka sama oppa Korea. Makanya dia gamon dari Barra. Udah deh nurut aja"
"Tapi aku lebih suka jadi diriku yang apa adanya"
Shintia mengisyaratkan padaku untuk diam.
Ku buka mataku setelah selesai mencukur kumis. Aku kaget dengan bayangan yang ada di cermin. Padahal dulu waktu sekolah aku juga memiliki rambut pendek. Tapi kali ini auranya berbeda. Nggak nyangka aku seganteng itu ternyata.
"Kenapa nggak dari dulu sih Nik. Kamu ganteng loh! Nggak kalah dengan Barra. Aku berani taruhan, Dini pasti langsung jatuh hati sama kamu. Kamu sangat berbeda Nik" puji Shintia
Setelah dari barber shop, ia mengajakku ke toko baju grosir. Supaya lebih hemat dan dapat banyak kata Shintia. Ia juga sangat baik padaku. Aku diberikan tips outfit apa yang cocok denganku.
Sebagai tanda terimakasih. Aku mentraktir Shintia bakso.
"Maaf ya cuma bisa ngasih bakso" ungkapku
"Iya santai aja. Aku nggak keberatan kok. Nanti sebelum pulang ke hotel kasih Dini bunga atau coklat. Barra sering lakuin itu ke Dini. Ingat juga hari ulang tahunnya, sering sering kasih kejutanlah pokoknya"
Kami mengobrol banyak soal Dini. Sebab aku mengoreknya. Aku ingin tahu lebih banyak soal Dini.
Setelah aku mengantar Shintia kembali ke Villa. Aku keluar untuk mencari coklat. Ku harap Dini bisa luluh dan nurut denganku.
Belum sampai di minimarket, Dini meneleponku menanyakan keberadaanku.
Ia marah kerana aku tidak ada di Villa. Ku minta ia menunggu sebentar.
"Itu Mas Niko supir kamu Din? Baru kita tinggal dua jam udah berubah skinnya" ujar teman Dini
"Ayo Non, Pak Heru sudah menunggu untuk makan siang" ajakku sambil ku bukakan pintu taxi untuknya
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
Short StoryMenikah. Setiap orang juga ingin menikah. Menikah dengan orang yang dicintainya. Menikah di waktu yang tepat. Menikah saat sudah siap. Namun akankah keputusanku ini salah? Aku menikah dengan gadis yang tidak ku kenal. Aku menikah saat aku belum sepe...