Chapter 4

12 1 0
                                    

"Aku sering bertanya-tanya dalam hati, apakah arti diriku dalam hidupmu? mengapa tak ku dapatkan apa yang dia dapatkan darimu?"

Aku yang baru saja bangun tidur siang dibuat terkejut dengan notifikasi pesan masuk di ponselku, satu pesan singkat dari Angkasa.

Asa : Lan!

Aku tidak pernah menduga bahwa ternyata Angkasa menyimpan nomor teleponku, karna selama ini aku hanya berani menyimpan nomornya tanpa berani mengirim pesan kepadanya.

Bulan : Ada apa sa?

Aku hanya membalasnya singkat, tak mau berharap lebih, karena semua orang pun tahu kalau Angkasa memang baik pada semua orang. Baru beberapa detik Angkasa sudah membalas lagi.

Asa : bu rikha udh bilang ke lo blm? kalau mulai besok kita bimbingan.

ternyata Angkasa hanya menghubungiku karena masalah bimbingan olimpiade itu, mungkin Bu Rikha tidak mempunyai nomorku, jadi dia menyuruh Angkasa untuk menyampaikan kepadaku.

Bulan : belum ada info apapun nih, makasih infonya.

Asa : ya, sama-sma

Hanya jawaban itu yang aku dapatkan, selebihnya hanya tinggal harapan. Seharusnya aku sadar, bahwa selamanya Angkasa tak mungkin membalas perasaanku, dia aja tidak tahu kalau aku menjadikan dirinya sosok rembulan favoritku, bagaimana mungkin dia menjadikanku sosok bintang di hatinya.

Sebuah notifikasi muncul lagi, saat ku lihat ternyata hanya dari operator yang mengingatkan bahwa masa aktif nomerku tinggal sedikit, yang berarti aku harus mengisi ulang pulsa, memang susah hidup di negara yang masih ketinggalan teknologi ini.

Baru saja hendak memejamkan mata kembali, aku kejutkan lagi oleh notifikasi pesan yang muncul. "Perasaan tadi sudah, kenapa operator ini rajin sekali mengirim pesan" gerutuku.

Setelah aku chek, ternyata bukan dari operator, bukan juga Angkasa, melainkan Bumi. Ternyata ia masih berani mengirim SMS kepadaku.

Tiang berjalan : lan, lo masih marah sama gue?

Tiang berjalan : gue minta maaf lan

Aku memang sengaja mengganti nama Bumi menjadi tiang berjalan, selain karena tubuhnya yang tinggi dan kurus juga karena dia sering mengejekku pendek, biar adil aku pun menamainya tiang berjalan.

Bulan : marah kenapa? emang km tau apa salah km?

Baru saja aku membalas pesannya, ia langsung membalas kembali.

Tiang berjalan : tau, tp gue bercanda doang elah

Tiang berjalan : lo beneran mikirin ucapan gue pagi tadi?

Aku sedikit kesal membaca pesannya, karena tanpa ia bertanya pun sudah jelas aku memikirkan ucapannya, apalagi belakang ini Bumi bersikap sedikit aneh, ia terlihat terlalu berlebihan atau mungkin memang dia yang se-perhatian itu.

Bulan : emang sikap aku nggak ngejelasin ya?

Tiang berjalan : ok, gue minta maaf, jgn dibahas lg deh

DOGENG PUTRI REMBULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang