Aina mengecek penampilannya sekali lagi di cermin. Kebaya coklat muda bahan brokat dengan dalaman sewarna dan kain batik Pekalongan hitam yang anggun pas membalut tubuhnya. Selop beludru hitam ia kenakan sambil mengambil ponsel di nakas.
"Sudah siap, Ti?" Aina langsung bertanya ketika orang yang diteleponnya menjawab dengan salam.
"Sudah. Segera meluncur ke rumahmu, Mbak. Aku diantar Samsul, karyawan Bubur Ayam. Seperti perkiraanmu, Mas Aryo tidak ada di rumah sejak tiga hari lalu." Siti menjawab dari rumahnya. Ia juga sudah rapi berpakaian. Mereka berdua janjian datang kondangan ke resepsi pernikahan Hilya. Setelah sebulan menunggu, hari ini adalah hari H acara itu.
Entah kenapa, kedua istri Aryo itu semakin yakin ada yang tidak beres pada suami mereka. Semakin hari tingkah Aryo semakin aneh. Minggu ini adalah giliran Siti didatangi Aryo, tapi hanya dua hari saja Aryo ada di rumah. Tiga hari lalu Aryo pamit pergi ke Cirebon untuk mengurus pembatalan kontrak bangunan lokasi cabang Bubur Ayam Jakarta 95. Sampai hari ini, Siti belum menerima sepeserpun uang penjualan cabang restoran di Jakarta. Aryo selalu punya alasan menunda transfer uang milyaran Rupiah itu. Bahkan saat Siti minta ikut melihat nominal uangnya di buku rekening Aryo, sang suami malah marah dan menyebut Siti istri matre.
Kecurigaan Siti semakin kuat ketika ia sempat melihat tas bawaan Aryo yang berisi pakaian ganti. Dalam ransel Alpina milik Aryo, Siti melihat satu stel kemeja putih baru dan celana panjang hitam, juga baru. Apakah pertemuan dengan pemilik gedung di Cirebon itu sangat resmi sampai Aryo merasa perlu membawa stelan kemeja putih hitam?
Aina sudah diceritakan keanehan-keanehan Aryo itu oleh Siti.
"Bersiaplah dengan kemungkinan yang buruk, Ti," kata Aina kemarin saat Siti menelepon untuk konfirmasi acara hari ini.
"Ya. Aku sudah pernah merasakannya. Semoga kali ini tidak terlalu sakit seperti dulu."
"Kita sudah terbiasa, ya," kata Aina disusul oleh tawa mereka berdua.
Setengah jam menunggu, mobil Siti datang. Aina bergegas keluar dan naik ke mobil hitam metalik itu. Pengemudi mobil membawa dua penumpang cantiknya ke arah Utara, ke kota Tegal.
Sepanjang perjalanan, Siti dan Aina membicarakan keadaan rumah tangga mereka.
"Aku juga merasa Mas Aryo bosan denganku, Mbak," kata Siti. "Kalau di rumah, ada aja alasannya untuk bisa marah-marah. Masalah uang, dia jadi perhitungan sekali."
"Sama, Ti. Aku juga begitu. Lebih aneh lagi, selama mengerjakan pesanan seragam keluarga dari Hilya, aku kok merasa aku membuatkan baju buat Aryo."
Siti menatap madunya dengan pandang sendu. Apakah kali ini ia harus ikhlas lagi berbagi suami dengan madu kedua?
"Andai, ini andai, ternyata benar ini adalah resepsi pernikahan Aryo dan Hilya, apa yang akan kau lakukan, Ti?" tanya Aina. Siti tersenyum hambar.
"Mungkin aku akan mengajukan cerai."
"Aku juga." Aina menyahut cepat.
"Kenapa? Mbak Aina jangan bercerai!"
"Kamu juga mengajukan cerai kenapa aku gak boleh? Aku memang istri kedua, Ti. Kau boleh bilang aku merebut Aryo darimu, tapi aku gak akan bisa menerima kalau Aryo menikah lagi!"
"Selama ini aku merasa akulah yang merebut Mas Aryo darimu, Mbak."
"Kita memang bo doh," sahut Aina cepat disusul oleh tawa renyah.
Gedung lokasi resepsi pernikahan Hilya adalah Gedung Olahraga Wisanggeni. Sebuah tempat yang lumayan luas. Dari jauh sudah terlihat adanya pesta besar di sana. Pernikahan Hilya sepertinya diadakan dengan sangat meriah. Setelah mobil diparkir, Aina dan Siti turun. Keduanya sangat anggun dan cantik. Siti mengenakan gamis paduan sutra dan tule berwarna merah maroon yang mewah. Langkah mereka mantap memasuki gedung resepsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU MENCINTAIMU (tamat)
RomanceSiti tidak pernah menduga ia akan jadi istri pertama. Aryo, suami yang ia temani sejak nol, minta izin mendua ketika mereka sudah berjaya. wanita kedua yang akan jadi madu Siti adalah Aina, cinta pertama Aryo. Siti tidak punya pilihan selain setuju...