●
●
●
HAPPY READING!
━━━━━━━━Setelah dari kantin fakultas, keempat pria itu lantas bergegas menuju kelas masing-masing untuk melanjutkan mata kuliah kedua. Masih tersisa 30 menit, tapi tidak masalah, sekali kali menunggu dosen tidak ada salahnya.
Namun ditengah jalan, tiba-tiba Aryan menarik Zeka dan mengatakan kepada Garlen dan Jogi untuk ke kelas duluan saja, karena dirinya ada sedikit kepentingan dengan Zeka.
Disinilah kedua pria itu berada, di sebuah tempat di samping kantin yang lumayan sepi. Di tempat itu hanya di penuhi oleh rumput rumput hijau yang sedikit memanjang dan juga beberapa bangku yang sudah rusak yang di biarkan di tempat itu.
Zeka yang merasa bingung menatap temannya yang hanya berdiri di depannya, sejak lima menit tadi pria itu belum mengucapkan satu kata pun.
"Lo, ga niat perkaos gue disini, kan." Ucapan Zeka yang memecah keheningan yang sedari tadi menemani mereka.
"Anjing, mulutnya kayak yang ga pernah baca Ayat Kursi." Aryan berceletuk, menatap ngeri pria di depannya. Sedangkan, pria di depannya sudah memasang wajah waspada, perasaannya jadi tidak enak, Zeka merasa merinding.
"Ya, terus, lo mau ngapain?"
"Gini, gue.. mau ngomong serius."
"Lo, mau ngelamar gue?"
"Bukan, anjing ah, denger dulu."
Oke, Zeka terdiam menegakkan tubuhnya untuk mendengar penjelasan yang akan keluar dari mulut temannya itu. Zeka berdehem sejenak lalu menatap serius Aryan yang sedang mengatur ekspresinya.
Dahi Zeka mengerut dalam, "Kenapa, sih?"
"Sabar, biar gue nyusun kata katanya dulu."
Aryan menarik nafas dalam sebanyak yang dia bisa, otaknya mulai menyusun kata demi kata yang akan dia lontarkan agar Zeka tidak tersinggung dan akan memberinya jalan.
Lo bisa, lo pasti bisa, masa gabisa sih, bisa dong. Aryan menyemangati dirinya sendiri, setidaknya membuat dirinya tenang dan dapat berpikir dengan jernih. Dia tidak boleh sampai gegabah dan salah kata, ini kesempatannya.
Benar, ini adalah waktu yang tepat. Dia tidak ingin mengambil banyak waktu, perasaannya saat ini sudah tidak bisa ditahan tahan lagi, dia tidak ingin menyiksa dirinya lebih banyak lagi dari ini.
Aryan memejamkan matanya, menarik nafas meyakinkan sekali lagi dirinya sebelum benar-benar mengucapkan kata-kata. Tangan terkepal erat, dia sudah yakin, sangat yakin.
Pria itu membuka kembali kedua matanya, menampakkan iris kecokelatan yang terlihat serius, "Gue, suka sama Zera, adek lo. Tolong biarin gue buat deketin dia, gue bilang gini, mau izin ke lo, sebelum gue benar-benar memulai pendekatan dan gantiin posisi lo, buat jagain dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYANZERA
General Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Kisah klasik Adante Ryanjaya dan Zehara Luffy, kisah klasik Mahasiswa semester 4 dan siswi SMA kelas 12, dan permainan perasaan tanpa ujung, membuat keduanya dilema dan mulai meragukan perasaan masing-masing. Perbedaa...