Pagi ini seperti biasa, gadis itu tengah duduk di dalam bis. Menuju sekolah nya yang terletak di pertengahan kota. Walaupun wajah gadis itu terlihat sangat tenang tapi sungguh, otak ghea sangat terpuruk di dalam sana. Seperti memikirkan hal yang tidak pernah ada ujungnya.
"Kalo nanti orang orang pada jahatin gue gimana?"
Ia berbicara sambil melihat ke arah jendela. Jika bukan karena diksa, ghea tidak akan repot repot memikirkan hal konyol ini.
Ia lalu menggigit bibirnya, pikiran nya terasa sangat kalut. Namun tiba tiba, suara dari seseorang membuat ghea semakin tertekan dengan keadaan. Belum sampai sekolah, tapi ujian sudah datang tanpa diundang.
" eh cewek itu bukan?"
Ghea melirik ke arah kanan nya. Terdapat dua siswa yang mengenakan seragam sma alaksa tengah berbicara sambil menunjuk nunjuk ke arahnya.
Salah satu dari mereka tersenyum remeh. "Loh ini toh ceweknya?"
" hahaha, ngakak gue tuh. Gue kira spek bidadari tapi ini lebih cocok jadi gembel"
" lagian ada ada aja beritanya. Mana mungkin seorang pradiksa bisa suka sama cewek modelan kaya gini? Gue pastiin nih cewek cuma dijadiin bahan taruan buat seneng senengan mereka"
" cewek murahan"
Deg.
Ghea meremat Kedua tangannya dengan keras. Cewek murahan kata mereka?. Detik itu juga ghea berdiri menghampiri kedua siswa yang sejak tadi sudah mengolok olok dirinya.
" tau apa kalian sampe berani bicara gak sesuai fakta kaya gitu?" Tanya ghea, nadanya sudah ia tahan agar tidak marah.
Namun kedua siswa tersebut semakin terkekeh garing melihat kedatangan ghea. " heh, dasar miskin. Seharusnya lo sadar diri, anak dari keluarga hancur kaya lo gak pantes ngarepin apa apa dari kak diksa."
Keluarga hancur katanya?
Ghea mengambil botol yang ada di samping tasnya. Lalu tanpa berperasaan ia menyiramkan begitu saja diatas kepala keduanya. Air itu adalah jamu yang dibuatkan neneknya tadi pagi.
"ANJING UDAH GILA LO!!"
ghea hanya tersenyum tipis. " jamu itu obat buat mulut kalian. Kalo gatau apa apa tentang gue, sebaiknya jangan berbicara berlebihan"
Setelah itu ia turun dari bis. Kebetulan sekali bis yang ia tumpangi sudah sampai disekolah nya. Dengan perasaan yang bergetar ia terus berjalan, tanpa memperdulikan tatapan tatapan kebencian itu. Tidak bisa ghea hindari lagi, satu sekolah kali ini menjadikan nya topik utama untuk dibicarakan.
" pradiksa. Hidup gue semakin rumit karena lo"
Ia berjalan menuju kelasnya. Dan hanya berdiam diri tanpa memperdulikan keadaan sekitar sampai dimana waktu istirahat tiba. Dan sampai guru yang ada di kelasnya pergi, baru gadis itu langsung pergi ke kantin sekolahnya sendirian karena kebetulan amara sedang ada kegiatan exkul basket.
Sebenarnya pun ghea sangat tidak ingin keluar dari kelas, tapi karena keadaan kelas sangat tidak baik kepadanya ghea terpaksa harus mengungsi ke kantin.
Namun Sepertinya baik dikelas maupun dikantin, semua itu terlihat sama bagi ghea. Sungguh berisik dan juga tersirat kesesakan.
" itu ceweknya? Ga salah lo pada?"
Suara suara itu bergemang di telinga ghea.
" lebih mirip kayak pembantu di rumah gue"
" gak salah lagi, dia emang cocok disandingi sama orang orang rendahan"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIKSA
Teen FictionARKANA THEO PRADIKSA, Laki laki yang selalu memakai bendana biru di lengan kirinya itu adalah garda terdepan saat servonus tawuran dengan geng geng sebelah, Sosok yang misterius dan menghanyutkan disetiap pergerakan nya. Kejam, tidak berperasaan...