44. Agen Hati

122 5 0
                                    

Akibat perbuatan Aryo tadi, Aina kesiangan datang ke butik. Para karyawan sudah mulai bekerja. Pukul sembilan lebih lima belas menit Aina baru masuk ke dalam butik Hamidah, rambutnya yang habis keramas masih terasa lembab walau sudah ia keringkan dengan hairdryer.

Aryo juga pergi ke restoran Bubur Ayam Jakarta 95. Siti sudah mulai bekerja sejak jam setengah enam pagi.

Pukul sebelas, Hilya datang ke butik Hamidah. Aina menemuinya dengan senyum cerah. Pesanan Hilya sudah selesai dan sudah dikemas. Walaupun pesta pernikahannya masih lama, Hilya memutuskan membawa seragam keluarga pesanannya siang ini.

"Cantik banget, Mbak Aina. Wah, kayaknya saya bakal langganan nih. Nanti kalau saya selamatan kehamilan, gaunnya saya pesan di Mbak Aina lagi, ya!" Hilya tersenyum lebar saat melihat contoh gamis dan koko pesanannya.

"Alhamdulillah kalau Mbak Hilya suka. Semoga kerjasama kita gak terputus."

"Mbak Aina nanti datang ya ke pesta nikahan saya!"

Wajah Aina berseri-seri. Ia harus ramah pada klien, walaupun saat itu ia ingin sendiri. Klien tajir seperti Hilya tidak boleh dikecewakan!

"Insyaa Allah saya bakal datang, Mbak Hilya. Salam buat suami Mbak, ya."

Mendadak wajah Hilya berubah menjadi suram. Aina melihat hal itu.

"Suami saya itu bukan bujangan, Mbak Aina. Kadang saya merasa bersalah, karena ada yang bilang saya merebut suami orang. Suami saya sih bilang istri-istrinya sudah mengizinkan dia menikah lagi," kata Hilya. Aina terkesiap kaget mendengar cerita sang klien.

"Lho, saya pikir Mbak Hilya dan suami itu bujang dengan gadis. Suami Mbak Hilya sudah beristri?"

"Iya. Sudah. Saya istri ketiga, dia bilang. Bagaimana ya, Mbak, saya udah terlanjur jatuh cinta sama dia. Rasanya gak apa deh kalau memang harus berbagi suami, yang penting saya bisa dapat cintanya dia walaupun gak utuh," kata Hilya pelan. Setelah bicara ia tersenyum lembut dan menatap Aina.

Aina tidak tersenyum lagi sekarang. Wajahnya jadi serius.

"Istri ketiga? Wah, suami Mbak Hilya itu jagoan, ya."

"Dia pengusaha, Mbak. Waktu deketin saya, dia bilang dia mau menikah lagi karena dari dua istrinya dia gak punya anak. Kedua istrinya kasih izin, tertulis, pakai materai segala. Semoga mereka beneran bisa nerima saya apa adanya."

Sesuatu dalam otak Aina berbunyi nyaring. Apakah itu alarm? Kisah Hilya menimbulkan rasa aneh dalam hati Aina. Senyum Hilya yang begitu manis menyejukkan hati, tapi tetap tegas. Hilya bangga pada suaminya, itu yang bisa Aina tangkap.

"Maaf, boleh saya tahu nama suami Mbak Hilya?"

Ada rona merah mewarnai pipi Hilya. Ia kelihatan senang sekali karena Aina begitu perhatian pada kisahnya.

"Penasaran kan, Mbak Aina? Haha, nanti saja ketemu langsung sama suami saya itu di resepsi pernikahan kami. Mbak Aina undangan spesial!"

Aina memaksa wajahnya untuk tersenyum. Sungguh, ia penasaran bukan main. Pengusaha dan sudah punya dua istri? Apakah lelaki itu ia kenal?

*****

Aryo bekerja di restorannya dengan senyum tak lepas dari bibir. Siti memperhatikan itu sejak kedatangan Aryo pagi tadi. Sekarang sudah masuk jam makan siang, restoran bubur ayam itu mulai penuh oleh pelanggan.

Aryo sigap bekerja di dapur, membuat suwiran daging ayam untuk topping bubur. Siti di gerobak layanan, meracik pesanan pelanggan. Sesekali Siti menoleh ke dapur melihat Aryo. Entah kenapa, masih saja ada rasa curiga di hati Siti pada sang suami. Ada banyak hal aneh pada tingkah Aryo akhir-akhir ini. Seperti satu ini.

SUAMIKU MENCINTAIMU (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang