1. Kematian

896 67 11
                                    

Haga sedang meringkuk di kasurnya sembari menutup telinganya menggunakan bantal, ia tidak tahan dengan kebisingan yang ia dengar dari rumah sebelah.

"Ibun!" Panggilnya kepada sang Ibunda, Helena. Tak lama setelahnya Helena datang menghampirinya.

"Kenapa, Haga?" Helena duduk di sebelah Haga.

"Haga tuh ga kuat denger tangisan bocah sebelah, kasih tau dong Haga udah hampir stress ini." Ucapnya sambil memasang wajah yg sangat memelas agar Helena tergerak olehnya.

Helena tertawa pelan melihat tingkah anaknya yang baru berusia 9 tahun itu, "kamu ini ada ada saja, kamu juga masih bocah udah ngatain orang lain bocah."

"Terserah lah, pokoknya Haga gamau berisik. Ibunn, tolong bilangin anak itu biar ga nangis lagiii."

"Haga, kita ini kan hidup berdampingan sama orang lain, kalo gamau berisik emangnya Haga mau tinggal sendirian di hutan?"

"Kok di hutan sih, bun? Ya ga mau lah!"

"Iya makanya, yaudah sekarang sabar aja, mungkin dia lagi sedih makanya nangis. Kalo mau coba Haga hibur dia biar ga nangis lagi."

••

[Di rumah tetangga]

"Permisi!!" Teriak Haga.

"Perimisi!!!"

"Eh, kamu ini tetangga baru ya? Ada perlu apa, dik?"

"Tante, anaknya kenapa sih kok nangis terus?"

"Kamu mau bantu tante ga? Ray dari tadi nangis terus soalnya temen kesayangannya meninggal."

Haga diam membeku, "temennya meninggal, tan?"

Mamahnya Ray, Margriet, memasang wajah sedih dan mengangguk pelan, "Iya, si Bondol, kucing kesayangannya baru aja meninggal."

Mendengar penjelasan dari Margriet, Haga langsung memutar matanya malas. Mereka berdua berjalan masuk untuk menghampiri Ray yang masih menangis. "Oh ya, nama kamu siapa?" tanya Margriet kepada Haga.

"Haga, tante." Ucapnya singkat.

"Nama tante Margriet, kalo anak tante yang itu namanya Rayleigh." Ucapnya sambil menunjuk Ray yang sedang menangis.

"Tante tinggal dulu ya, Haga." Margriet meninggalkan mereka berdua di kamar Rayleigh.

"BERISIK LU UDAH DIEM!"

Jika kalian mengira itu suara Haga, kalian salah besar. Itu suara Ray, bahkan Haga kaget setengah mati.

"Apaan sih?! Gua aja belum ngomong apa-apa!"

"YA SEMUA ORANG BILANG UDAH GAPAPA GAPAPA TAPI KAN GUA LAGI SEDIH MASA GA BOLEH SIH?!” Ray berbicara dengan cepat sambil sesenggukan.

"Ya kan gua belum bilang apa apa Rayy.. Hadeh gustii gua sabar banget dah."

"Yaudah sana ngomong aja!"

Haga mengatur nafasnya sebelum mengeluarkan isi hatinya.

"LO TUH BERISIK BANGET TAU GA?! GUA MAU TIDUR SIANG, NANTI KALO DIMARAHIN IBUN GIMANA?! Tapi untungnya ibun ga marah soalnya tau kalo lo berisik, bikin gua ga bisa tidur!!!"

Rayleigh diam membeku, mereka berdua bertatapan. Suasana di sana hening seketika, Rayleigh pun berhenti menangis walau masih sesenggukan.

"Terus gua harus apa?" Tanya Ray yang menahan tangisnya.

"Pake nanya! Udah lo diem aja, do'a in kucingnya yang meninggal, bukan malah nangis, berisik tau!"

"HUWAAAA BONDOLLLL, KENAPA KAMU NINGGALIN RAY NDOLL, NANTI RAY MAIN S-SAMA SIAPA, NANTI SIAPA YANG NEMENIN RAY, BONDOOOL."

Haga sedang meratapi nasibnya, ia tidak tahu harus bagaimana lagi karena Rayleigh semakin menjadi.

"Gua yang nemenin."

Rayleigh berhenti menangis, ia tidak mendengar apa yang Haga katakan, seolah tau apa arti tatapan Ray, Haga mengulangi perkataannya.

"Ck, gua yang nemenin."

"GAMAU, LO GALAK!"

"TERUS LO MAUNYA APAA?!!!"

"Mau Bondol." Ia menahan tangisnya sambil memandang pas foto yang berisi foto dirinya dan sang Kucing yang sudah mati itu.

Haga menghela nafasnya kasar, ia menidurkan dirinya di kasur Ray, sedangkan sang empu kaget kenapa ni anak tiba-tiba tiduran, kenal aja belum. Tapi Ray tidak menghiraukan Haga, ia tetap memandangi fotonya dengan sedih. Mungkin Ray sudah cape menangis sepanjang hari.

"Nama lo siapa?" tanya Ray pelan.

Haga tak langsung merespon pertanyaan Ray.

"Haga."

Ray ikut menidurkan tubuhnya di sebelah Haga, ia menatap langit-langit kamarnya.

"Haga, pernah ga ditinggal sama orang atau apapun yang lo sayang?"

Haga mengangguk, "pernah."

"Apa?"

"Ikan cupang Haga jatoh ke WC :(" Ucap Haga yang menahan tangisnya.

Ray ikut tersedih, mereka pun menangis bersama seraya menyebutkan nama peliharaannya yang sudah tiada itu. 

"Lah, malah nangis bareng." Ucap Margriet di balik pintu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

 ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayleigh
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Rayleighㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haga

Masa Kecil | RENHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang