Matahari telah berdiri tegak 90° berada tepat di atas kepala, tepat pukul 13:00 dengan suhu 35°C itu adalah suhu yang cukup tinggi meski sudah berada di dalam rumah.
Akan tetapi itu tidak dirasakan oleh Alasya, gadis itu kedinginan, karena pendingin kamarnya menyala.
Gadis itu menggigil, nafasnya naik turun, sepertinya ia kesulitan bernafas. Alasya mencoba mencari-cari barang di nakas miliknya, ia membuka nakas atas tapi barang yang ia cari tidak ada.
"Arghhh" Ia menghentikan aktifitas nya, nafasnya tersenggal-senggal jelas membuat ia semakin sulit bernafas.
Alasya mencoba membuka laci nakas yang berada dibawah sendiri dan-
"Ck siapa yang taruh disini, arhhh" Sempat-sempatnya gadis berusia 18 tahun itu menggerutu ditengah masalah hidup dan matinya.
'Inhaler' itu barang yang ia cari sedari tadi, dari kecil ia sudah mempunyai penyakit asma.
Ceklek
Tiara membuka pintu kamarnya lalu bertanya, "La? Kamu kenapa? Kambuh lagi?" Wanita muda itu bertanya saat melihat adiknya menggenggam inhaler di tangannya dengan nafas yang masih naik turun.
Namun Alasya tidak menggubris sama sekali kakaknya itu.
"Kita kerumah sakit ya, kakak mau telfon kak feby dulu"
"Nggak usah, nggak butuh. Buat apa ke rumah sakit? Palingan hasilnya sama, Nggak usah terlalu overthinking anggap aja nggak ada apa-apa"
"Kamu bilang enak La, kamu kira kakak ngga khawatir?"
"Gue udah bilang kan sama lo, anggap aja nggak ada apa-apa, gampang kan!"
~~♬ ❤🩹 ♬~
Hening itulah yang dirasakan kedua gadis itu saat ini, hanya ada suara manusia yang berbincang-bincang, suara mesin pesawat dan suara angin yang saling lalu lalang.
Setelah sekian panjang perdebatan tadi, kedua perempuan adik kakak ini satu kursi dengan dipenuhi keheningan dan tidak saling bertukar pandang, ya mungkin mereka sedang irit berkomunikasi.
"Nasib-nasib punya nyokap suka maksa maunya sendiri" Ucap gadis bersurai panjang memecah keheningan setelah setengah jam mereka berdiam.
"Kayak lo" Jawab gadis dingin itu.
Alasya dan Tiara berada di kursi yang sama, Alisya meminta kakanya itu menemani Alasya karena ia tau kesehatan kembarannya itu sedang tidak baik-baik saja, sedangkan ia bersama beni dan dion tepat berada di kursi sebelah saudarinya itu.
"Neca-Zavara-Alasya-Adienata, kakakmu ini tidak seperti itu ya" Sengkal Tiara, dengan menekan setiap kata dan sedikit mengeraskan suaranya.
"Bisa nggak sih,nggak usah keras keras kalo ngomong. ini pesawat, bukan hutan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WRITTEN DESTINY | God Scenario (ON GOING)
Novela Juvenil"Scenario Tuhan tidak akan pernah ada yang tau" -Neca Zavara Alasya Inilah kisah Alasya sang gadis arogan dengan scenario Tuhan, seperti apakah kisah nya? HAPPY READING TEMAN-TEMAN