7. PERASAAN ITU MENGARAH KEMANA?

297 8 3
                                    

" ya ampun bang, tumben kau dateng jam segini? Kesambet apaan dah?"

Ejekan dari ucok membuat anggota servonus yang lain tertawa, berbeda dengan orang yang tengah diejek. Cowok yang baru datang itu hanya diam sambil memperhatikan layar handphone nya.

Ucok yang merasa tidak diterge pun melipir mendekati pradiksa, diikuti oleh yoga, enzi dan juga bumi. Keempat makhluk yang mempunyai rasa kepo diluar batas.

" alamak, seniat ini kah bang?" Ucap ucok membuat pradiksa menoleh, sedikit kaget karena melihat keempat anak itu sudah nangkring duduk disebelah nya.

" lo pada engga ada kerjaan lain apa?" Tanya pradiksa, merasa kesal.

Mereka berempat kompak menggeleng sambil terkekeh garing, kapan lagi melihat pradiksa level bucin sedang marah marah dengan tingkah imut?

" coba sini, mending lo sharing sharing ke kita lah. Pakar cinta s3" ucap yoga.

Bumi tertawa geli, " lo mah buaya darat bukan pakar cinta"

" hahaha bangsat tau aja lo" Setelah nya yoga pun semakin mendekat ke Pradiksa.

" tapi sebrengsek nya gue ya lebih brengsek pradiksa. Nah sekarang yang jadi pertanyaan nya. Sejak kapan seorang pradiksa mau mepet ke cewek tapi malah make cara anggun anggun begini?"

Pradiksa diam akan ucapan yoga, ia tidak bisa membantah karena ucapan itu benar adanya.

" itu dulu" jawabnya santai. " Kalo sekarang cara gue bakal anggun karena yang gue hadapi bukan cewek cewek murahan yang pernah gue jumpai seperti sebelumnya"

Pradiksa mengatakan dengan penuh rasa bangga. Ya, Akhirnya cowok itu menemukan seseorang yang mampu membuat perubahan di dalam kehidupan nya. Walaupun rasanya ghea masih sangat jauh, pradiksa rela mengejar gadis itu kemana pun. Asalkan pada akhirnya ghea bisa terjerat, pradiksa rela jika harus meruntuhkan banyak orang agar bisa membawa ghea masuk kedalam kehidupan nya. Ah, apa pradiksa bisa segila itu?

Bumi menggeleng sebagai tanda tidak percaya. "Lo itu obsesi apa cinta sih?" Tanya nya.

Pradiksa hanya menoleh, menelisik lebih jauh kedalam perasaan nya sendiri. "bukannya kedua itu hal yang sama?"

Jawaban dari pradiksa berhasil membuat mereka semua bungkam. Benar, jika sosok hitam ini sudah menyukai seseorang dengan sangat amat. Mustahil mereka akan dianggap sebagai benda yang normal dimata pradiksa. Cowok itu, rasanya mustahil ada rasa yang biasa biasa saja terhadap benda yang disukai nya.

Dengan sisa sisa keberanian sosok enzi berusaha untuk mengajak pradiksa berbicara. "Sa kalo cinta itu cinta, kalo obsesi itu ya obsesi. Kedua hal yang gak akan bisa diartikan hal yang sama, keduanya punya tindakan dan arti yang berbeda. Lo harus tau tentang perasaan lo sendiri, jangan sampai setan di diri lo menguasai perasaan lo secara paksa"

Setelah mengatakan itu enzi menepuk bahu pradiksa lalu ia menjauh. Ucok dan yang lain juga sudah tidak nangkring duduk di sebelah pradiksa. Rasanya saat pradiksa berbicara demikian hawa warung yang tadinya cerah menjadi suram. Mereka akui, pradiksa memang lihai dalam menalisir keadaan sekitar nya.

Pradiksa berhela napas karena perkataan yang dilontarkan oleh enzi. "kalian kira gue segila itu ya?"

Semua menatap pradiksa terkecuali radeva. Cowok itu lebih memilih mendekat ke pohon besar yang berada di depan warung. Terlihat sama sekali tidak minat dengan kisah percintaan teman teman nya. Dan karena sikap nya ini juga sosok radeva sangat kacau jika masalah percintaan. Ia sama sekali tidak tau apa itu cinta.

"lah jadi apa kalo engga obsesi?Perkataan lo tadi itu terlalu ambigu".Seru janu yang berada di kursi pojok. Pradiksa melihat nya, tatapan janu yang terasa jauh lebih menusuk.

PRADIKSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang