Empat

306 34 1
                                    

🤍 TYPO EVERYWHERE 🤍

Hari libur yang diambil Indira akan dihabiskan dengan bersantai dirumah sepanjang hari. Ia akan tidur hingga puas, rebahan, menonton drama yang belum ditontonnya, memesan makanan lewat aplikasi online, dan aktivitas menyenangkan lainnya. Indira juga bertekad akan bangun siang hari, sebelum ia mengernyit dalam tidurnya, mendengar suara orang ribut dari lantai bawah yang mengganggu tidurnya.

Tangannya bergerak meraih bantal, lalu ditutupinya telinga dengan bantalnya. Indira baru saja ingin kembali terlelap saat suara lain membuatnya terkejut hingga membuka mata. Segera Indira duduk dengan wajah kesalnya. Matanya yang masih mengerjap ngantuk hampir memaksanya untuk kembali terlelap, tapi suara pertengkaran dilantai bawah akhirnya membuatnya bangun, menahan rasa kantuknya lalu pergi keluar kamar.

Langkahnya terhenti d tangga pertama saat namanya disebut-sebut dalam pertengkaran itu.

“Dira kan udah bilang kalo dia nolak perjodohan mah. Kenapa mamah jadi pusing sendiri sih?”

“Itu masalahnya! Dia nolak perjodohan, artinya kita punya tanggung jawab buat jaga dia sampe dia nikah nanti.” Indira melangkah satu tangga lagi, berniat menguping pembicaraan lebih jelas. “Mau sampe kapan kita harus nanggung dia? Mamah udah pusing ya mikirin kamu sama biaya kuliah kamu. Kalo ditambah satu anak lagi, bisa gila mamah lama-lama. Dira juga bilang pengen masuk kuliah, uang kuliahnya darimana? Gak ada uang kita.”

“Ya dia kan juga kerja. Bayar kuliah make uang kerjanya itu kali. Ngapain kita ambil pusing semuanya dibebani ke kita?” Itu suara Bagus, suami dari tantenya.  

“Dia anak mbak ku, mas. Udah wajar kalo aku juga bertanggung jawab buat jaga dia karna mbak ku pergi duluan. Tapi aku juga gak sanggup kalo semuanya dibebani ke aku gini. Kehidupan Indira, Hanum, biaya kuliah yang mahal, terus urusan kamu lagi.”

“Lagian kenapa juga mbak mu mati duluan sih? Udah tau kalo ninggalin anak jadi beban gini ke keluarganya.”

Napas Indira tertahan. Seperti tersiram oleh air dingin, rasanya Indira tersadarkan oleh sesuatu. Pertengkaran keluarga itu membuatnya sadar, kalau selama ini dia merepotkan mereka. Waktu satu tahun tahun lebih ia diasuh oleh keluarga dari adik mamahnya, ternyata membuat keluarga itu mengeluhkan keberadaannya yang menjadi beban. Meski Indira tinggal dirumah peninggalan orang tuanya, dan membiayai hidupnya dengan bekerja mandiri, tak serta merta membuat mereka menganggap Indira sebagai keluarganya.

Indira menyandarkan tubuhnya sebentar, sebelum ia kembali ke kamarnya. Gadis itu duduk meja belajarnya sambil menatap kalender disana. Pikirannya melayang ke mana-mana, memikirkan ucapan keluarga sang tante, yang kalau boleh jujur menyakitinya. Ia menghela napasnya kasar sembari meraih kalender itu, matanya menatap nanar tanggal yang sudah dilingkari disana. Tanggal ujian mandiri yang akan dihadirinya untuk masuk ke PTN incarannya.

Indira menyandarkan tubuhnya dikursi. Tangannya bergerak meraih ponselnya, mencari besaran biaya perkuliahan yang akan ditanggungnya nanti. Hatinya mencelus melihat besarnya bayaran yang harus ditanggungnya. Suara teriakan Risma kembali mendengung dipikirannya.

Mahal banget, batinnya pahit.

Gadis itu meletakkan ponselnya. Perjodohan dengan orang yang tak dikenalnya, atau menolak dan memaksakan diri untuk berkuliah dengan uang sisa tabungan yang ditinggalkan orang tuanya? Indira mendongak menahan air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

 Udah wajar kalo aku juga bertanggung jawab buat jaga dia karna mbak ku pergi duluan. Tapi aku juga gak sanggup kalo semuanya dibebani ke aku gini.

Lagian kenapa juga mbak mu mati duluan sih? Udah tau kalo ninggalin anak jadi beban gini ke keluarganya.

Lagi. Lagi-lagi Indira disalahkan atas sesuatu yang terjadi diluar kendalinya. Apa mereka pikir ia juga mau membebani mereka? Apa mereka pernah memikirkan seberapa sulitnya mengikhlaskan kehilangan semuanya secara bersamaan? Apa pernah terbesit dipikiran mereka kalau ia juga tidak mau ini terjadi?

Terlalu Muda (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang