#5

45 3 0
                                    

"Ah. Selamat datang..." Sakura menoleh dan memberikan sapaan ramah ketika Naruto masuk ke dalam ruangan. Wajahnya entah mengapa terlihat tertekuk dan kesal, meski begitu Sakura nampak tak terlalu heran mengenai ekspresi yang dipasangnya dan justru tersenyum. 

"...'tuan pengajar shuriken'?" Dan menambahkan satu panggilan konyol di akhir. Wajah Naruto makin lecek ketika disebut begitu.

"Yang benar saja. Dasar itu bocah kurang ajar, sukanya menyusahkah orang lain! Tidak pernahkah dia berfikir kalau aku saja sudah disusahkan dengan misi ini, dan dia memberikan syarat diajari shuriken segala?" Naruto mengomel-ngomel kesal. Singkat cerita, Saito akhirnya memberikan syarat agar Naruto mengajarinya lempar shuriken dan hanya Naruto. Tidak boleh diganti oleh siapapun. Pria itu sendiri sudah menceritakan hal ini pada Sakura, dan bukannya prihatin dia malah memberikan satu kata,

"Semangat!"

Dengan tidak setia kawannya.

"Ayolah. Lagipula, kita beruntung kan? Dia hanya memberikan syarat yang mudah. Bayangkan dia memintamu untuk menyerahkan semua cup ramen persediaanmu di rumah. Kau lebih memilih yang mana?" Pertanyaan Sakura membuat Naruto tertegun. Dia mengeluarkan ekspresi super kesal.

"Tentu saja aku tidak mau dong! Itu persediaan ramen spesial untukku di keadaan mepet! Mana mungkin aku menyerahkannya begitu saja?!" Naruto langsung menjawab dengan cepat. Dia memang akan menjawab begitu di keadaan apapun. Lebih mementingkan ramen dibanding urusan lainnya.

"Karena itu, lakukanlah tugas tambahanmu ini dengan baik. Ini juga demi keberhasilan misi kan?" Ekpresi Naruto makin kucel ketika rekannya itu bicara tanpa rasa kasihan akan keadaannya.

"Oh. Lihatlah. Sudah jam segini" Kata Naruto datar sambil melihat jam. Tadi Naruto sudah janjian dengan Saito jam segini. Kembali lagi, dia harus jadi guru lempar shuriken.

"Kau janjian jam segini? Jadi, lebih baik pergi saja sekarang. Ingat tentang keberhasilan misi ini, Naruto," Sakura menyemangati malah membuat Naruto cemberut.

"Oke,"

.....

"Kau terlambat, tahu" Saito bicara dengan kesal sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang. Naruto cemberut sambil berjalan menghampirinya.

"Sudah baik aku mau datang" Katanya. Sekarang ini mereka sedang berada di halaman belakang rumah sakit. Tepatnya, sedikit tanah lapang yang berdekatan dengan hutan di belakang. Karena dekat hutan, tentu mereka bisa dengan leluasa memilih pohon yang manapun untuk jadi sasaran lempar.

"Lagipula, aku benar-benar bingung. Kenapa juga kau harus latihan lempar shuriken segala? Apa gunanya?" Tanya Naruto. Dari segala hal yang bisa diminta, entah mengapa anak ini lebih tertarik untuk memintanya mengajari shuriken. Yah...bukan seperti Naruto berharap Saito akan memilih permintaan lain yang lebih sulit, sih, tapi bukankah dia punya kesempatan yang sangat lebar saat ini?

"Kau tidak perlu tahu. Memangnya kenapa kalau aku mau lempar shuriken?" Saito membalas dengan pertanyaan cuek. Naruto cemberut di buatnya. Sebenarnya, Saito mempunyai kemampuan lumayan juga dalam hal lempar-lemparan seperti ini. Mungkin karena kebiasaannya selalu melempar bola kemana-mana hingga kena orang. Jangan-jangan bocah ini juga sengaja menargetkan bolanya kepadanya sehingga kena terus pas lagi dilempar? Naruto jadi curiga.

"Jangan bengong terus. Kau itu sudah menghabiskan banyak waktu tidak berguna, tahu," Saito mengomelinya membuat Naruto emosi seketika. Andai saja dia tidak ingat dengan perjanjian yang dia buat dengan bocah ini, pasti sudah dilemparnya ke dalem sungai.

"Humph! Bocah sepertimu memang tidak bisa dimengerti! Kehidupanmu cuma main doang, pasti menyenangkan, ya!" kata Naruto dengan nada sarkas sambil melipat tangannya di depan dada. Matanya telah menyipit menyebalkan. Tapi, respon yang didapatnya dari Saito sungguh berbeda dari ekspektasi. Dia tidak membalas ucapan Naruto dengan tidak sopan lagi, justru dia diam saja. Keheningannya membuat Naruto kembali melirik dengan kebingungan.

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang