#3

70 3 0
                                    

"Ya ampun, jadi begini rasanya punya pekerjaan tetap di kantor orang. Melelahkan sekali, harus pulang malam kemudian besoknya masuk lagi. Belum lagi tugas-tugas yang diberikan dan hal semacamnya," Naruto mengeluh sedari dia berjalan menuju rumah sakit. Dia menenteng tasnya dengan malas-malasan.

"Berhentilah terus mengeluh, Naruto," Sakura bicara dengan kesal. Sudah sekitar 10 menit yang lalu Naruto terus komat-kamit seperti dukun lagi baca mantra, kemudian mengeluarkan keluhan yang sama diulang-ulang, membuatnya bosan dan bahkan nyaris hapal kata-kata apa saja yang akan dikatakan oleh Naruto sebentar lagi.

Pasti sebentar lagi dia bicara 'Ini membosankan. Aku tak merasa kalau ini misi pengintaian. Aku tahu ini misi tingkat C. Tapi, aku tak tahu akan semembosankan ini'

"Ini membosankan. Aku tak merasa kalau ini misi pengintaian. Aku tahu ini misi tingkat C. Tapi, aku tak tahu akan semembosankan ini" Betul kan? Baru juga dibatin dia sudah ngomong. Lalu, dia akan kembali mengeluh 'Ya ampun. Jadi, begini rasanya punya pekerjaan tetap di kantor orang. Melelahkan sekali, harus pulang malam kemudian besoknya masuk lagi. Belum lagi tugas-tugas yang diberikan dan hal semacamnya'

"Ya ampun. Jadi, begini rasanya punya pekerjaan tetap di kantor orang. Melelahkan sekali, harus pulang malam kemudian..."

Sakura menghela nafas. Sudah dari 9 menit yang lalu dia jadi pintar bermain tebak-tebakan dan meramal begini. Apalagi kalau bukan gara-gara Naruto yang terus mengulang kata-katanya seperti orang pikun akut. Dia tahu, Naruto sedang bosannya minta ampun, tapi tidak bisakah dia setidaknya mengganti kalimatnya menjadi sedikit lebih kreatif?

"Hei, kau. Bisa tidak-" Di tengah dirinya sekali lagi menyuruh Naruto diam, langkah Sakura tiba-tiba terhenti. Dirinya yang tiba-tiba berhenti berjalan ini membuat Naruto menoleh ke arahnya dengan kebingungan. Terlebih ketika dilihatnya ekspresi rekan perempuannya yang sudah terlihat serius.

"Ada apa?"

"Lihat itu," Sakura menunjuk satu arah. Di depan sana, di belakang semak dekat rumah sakit, tampak dua orang berpakaian gelap. Mereka memakai rompi biru tua dengan baju panjang berwarna hitam. Tapi, yang membuat keduanya mencurigakan adalah lagat-lagat mereka yang terlihat seperti sedang mengintip dan mengamati rumah sakit.

"Eh? Siapa itu?" Naruto bertanya heran. Inilah yang akan menjadi pertanyaan semua orang. Sakura menggeleng sebagai jawaban.

"Tapi kalau kuingat, sepertinya baju mereka sama dengan preman-preman yang waktu itu bertengkar denganku. Apa jangan-jangan mereka ada hubungannya?! Apa jangan-jangan mereka sedang ingin melakukan hal buruk?!" Naruto bertanya dengan panik tapi tetap berusaha menjaga suaranya.

"Mungkin saja," Lagipula, baju mereka tampak sama persis dari belakang. Terlebih lagat-lagat mereka yang terlihat mencurigakan. Sepertinya dugaan itu tidaklah salah.

"Jadi, harus bagaimana? Masa' dibiarin seperti ini? Bagaimana kalau mereka bermaksud menyerang orang yang lewat sini? Itu bahaya kan?"

Mereka berdua saling bertatapan satu sama lain kemudian mengangguk. Yah...mungkin mereka harus melanggar sedikit strategi Shikamaru. Demi keamanan juga.

"Hei. Kau sudah selesai?" Satu orang dari mereka berbisik kepada temannya. Pria di sampingnya mengangguk sambil meletakkan kembali teropong hitam di tangannya.

"Ya. Aku sudah melihat keadaannya," Kata pria itu ikut berbisik. Temannya langsung berdiri dari posisi jongkoknya.

"Baiklah. Ayo kita kembali sekarang sebelum ada yang melihat. Nanti kita dikiranya mau maling jemuran, lagi," Kata orang itu. Temannya mengangguk kemudian kembali merapikan barang-barang di hadapannya. Sedangkan yang satu lagi mulai berjalan pergi terlebih dulu. Namun, belum juga jauh-jauh, suara sesuatu terdengar.

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang