"Senpai?" Satu panggilan itu seakan lolos dari telinga orang yang sedang dipanggilnya. Tami menaikkan sebelah alisnya heran, mencondongkan tubuhnya guna melihat wajah senpainya yang tidak menggubrisnya.
"Senpai? Hallooo?!! Senpai masih hidupkan? Senpai nggak lagi kesurupankan?" Panggilan itu terdengar semakin keras dan semakin konyol, Tami bahkan sampai melambai-lambaikan tangannya di depan wajah senpainya, namun apa daya, yang dipanggil tetap belum merasa kalau dirinya dipanggil. Lihat? Dia sekarang malah senyam-senyum sendiri seperti orang gila.
Karena kebingunga, sekaligus lelah dan kesal karena belum ditanggapi juga dari tadi, si pemanggil langsung mengambil nafas sebanyak yang dia bisa kemudian sedetik kemudian saja, dia berteriak begitu keras.
"SENPAI!!!!!!!" Suara ultrasonik pun diaktifkan. Kali ini, saking kencangnya panggilan itu (sampai menggetarkan tanah) hingga membuat orang yang dipanggil hampir terlonjak saking kagetnya.
"A...ah...T...Tami? Ada apa? Kau bikin kaget saja" Serasa seperti mau jantungan saking kagetnya.
"Senpai ini kenapa sih?" Kali ini Tami memberikan pertanyaan keheranannya dari tadi. Sakura terdiam berfikir dengan senyum tak mengerti.
"Eh?"
"Dari tadi...senpai itu melamun seperti mikirin sesuatu. " Tami kali ini melipat kedua tangannya di depan dada dan mendekat dengan tatapan menyelidik serta curiga.
"Dan lagi, senpai sampai senyam-senyum sendiri! Ada apa sih?" Akhirnya Tami sampai di puncak keheranannya. Masalahnya, dari tadi- sekitar 5 menit yang lalu- dia melihat seniornya yang melamun dan tersenyum mencurigakan. Sungguh, kalau dia tidak mengenal Sakura sebagai salah satu seniornya yang baik hati dan cerdas, tentu Tami sudah mengiranya sebagai orang gila nyasar. Tapi, bahkan ketika Tami bicara begitu, Sakura masih mengeluarkan ekspresi polosnya seakan tak tahu apa-apa.
"Eh? Senyam-senyum? Aku begitu?" Ucapannya yang malah belum nyadar dengan ekspresi dan senyum agak blo'on yang jarang dia keluarkan membuat Tami tepuk jidat.
"Dari tadi Senpai nggak nyadar kalau udah berlaku nggak wajar?" Tami bertanya dengan tak percaya. Ini benar-benar diluar aneh. 5 menit loh! Tapi, nggak nyadar selama itu ngelakuin hal aneh.
"Aku...tidak tahu" Sakura masih menjawab dengan tidak mengertinya. Tami makin tidka habis pikir. Apa sebenarnya yang terjadi dengan senpainya ini? Dia memutuskan untuk berjalan agak menjauh untuk mendekati Yuka yang sedang sibuk dengan daftar perawatan pasien rumah sakit.
"Hei, Yuka-senpai," Dia mendekat dan berbisik. Nada bicaranya yang terdengar serius (tapi sebenernya nggak) membuat Yuka menoleh ke arahnya.
"Hm?"
"Apa senpai tahu...apa kira-kira penyebab Sakura-senpai jadi aneh begitu?" Tami bertanya sambil dirinya menunjuk Sakura dengan lirikan matanya. Yuka terdiam sebentar sebelum ikut menoleh untuk melihat Sakura yang sudah menghadapi satu buah kertas, kemudian kembali memandang Tami.
"Siapa yang tahu," Katanya. Tami menghela nafas dengan tidak puas.
"Akhir-akhir ini, Sakura-senpai selalu melakukan itu. Setelah tugasnya selesai, langsung diam duduk melamun sambil senyam-senyum sendiri dengan mencurigakannya kemudian kalau dipanggil malah jadi orang tuli dadakan dan kalau diajak ngomong tiba-tiba jadi kayak orang lemot," Kata Tami, belum melepas ekspresi berfikirnya yang penasaran. Entah kenapa, sudah sekitar 3 bulan semenjak insiden Konoha diserang, senpainya itu jadi aneh. Dia curiga, jangan-jangan karena efek habis diculik jadi gitu, ya?
"Aku jadi penasaran banget nih. Apa kira-kira yang berhasil membuat Sakura-senpai seaneh itu seperti orang kerasukan?" Tami kembali dalam mode keponya.
'Kerasukan?' Dan Yuka tak mengerti kenapa juniornya sampai terpikir tentang hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission
FanfictionNaruto, Sakura, Shikamaru, dan Ino diberi misi oleh Kakashi yang didasarkan pada sebuah surat klien yang datang ke Konoha. Hanya dengan petunjuk kecil yang diberikan dalam surat, mereka memutuskan untuk memenuhi permintaan klien mereka dan melakuka...