10. Punishment

738 65 22
                                    

BUK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUK!

" Nih. Tolong fotokopi sebanyak 100 lembar."

Karina yang pada saat itu lagi sibuk mengurus tumpukan kertas di tangannya, langsung melotot ketika Jinnah tiba-tiba menyodorkannya tumpukkan kertas yang baru lagi.

" M-maaf bu. Ini beneran mau difotokopi 100 lembar?"

Barulah dia disuruh fotokopi sebanyak 50 lembar. Sekarang Jinnah nyuruh dia nambah lagi 100 lembar?!

" Iyalah! Kan tadi saya bilang 100 lembar!"

" Butuhnya sekarang juga ya, bu?"

" Ya iyalah, Karina! Masa tahun depan!"

Gila kali ni orang!
Yang tadi aja belum kelar!
Sekarang udah nambah lagi!!!

" Aku boleh minta bantuan Yeji nggak, bu?" Masalahnya sudah di fotokopi, kertas-kertas itu harus disusun sesuai dengan urutannya. Dan urutannya nggak boleh sampe salah.

Ngerjain 50 lembar seorang diri saja sudah bikin punggung Karina pegel. Apalagi nambah 100!

" Yeji sudah saya suruh kerjaan lain. Jadi cepat kamu kerjakan! Lalu antar ke ruang rapat!"

" Tapi bu-

" Jangan membantah! Cepat kerjakan!"

" B-baik bu..."

Karina sejujurnya udah capek banget disuruh-suruh gini. Mana kerjaannya suka nggak masuk akal.
Dikira Karina robot kali, ya? Atau mungkin bagi Jinah, karyawan baru itu babu perusahaan yang bisa disuruh-suruh dan diperlakukan semena-mena?

" Ssh.., pegel banget punggung gue.."

" Karina." Nggak lama setelah Jinah pergi, seorang karyawan datang menghampiri Karina dan menumpukkan lembaran kertas.
LAGI.

Buk!

" Karina. Tolong yang ini sekalian, ya??"

" Hah..??"

" Nanti kalau udah, tolong bawain juga ke ruang rapat, ya!! Makasih!!"

" Tapi-
Belum sempat Karina nolak, karyawan itu udah keburu pergi.

" Ahhh capekkkkk!!!" Karina mengusak rambutnya frustasi. Pengen nangis tapi gabisa. Protes juga nggak bisa.

Tapi dari sini Karina bisa tahu, ternyata nyari duit tuh nggak gampang :"

" Bisa nggak ya, gue langsung nikah aja?Sama konglomerat gitu....hiks."

" Sama saya?"



Udah nggak asing lagi sama suara itu, Karina nengok dengan muka masam.
" Apaan sih."

" Yang barusan itu pas sekali dengan saya. Iya, kan?"
Pria itu bersandar di dinding dengan ekspresi tengil.

Duda Lantai LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang