Aina membuang pandangannya ke jejeran gerobak penjual makanan di area food court mall. Ia kesal sekali pada Elang yang duduk di hadapannya. Lelaki yang jadi sasaran kekecewaannya itu malah asyik minum ice lemon tea dan makan siomay udang.
"Aku harus bagaimana sekarang? Gak ada jalan keluar dari rumah Aryo!" gerutu Aina.
"Bukannya itu tujuanmu? Masuk ke rumah suamimu dan bisa dekat terus sama dia?" Elang menyuap sepotong besar kentang rebus berlumur bumbu siomay. Aina melotot tajam ke arahnya.
"Kau pikir rumah itu nyaman untuk tinggal? Semua pembantu dan karyawan restoran yang tinggal di sana semua melirik judes padaku!"
"Siti tidak begitu, kan? Dia bukan jenis boss galak." Santai sekali tingkah Elang menghadapi Aina yang sedang marah. Mereka bertemu di Rita Mall Tegal, membuat janji lewat WhatsApp. Sudah lewat tiga hari sejak kejadian Aryo menggeledah rumah Aina. Elang kembali ke kamar belakang rumah itu dan tinggal dengan nyaman di sana. Aina si pemilik rumah malah terjebak tinggal di rumah Aryo. Kesal sekali Aina!
"Kau gak takut polisi akan datang lagi?" tanya Aina. Elang menggeleng.
"Mereka tidak akan datang."
"Kenapa?"
"Tidak ada kasus kriminal yang terjadi, kan? Rumahmu tidak dirampok? Hanya karena Aryo menemukan panci berisi air panas di atas kompor saja terus dia mengira ada penyusup masuk? Polisi gak kurang kerjaan, Na."
Aina memiringkan kepala dan menatap serius wajah Elang. Lelaki itu selesai menghabiskan siomaynya dan meneguk ice lemon tea dalam gelas besar sampai kering.
"Aku jadi curiga. Apa kah ini salah satu hal yang kau rencanakan?"
"Maksudmu?" Elang menatap mata Aina. Bola mata cokelat milik lelaki itu sungguh mempesona. Dinaungi bulu mata lentik dan alis tebal, Aina mengakui daya tarik Elang memang sekuat cakar burung elang.
"Kamu bikin ribut di dapur itu bukan karena gak sengaja kelaparan dan berniat masak mie atau apapun malam itu. Kamu sudah merencanakan semuanya dengan rapi. Sengaja agar Aryo mengetahui bahwa ada penyusup di rumahku lalu memaksaku tinggal bersamanya dan Siti. Benar begitu?"
"Betul. Ternyata kau pintar." Elang menyandarkan punggung. Senyumnya terkembang lebar.
"Aku akui kau memang licik, Lang."
"Ini baru awal. Selanjutnya adalah tugasmu, Na. Kita beri kejutan-kejutan kecil untuk Siti. Aku titip beberapa barang nanti untuk kau letakkan di dalam kamar Siti.'
Tubuh Aina terasa tegang. Apa lagi rencana Elang?
"Kamu sudah bisa masuk lagi ke rumah Aryo tanpa terkesan kau yang ingin kesana. Mereka yakin keselamatanmu terancam. Gunakan itu untuk mendapatkan simpati Aryo." Elang mengetuk-ngetuk meja dengan kuku telunjuknya.
"Katakan rencanamu seluruhnya, biar aku bisa paham. Jangan setengah-setengah begini!"
Elang tertawa. Tanpa malu, ia mengambil garpu di piring siomay Aina lalu memakan beberapa potong siomay udang yang enak itu. Aina melotot melihat sikap kurang sopan itu. Benar-benar urakan si Elang ini!
"Aku masih melihat keraguan di matamu, Na. Kamu masih bingung memutuskan apakah akan benar-benar memisahkan Aryo dan Siti ataukah menerima jadi istri kedua sepanjang hidupmu. Aku gak mau ambil resiko dengan membeberkan semua ideku padamu. Cukuplah kamu tahu bagian demi bagian saja."
Aina membenarkan pikiran Elang dalam hatinya. Ia memang masih takut melakukan ide-ide mantan kekasih Siti itu. Aina membuang pandang ke arah gerobak-gerobak food court.
"Setelah ini apa lagi?" tanya Aina.
"Seperti tadi aku bilang. Aku mau titip ini. Letakkan di kamar Siti, di laci nakas atau di bawah baju atau dimanapun yang sekiranya tersembunyi tapi Aryo bisa menemukannya. Ini." Elang mengulurkan sebuah amplop yang diambilnya dari dalam tas pinggangnya ke arah Aina. Tangan Aina ragu mengambilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU MENCINTAIMU (tamat)
RomanceSiti tidak pernah menduga ia akan jadi istri pertama. Aryo, suami yang ia temani sejak nol, minta izin mendua ketika mereka sudah berjaya. wanita kedua yang akan jadi madu Siti adalah Aina, cinta pertama Aryo. Siti tidak punya pilihan selain setuju...