8. KEADILAN DAN KEMBALI

258 6 2
                                    

Ghea sedang berada di Cafe tempat ia bekerja paruh waktu. Keadaan Cafe yang terbilang cukup ramai membuat ghea tidak ada waktu hanya untuk sekedar menyelonjorkan kedua kakinya. Kakinya sungguh serasa ingin diistirahatkan dengan segera.

" terima kasih sudah berkunjung"

Ghea tersenyum memberi salam kepada para pelanggan yang hendak meninggalkan Cafe. Gadis itu bertugas sebagai kasir namun sesekali juga harus merangkap sebagai penghantar pesanan jika keadaan Cafe sudah ramai seperti sekarang.

Jam kerjanya dimulai dari mulai pukul empat sore, dan pekerjaan yang ia lakukan ini hanya berlaku di hari senin, rabu dan hari jumat saja. Karena ia bukan lah pekerja tetap. Dan bagi ghea itu sedikit melegakan mengingat bahwa ia masih bisa membantu kegiatan nenek dirumah ketika ia libur bekerja.

Ghea kembali tersenyum, semua pelanggan yang datang selalu berada di level tertinggi menurut ghea. Dan gadis itu pikir wajar jika pelanggan mereka dari kalangan atas semua. Mengingat memang Cafe ini sangat bagus dan terlihat mewah.

" ghea tolong antar pesanan ini ke meja nomor 15"

Perkataan dari salah satu pelayan bagian dapur itu membuat ghea tersentak, namun ia langsung lihai mengerjakan nya. Ghea sudah terlatih cepat disini. Karena jika tidak cepat maka sudah pasti itu akan membuat nya tidak akan berada disini sampai sekarang.

Sekitar jam delapan malam pekerjaan nya selesai, ghea sedang berpamitan dengan rekan kerja nya sebelum berlalu ke halte yang berada tidak jauh dari Cafe tempat ia bekerja saat ini. Gadis itu berhela napas saat sudah terduduk di halte. Melihat keadaan jalan yang masih ramai dengan para pejuang nafkah.

Ghea jadi berpikir soal ia yang menerima pekerjaan les privat yang dianjurkan oleh pradiksa. Gadis itu paham bahwa itu tidak akan mudah, tetapi mengingat keadaan ekonomi nya ia sampai rela menerima. Di dalam hati nya sih hitung hitung sebagai balasan terimakasih atas kejadian pradiksa yang rela membela nya di sekolah tempo lalu.

Ngomong ngomong kejadian pada tempo lalu.

Semalam tiba tiba saat jam dua belas tepat, ghea diberitahukan oleh seseorang agar segera keruangan bk, disana sudah terdapat anatasya yang sedang duduk termenung sambil menatapnya tajam. Gadis sombong itu sama sekali tidak berucap minta maaf, hanya kepala sekolah yang mengatakan nya. Tetapi itupun tersirat kata kata yang sangat tidak adil bagi ghea.

" maafkan saja ghea. Lagi pula itu sudah hal biasa terjadi, kamu hanya perlu menyesuaikan keadaan kamu yang sekarang. Anatasya juga akan diskors selama seminggu mulai besok. Seharusnya kamu juga harus mulai memaklumi"

Ghea hanya diam, lalu sedikit melihat kearah anatasya. Cewek itu tersenyum smrik seolah menyadarkan ghea bahwa gadis itu memang harus berada selalu dibawah nya. Dan ghea juga mengakui itu, ia tidak pantas berada setara dengan anatasya. Baik itu perihal harga diri atau segalanya.

Hanya dirinya yang tahu perihal hukuman yang diberi oleh pihak sekolah. Pradiksa belum mengetahui karena kepala sekolah sendiri yang sudah melarang ghea untuk berbicara dengan pradiksa. Namun begitu, ghea sama sekali tidak ada niatan ingin berbagi cerita ini ke Pradiksa. Ia sama sekali tidak ingin membuat pradiksa terjerumus lagi kedalam permasalahan hidup nya.

Ghea berhela napas, bibirnya menipis mengingat kejadian semalam siang. Pihak sekolah memang sudah benar benar ingin menutup rapat kasus ghea. Sama sekali tidak ada waktu untuk ghea dalam membela dirinya sendiri. Ia rasanya ditekan untuk mengerti orang orang itu.

" ya emang seharusnya gini kan". Netranya menatap lurus keadaan jalan raya. " yang dibawah harus diam nurut dengan yang diatas".

Tidak lama itu bus yang ia tunggu akhirnya datang, gadis itu pun naik dengan cepat. Bertubrukan dengan banyaknya orang yang mengantri di halte tersebut. Ia hanya kebagian tempat yang berdiri karena keadaan bus yang ramai dengan orang pulang bekerja.

PRADIKSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang