Gadis dengan seragam putih abu abu nya kini berjalan di bawah hujan yang bersanding bersama gemuruh petir yang sesekali membuat dirinya memejamkan mata. Namun alih alih berteduh, ghea lebih memilih melanjutkan perjalanan nya yang sama sekali tidak memiliki tujuan.
Di dalam fikiran nya, ghea hanya ingin berlari dari semua orang. Menerima kenyataan yang sudah ada di depan mata benar benar membuat dunianya hancur.
tangannya kembali mengelap air mata yang sudah bercampur dengan air hujan. Bibir nya juga terus bergetar, memori tentang papah nya yang berselingkuh dengan tantenya sendiri terus menerus menghantui isi kepala nya.
Ghea lalu berhenti menatap langit, mendongak dan menatap benci alam semesta ini.
" TAKDIR MANA YANG HARUS GUE PERCAYA LAGI??" ia berteriak dengan keras, menyalurkan kesedihan dan juga kesesakan nya.
" KENAPA TUHAN?? KENAPA HARUS GUE YANG NERIMA INI SEMUA??"
Ghea kemudian menunduk menatap kakinya yang sudah lecet akibat aspal yang ia pijak sedari tadi, ia tidak sempat memakai alas kaki karena buru buru pergi dari rumah penuh kesesakan itu.
Gadis itu kemudian berbicara dengan lirih, " gara gara papah, mamah jadi benci sama gue"
tidak lama kakinya meluruh, dibawah hujan yang semakin deras kini ghea terduduk sambil menangis. Salah apa dirinya sampai harus menjadi anak yang tidak diinginkan seperti ini?
lama dirinya terduduk di aspal. Sampai tidak lama secara tiba tiba dari kejauhan. Ghea melihat segerombolan motor berjalan dengan kencang nya.
Ghea panik, ia memang lelah dengan kehidupan ini tetapi ia masih ingin hidup di dunia yang keras ini. Dengan langkah tertatih ia bangkit, berjalan sekuat tenaga untuk segera menepi.
Ia takut orang orang itu bukanlah orang yang baik. Namun, setelah dirinya sudah menepi dan tidak menghalangi jalan. Motor motor itu malah berhenti tepat di depan ghea.
Ghea terdiam kaku, ia semakin mengeratkan jari jemarinya dan memejamkan matanya. Bisa ia dengar juga derap langkah kaki seseorang mulai mendekat ke arahnya. Di dalam hati ghea sudah pasrah jika hari ini adalah hari terakhir nya di dunia, walaupun di dunia ini ia belum sempat menemukan kebahagiaan, mungkin di alam yang berbeda ghea bisa bahagia.
Tetapi setelah orang tersebut mendekat, bukan kesakitan yang ia terima, melainkan sebuah jaket yang menutupi tubuh mungil nya.
Mendadak tubuh ghea meremang, ia merasakan tangan kasar dan amat dingin menyentuh wajah nya yang sudah membeku akibat dinginnya hujan. Suara berat seorang laki laki juga langsung menerpa indra pendengaran nya.
" gue tertarik sama lo.." laki laki itu menjeda perkataan nya, lalu sedikit membuka jaket yang ada di tubuh ghea. "GHEA SHEENALIA"
Mendengar itu ghea menelan saliva nya. Suara laki laki itu sangat menusuk dan menyeramkan baginya.
lalu tidak lama, sosok itu menjauh. para motor yang tadinya berdiam juga mulai bersuara dan secara perlahan lahan suara itu tersamarkan oleh gemuruh petir. Serasa mulai aman ghea pun membuka matanya secara perlahan.
Senyap, tidak ada satu orang pun sekarang dihadapan nya. Namun suara motor itu masih bisa di dengar oleh nya, dan dengan rasa penasaran ghea melihat ke arah kanan dengan cepat.
Disana bisa ghea lihat segerombolan orang tengah asik dengan dunianya sendiri. Mereka sama sama mengenakan jaket yang sama dan beberapa dari mereka membawa benda tajam dan berbahaya, membuat ghea semakin banyak mengucap syukur karena dirinya masih diberi keselamatan oleh Tuhan.
Membuang arah pandang, ia pun beralih melepaskan jaket yang ada di tubuhnya. Jaket hitam beserta bendana biru yang terikat di leher jaket tersebut membuat ghea bingung dan bertanya tanya. Siapa dan kenapa laki laki itu memberikan benda ini kepadanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIKSA
Teen FictionARKANA THEO PRADIKSA, Laki laki yang selalu memakai bendana biru di lengan kirinya itu adalah garda terdepan saat servonus tawuran dengan geng geng sebelah, Sosok yang misterius dan menghanyutkan disetiap pergerakan nya. Kejam, tidak berperasaan...