14. Serunna: Aku dirayakan

14.5K 1.3K 68
                                    

Enjoy!!!

******

"Unna... "

Usapan lembut di pipiku dan panggilan yang halus sekali membuatku terjaga dari tidurku, setelah menangis tanpa sengaja didekapan Deskara aku tertidur tanpa sadar dan aku juga tidak tau kapan ruko ini mempunyai kasur tipis untuk tidur, karena sekarang aku tengah tertidur dengan paha Deskara sebagai bantalan yang dilapisi kasur tipis yang letaknya di paling pojok bagian dapur.

"Udah bangun? Udah malem Unna, pulang dulu yuk?"

Mataku terasa bengkak dan perih, rasanya aku mau tidur lagi tapi badanku terasa pegal.

"Sekarang jam berapa?" Tanyaku dengan suara yang serak.

"Jam delapan, Unna, nanti kita cek ke bidan dulu ya, aku udah janji sama bidan Tati untuk buka sampai kita datang, besok baru kita ke rumah sakit."

Aku yang masih tidur di pangkuan Deskara menggeleng, "Nggak usah ke rumah sakit, aku nggak apa-apa."

Deskara hanya diam menatapku lalu tangannya terulur untuk mengusap pipiku, "Pegel ya tidur di sini? Ayo siap-siap terus tidur lagi di rumah. Aku beresin toko dulu."

Dengan perlahan Deskara membantuku bangun dan benar saja badanku terasa pegal, aku merasa kondisi tubuh sangat tidak baik.

Aku berjalan keluar toko, duduk di bangku plastik paling luar, Deskara mendekat ke arahku memakaikan jaket miliknya, padahal aku sendiri sudah memakai kardigan.

"Dingin. Unna, sebentar ya."

Aku hanya mengangguk dan membiarkan Deskara membereskan warung buburnya itu sambil melihat lalu lalang kendaraan yang lewat. Tanganku masih gemetar memikirkan ketakutan-ketakutan yang mungkin sebenarnya tidak akan terjadi tapi pikiran buruk itu sulit aku tolak.

"Ayok," Ajak Deskara sambil menggenggam tanganku menuju motornya yang terparkir di luar.

Selama perjalanan hanya keheningan yang menyelimuti kami, hingga akhirnya motor Deskara berhenti di depan tempat praktek bidan Tati.

"Ayok," Deskara mengajakku masuk lalu menyuruhku duduk di kursi sambil laki-laki itu berbicara dengan salah satu pegawai bidan Tati.

"Sebentar ya," Ujar Deskara setelah ia kembali, tangan Deskara tak henti-hentinya memberikan kenyamanan untukku, mulai dari mengusap kepalaku, pundakku hinga akhirnya bidan Tati datangdatang dan meminta kami masuk ke ruangan pemeriksaan.

"Ada keluhan apa Mas Deskara?"

"Tadi kepalanya Unna sakit, Bu Tati sampai nangis gitu."

"Ada rasa mual Unna?"

Aku hanya menggeleng saja, lalu bidan Tati memeriksaku dan hasilnya baik-baik saja.

"Ibu hamil memang cukup sensitif dan gampang stress juga, mungkin bisa hiburan kecil-kecilan, Mas dan jangan terlalu banyak pikiran."

"Gitu ya? Tapi semuanya baik-baik aja kan?" Tanya Deskara sekali lagi memastikan.

"Semuanya aman kok, vitaminnya jangan lupa diminum, susunya juga, banyak makan-makanan yang sehat juga."

Deskara menoleh kepadaku, ia memberikan senyuman tulusnya padaku.

"Pulang?" Ajak Deskara sambil mengulurkan tangannya padaku.

Hangat, tangannya hangat dan nyaman sekali.

****

"Des, aku mau tanya," Tanyaku saat Deskara sudah berbaring tidur di sebelahku.

Tenggelam Dalam Dasar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang