Kedua istri Aryo duduk berhadapan di meja kerja Aina di kantor butik Hamidah. Sore itu Siti kelihatan begitu lelah. Aina melihat raut wajah Siti suram.
Siti datang ke butik naik ojek online. Ia meninggalkan Aryo di restoran dan pamit pada suaminya itu dengan jujur bahwa ia mau ke butik untuk ketemu Aina. Siti melihat wajah Aryo tadi diliputi banyak tanda tanya tapi pria itu tidak bertanya apapun padanya.
"Aku juga merasakan itu, Ti. Ada yang aneh." Aina menatap Siti tajam.
"Sejak sebelum pergi ke Jakarta untuk urusan penjualan cabang restoran, aku sudah merasakannya, Mbak," sahut Siti.
"Hari ini aku mengalami hal yang lebih aneh lagi." Aina lalu bercerita tentang Hilya dan percakapannya dengan wanita itu pada Siti. "Nggak tahu dimana hubungannya, tapi aku merasa Hilya ini juga aneh."
"Gadis cantik jadi istri ketiga. Suaminya pengusaha. Dari dua istri terdahulu tidak punya anak. Rasanya kok ada getaran dalam hatiku, ya, Mbak." Siti menggumam.
Ini aneh. Mungkin ini yang disebut feeling istri. Pria yang menikahi Hilya bisa saja siapapun di dunia ini. Apakah pria pengusaha beristri dua hanya Aryo? Ada ribuan lelaki seperti itu di luar sana, tapi dalam hati Aina, ia merasa Hilya ada sangkut paut dalam masalah ini. Jangan tanya kenapa, Aina tak tahu jawabnya.
"Satu hal lagi yang sedang aku selidiki, Mbak. Mas Aryo menjual dua cabang tapi dia bilang hanya satu cabang. Uang yang kita mainkan di sini jumlahnya sangat besar, milyaran. Aku sudah menelpon manager cabang Kemayoran yang mas Aryo bilang tidak dijual, tapi si manager bilang resto di sana sudah pindah tangan kepemilikan. Merknya juga sedang dalam proses perubahan. Manager itu bilang uang yang didapat mas Aryo ada tiga milyar. Kemana uang itu?" tanya Siti.
"Dia pikir segitu bo doh nya kita, ya. Terang-terangan dia karang cerita bohong dan berharap kau diam saja, Ti. Aryo juga bilang dia terlilit utang, kan? Utang apa dan buat apa?" Aina balik bertanya. Siti mengangguk.
"Itu dia, Mbak. Sampai sekarang aku belum dapat cerita jelas tentang utang itu, padahal itu alasan utama Mas Aryo sampai menjual restoran yang lagi ramai. Aku sudah minta dia transfer semua uang hasil penjualan cabang ke rekeningku tadi pagi. Sampai sekarang belum dia lakukan. Mungkin masih proses karena uangnya cukup banyak tapi aku tidak yakin ia akan kasih uang itu ke aku, Mbak."
Aina menggigit bibirnya. Ia berpikir keras kemudian disentuhnya tangan Siti.
"Satu lagi, Ti. Aku mau jujur sama kamu, tapi kamu janji jangan marah atau menuduhku yang bukan-bukan."
"Ada apa, Mbak?"
"Janji?"
Siti menatap Aina sebentar lalu mengangguk pelan. Aina menarik napas panjang. Ia genggam erat tangan Siti.
"Elang ada di rumahku. Dia tidur di paviliun belakang yang sudah tidak terurus. Aku sudah berusaha mengusir dia tapi dia tidak mau pergi. Jujur saja aku takut kalau harus tegas padanya karena ia berani berbuat ja hat pada kita. Aku mau bilang ke Aryo tapi khawatir dia malah berbuat yang semakin buruk, misalnya menantang Elang berkelahi."
Wajah Siti pucat mendengar itu. Ia pikir Elang sudah pergi jauh, ternyata pria itu masih ada di dekatnya.
"Elang ngajak aku nikah, Ti."
Kejutan kedua yang diucapkan Aina itu berdentam di dada Siti. Benarkah apa yang ia dengar?
"Dia ngajak kamu nikah? Kenapa?"
"Elang bilang dia jatuh cinta padaku dan merasa aku adalah wanita yang tepat untuknya. Kamu jangan marah sama aku, ya, Ti. Aku gak respon dia, sungguh!"
Siti balas menggenggam tangan Aina. Bukan hal seperti itu yang ia cemaskan. Ia hanya takut Elang menyakiti Aina.
"Kembalilah tinggal di rumahku, Mbak. Bahaya sekali kalau Mbak terus ada di dekat Elang. Biar saja dia di sana, Mbak Aina yang pergi."
"Enggak, Ti. Aku malu tinggal di rumahmu."
"Kenapa, Mbak? Di sana juga rumah Mbak Aina. Ayo, Mbak, nanti pulang ke sana, ya? Jangan di rumah Mbak berdekatan sama Elang!"
Aina bimbang, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah ia harus mengorbankan egonya dan kembali ke rumah Siti? Apa yang harus ia katakan pada Aryo, apa alasannya?
"Ti, aku diundang ke pernikahan Hilya. Kita datang bersama, yuk. Kita lihat apakah perasaan kita tentang sikap mas Aryo ini benar atau tidak." Aina membelokkan tema pembicaraan. Siti mengangguk.
"Biasanya insting istri itu tidak pernah salah, Mbak."
