#2

72 5 3
                                    

"Kau bisa melihat sesuatu hal yang menarik dari sini?" Ino bertanya. Menolehkan kepalanya ke samping, memandang si pria jenius yang sedang mengamati pemandangan di depannya dengan serius.

"Belum, sih. Semua tampak biasa saja di sini," Shikamaru menjawab. Tentu saja, mereka takkan menemukan hal menarik di atas sebuah pohon besar tak jauh dari penginapan yang mereka pilih untuk menginap di misi ini. Yang bisa mereka lihat hanyalah orang berlalu lalang, bangunan, toko-toko dan hal-hal yang ada di desa-desa pada umumnya. Tak ada hal ganjil. Tak ada hal aneh.

"Seharusnya cara yang paling efektif adalah memeriksa sendiri di kantor pusat kepala desanya," Shikamaru bicara lagi. Dari sini, mereka bisa menebak yang mana kira-kira kantor kepala desa. Bangunan paling besar dan paling megah, pasti itu tempatnya.

"Jadi, kenapa tidak kesana sekarang?" Ino bertanya. Shikamaru menggeleng.

"Tidak bisa secepat itu. Kita belum mendapatkan informasi ataupun data apapun. Setidaknya kita harus tunggu Naruto dan Sakura selesai dari rumah sakit, mungkin saja mereka bisa mendapatkan beberapa informasi," Kata Shikamaru. Dia duduk bersandar pada batang pohon dengan lebih santai.

"Baiklah. Lalu, kenapa kau mengamati sekarang?" Ino bertanya. Shikamaru memberikan satu tatapan heran.

"Memangnya kenapa? Apa itu salah?" Tanyanya enteng.

"Ya...nggak sih. Aku kira orang jenius sepertimu akan selalu melakukan hal-hal yang jenius," Tak tahunya Shikamaru juga pernah melakukan pekerjaan yang kuker. Ino memandang lagi ke depan dengan keantusiasan yang mulai berkurang sebelum dia berseru karena melihat sesuatu.

"Ah! Itu mereka!" Dia bisa melihat dua orang yang berjalan mendekat. Jelas sekali dari sini kalau mereka adalah orang-orang yang mereka tunggu dari tadi. Shikamaru dan Ino melompat turun dari pohon.

"Halo! Tuan dan nona dokter! Selamat datang!" Ino menyapa dengan panggilan yang bermaksud untuk menggoda. Yang digoda hanya melotot dengan kesal.

"Bagaimana kabarnya dengan pekerjaan baru kalian?" Shikamaru ikut menanyai dengan senyum tipisnya.

"Parah,"

"Itu bencana,"

Kedua komentar itu jelas tidak terdengar baik. Ino dan Shikamaru sedikit mengernyit heran. Mereka bisa menduga kalau ini bukanlah hal yang akan mudah. Tapi, baru pertama kali kerja sudah seperti ini, apa yang sebenarnya terjadi seharian ini?

"Apa yang terjadi? Wajah kalian terlihat lecek sekali. Apalagi kau Naruto, kelihatan kucel. Malah kau terlihat seperti pasien bukan dokternya," Ino bertanya heran ketika melihat ekspresi Naruto yang tampak seperti pasien baru overdosis obat. Naruto membalas dengan mengernyitkan alisnya lebih dalam. Dia tak banyak bicara kali ini, ucapan pertamanya hanya 'Itu bencana' tanpa kata pengantar apa-apa. Entah kenapa, wajahnya tampak sedikit membiru. Entahlah, mungkin dia mabuk habis melihat orang-orang pintar di sekitarnya?

"Tadi dia..." Sakura menghela nafas sambil melirik Naruto di sampingnya.

"Mengira antiseptik sebagai air dan meminumnya" Ino tersedak, Shikamaru melongo. Apa?! Meminum antiseptic?!

"Bagaimana bisa?! Kau mau bunuh diri?" Naruto menggeleng mendengar perkataan Ino.

"Tadi aku haus sekali...tak ada air. Aku lihat ada air bening di dalam botol di meja, kukira air putih jadi kuminum. Aku tak tahu itu antiseptic," Naruto menjelaskan masih dengan wajah kucelnya. Kedua orang yang mendengar cerita masih bengong.

"Tadi dia juga salah mengambil kain biasa sebagai kasa, dan mengira obat tetes telinga sebagai obat mata," Sakura mengatakan lagi kesalahan-kesalahan yang dilakukan Naruto seharian ini. Naruto tidak bisa membantah karena masih di dalam pengaruh salah ambil air minum.

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang