●
●
●
HAPPY READING!
━━━━━━━━Pria itu memasuki rumahnya tepat pada pukul delapan malam. Setelah mengantar Zera, dirinya berbelok ke arah rumah Garlen yang kebetulan tidak jauh dari rumah gadis itu, hanya memakan waktu 25 menit untuk dirinya sampai dirumah temannya itu. Disana juga ada Jogi yang numpang makan dan Zeka, pria itu tidak ikut nimbrung karena katanya dia tidak mood.
Tidak jauh dari tempatnya berdiri, mata kecokelatan miliknya melihat jika keluarganya sedang makan malam. Disana sudah terdapat ayah, bunda, dan juga adik laki-lakinya.
Menghela nafas kasar, Aryan melanjutkan langkahnya, melewati ketiga orang itu yang sedang makan dengan tenang. Melangkah dengan ringan, tidak mau mengganggu orang-orang itu.
Dentingan sendok yang beradu dengan piring terdengar nyaring dirumah besar nan luas itu. Rumah megah dengan perabotan mahal nan indah menghias rumah itu, terlihat seperti ada kesan hangat melingkupi keluarga itu, namun nyatanya tidak.
"Ryan, kemarilah, kita makan bersama, duduk disamping adik mu." Suara tegas dan dalam datang dari yang tetua sekaligus menjabat sebagai kepala keluarga, Adnan Sanjaya.
Aryan menghentikan langkahnya pada undakan tangga pertama, memejamkan matanya lalu menghela nafas kasar "Udah kenyang." Tanpa berbalik menatap ayahnya, Aryan melanjutkan langkahnya menuju kamarnya di lantai dua.
Sang Bunda, Rinjani Kamala. Menatap punggung lebar putra sulungnya dengan tatapan sedih, dia tidak bisa berbuat banyak dalam situasi seperti ini. Ini hanya perihal waktu yang dapat membuat semuanya kembali baik, seperti sebelumnya.
Tugasnya disini hanya lebih sabar dan lebih keras lagi untuk membujuk dan memberikan pengertian pengertian kepada putra sulungnya itu. Wanita itu mengerjapkan matanya lalu kembali menghabiskan makan malamnya.
Sang adik yang sedari tadi menatap bundanya dengan tatapan tak terbaca, selalu seperti ini, lantas menghela nafas kasar.
'Gini terus, kapan tu orang sadar dan ga nyusahin' batin pria itu.
Aryan menghempaskan tubuhnya diatas kasur yang di lapisi seprei berwarna abu-abu. Pria itu menghembuskan nafasnya kasar, membawa lengannya itu menutupi matanya. Pria itu sangat lelah.
Tiba-tiba sepintas bayangan Zera muncul memenuhi pikirannya. Sial, gadis itu tidak mau pergi meninggalkan pikirannya, dia tidak ingin lancang memikirkan gadis itu, tetapi dirinya sendiri menolak menepis atensi gadis itu.
Dirinya mengaku kalah, dia kalah, dia menyukai gadis itu, adik dari sahabatnya sendiri. Entah bagaimana nanti reaksi dan respon Zeka, saat nanti dirinya menyatakan bahwa dia menyukai adik pria itu dan ingin menjadikan zera sebagai miliknya seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYANZERA
General Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Kisah klasik Adante Ryanjaya dan Zehara Luffy, kisah klasik Mahasiswa semester 4 dan siswi SMA kelas 12, dan permainan perasaan tanpa ujung, membuat keduanya dilema dan mulai meragukan perasaan masing-masing. Perbedaa...