*****
Suasana rumah Aina yang sepi membuat Elang nyaman melakukan pekerjaannya, memantau dua perusahaan transportasi miliknya di Jakarta. Sebuah laptop menjadi temannya sepanjang hari selama ia sendirian di rumah kuno itu.
Ucapan Aina tentang usaha yang akan kolaps jika tidak dipantau oleh pemilik dan direksi memang benar. PT. Langit Transport yang memiliki dua trayek bus antar kota sebenarnya harus terus diawasi karena rawan korupsi. Entah kenapa, Elang tidak nyaman jika harus berada dalam kantor yang pintunya tertutup. Ia suka traveling.
Siti masih menjadi obsesinya. Sejak menyadari Siti akan pergi menjauh dari dirinya, Elang menjadi pemberontak. Semula ia menuruti permintaan orangtuanya untuk mengadakan pernikahan bisnis dengan putri pemilik perusahaan penyewaan jet pribadi. Ia berencana akan menikah sebentar saja lalu kembali pada Siti. Ternyata kabar yang diterimanya sungguh membuat hatinya patah, Siti menikah dengan pria lain.
Sejak itu Elang tidak peduli lagi dengan status sosial dan bisnis. Pikirannya dipenuhi cintanya pada Siti. Setelah ia tahu bahwa ibunya menemui Siti dan menghina gadis pujaannya, Elang menanyakan kebenaran berita itu. Ibunya membenarkan bahkan semakin menjatuhkan Siti di hadapan Elang. Itu adalah hari terakhir Elang pulang ke rumah orangtuanya.
Hidup Elang setelah itu adalah petualangan. Ia tetap bekerja mengurus perusahaan tapi ia merombak semua sistem pengelolaan perusahaan menurut kemauannya. Saham milik bapak dan ibunya ia beli dan mendepak kedua orangtuanya dari perusahaan. Ia tidak pernah menemui keluarganya lagi.
Siapa suami Siti, sudah lama Elang mengetahuinya. Keberanian untuk datang menemui sang mantan kekasih baru ia dapatkan setelah Elang merasa hidupnya semakin kering, ia haus kasih sayang. Banyak wanita mendekati tapi semua tidak tulus. Hingga akhirnya ia datang ke kota Tegal, tempat tinggal Siti dan Aryo.
Rencana selanjutnya sedang ia rencanakan dan lakukan. Kini yang Elang inginkan bukan hanya Siti, tapi Aryo dan Aina juga. Kedua orang itu menjadi target utama Elang. Semua yang menyakiti Siti harus bisa ia lenyapkan. Sepertinya ia sudah bisa membuat Aina yakin bahwa ia jatuh cinta pada wanita galak itu.
Elang masih terbuai lamunan sambil melihat teras samping rumah yang penuh tumpukan barang bekas. Tempat itu cocok sekali untuk jadi sarang ular. Elang bisa saja tinggal di hotel tapi ia tidak mau melakukan itu. Sengaja ia tinggal di rumah Aina. Ia mulai hapal jadwal kunjungan Aryo ke rumah sang istri kedua dan itu akan ia manfaatkan.
Malam ini mungkin akan jadi waktu yang tepat untuk menjalankan rencananya. Jam lima sore, Elang beranjak ke kamar Aina. Pintu kamar terkunci. Elang berbelok menuju ruang cuci. Ia masukkan sesuatu dari dalam kantung plastik ke tabung mesin cuci. Benda itu jatuh dan bercampur dengan tumpukan baju kotor di dalamnya.
Senyum Elang terkembang.
*****
Dari restoran Bubur Ayam Jakarta 95 ke rumah Aina hanya perlu sepuluh menit perjalanan jika jalan tidak macet. Aryo pulang belakangan bersama seorang karyawan yang bertugas pegang kunci. Siti sudah pulang duluan membonceng Neni.
Mobil Aryo tidak langsung menuju daerah Adiwerna, ke rumah Aina, tapi lurus dulu ke Utara ke arah Mejasem. Aryo menyempatkan ke rumah Hilya. Siti tidak akan tahu dan Aina juga pasti tidak peduli. Aina jelas menunjukkan ia tidak betah jadi istri Aryo. Tingkah dan ucapannya selalu bernada menyerang suaminya itu.
Beda dengan Hilya yang manis dan manja. Setiap kali teringat Hilya, Aryo merasakan gelombang jatuh cinta seperti pemuda belasan tahun.
Tangan Aryo meremas kantung celananya. Senyum bangga terulas di bibir. Dalam sakunya ada sebuah kotak beludru kecil berisi cincin berlian Asahan yang melekat di cincin emas 3 gram. Perhiasan yang sederhana tapi harganya luar biasa. Hampir seharga sebuah mobil baru. Hadiah kecil untuk Hilya. Aryo juga akan memberikan sebuah sertifikat tanah pekarangan miliknya yang sudah ia pindah nama menjadi nama ayah Hilya, Budiono.
Aryo merasa bangga pada dirinya yang sungguh pria sejati. Apapun yang Hilya minta, akan ia berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU MENCINTAIMU (tamat)
RomanceSiti tidak pernah menduga ia akan jadi istri pertama. Aryo, suami yang ia temani sejak nol, minta izin mendua ketika mereka sudah berjaya. wanita kedua yang akan jadi madu Siti adalah Aina, cinta pertama Aryo. Siti tidak punya pilihan selain setuju...