8. Rumah

275 29 1
                                    

Setelah berhari-hari menemani sang Ibunda di rumah sakit akhirnya Haga kembali ke sekolah, ia langsung mendapati pertanyaan dari teman-temannya yang sangat penasaran.

"Bunda kamu udah sembuh, Haga?" Tanya Jaafar.

Haga mengangguk sambil tersenyum manis.

"Haga." Panggil Ray sambil menggenggam tangan Haga, ia menatap memar yang ada di tangan temannya itu.

Seolah paham apa yang dipikirkan oleh Ray, Haga berbisik kepada Ray, "ini aku ketiban gelas, bukan dipukul."

Haga tidak berbohong, waktu itu ia hendak menangkap gelas yang tak sengaja dijatuhkan oleh Helena. Setelah mendengar penjelasan dari Haga, Ray membuang nafasnya lega.

Haga menundukkan kepalanya, "Ayah ga pernah jenguk Ibun." Ucapnya pelan dan hanya terdengar oleh Ray.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Haga dan Ray pergi ke belakang sekolah, mereka menemukan tempat yang cocok untuk dijadikan tempat nongkrong mereka. Haga dan Ray saling tatap, mereka tertawa kegirangan karena menemukan tempat itu. Sepertinya belum ada yang memakainya. Mereka pun menghabiskan waktunya di sana.

"Nanti kesini terus yu!" Ajak Ray yang disetujui oleh Haga tanpa ragu.

"Ajak si kembar juga." Ucap Haga, Ray hanya mengangguk sambil tersenyum.

Ray duduk di sebuah kursi yang ada di sana, ia menjadikan tangannya sebagai bantalan, ia memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus. Haga ikut duduk di samping Ray.

"Eh! Tau ga?!"

Ray langsung terbangun dari duduknya karena terkejut. Haga menertawakan reaksi Ray alih-alih melanjutkan ucapannya.

"SANTAI DONG!" Omel Ray karena kesal, ia pun duduk kembali. Haga masih terbahak-bahak.

"Apaan?!"

Haga berhenti tertawa dan menghapus air matanya, ketika tertawa ia selalu mengeluarkan air mata. Raut muka Haga berubah menjadi serius.

"Apaan???" Tanya Ray yang sudah tidak sabar.

"Waktu aku di rumah sakit," ucap Haga sedikit berbisik, ia mendekatkan dirinya kepada Ray agar suaranya terdengar oleh Ray.

"Ada kejadian horor.."

Melihat muka Haga yang sangat serius Ray bergidik ngeri, apalagi ia sangat takut dengan yang berbau horor, tapi ia tetap penasaran.

"Terus?"

"Waktu aku mau ke kamar mandi, aku jalan sendirian di lorong, disitu sepi ga ada siapa-siapa. Terus, ada yang manggil namaku gini," Haga berdeham sebelum mempraktikkan apa yang ia alami.

"Haga~~"

Ray merinding, ia menutup telinganya karena suara Haga menjadi berbeda.

"Haga~ kemarilah~"

Krakk

Terdengar suara patahan ranting, mereka berdua diam membeku. Ray menggenggam baju Haga dengan sangat erat, ia memejamkan matanya karena takut.

"Ha~ga~"

Ray memukul lengan Haga.

"Haga, udah dong!!" Omel Ray.

"Lho? Aku kira itu suara kamu."

Mereka membulatkan matanya setelah menyadari apa yang sedang terjadi. Dari belakang ada sesuatu yang lompat ke arah mereka sambil berteriak.

"HAGAAA!!!"

"HUWAAA KABURRRR AAAARRGHHHHH." Teriak mereka berdua sambil lari ketakutan.

"Hahhahaha, payah banget mereka." Ucap Jaafar yang menakut-nakuti Haga dan Ray. Jaafan hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan. Mereka pun ikut berlari untuk mengejar Haga dan Ray yang lari terbirit-birit.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Haga dan Ray sudah lari sangat jauh, mereka berdua berhenti di tempat yang ramai.

"Lo sih, kenapa ceritain horor di tempat begitu!"

"Gua kan mau ceritain pengalaman?!!"

"Pokoknya jangan kesana lagi." Ucap Ray.

Nafas mereka masih belum stabil, mereka duduk di pinggir jalan sambil beristirahat. Dari kejauhan Haga melihat Jaafar dan Jaafan sedang berlari ke arah mereka berdua. Tak lama mereka pun sampai dan ikut duduk di pinggir jalan.

"Dari mana kalian?" Tanya Haga.

"Abis ngerjain kalian." 😁

Ray langsung mencari alat yang bisa digunakan untuk memukul Jaafar dan Jaafan, setelah menemukan ranting Ray langsung mengejar Jaafar yang berlari sambil menertawakan dirinya. Jaafan hanya tertawa melihat adiknya, lalu ia duduk di samping Haga.

"WOI! SINI LU JAAFAR!"

"GAMAU, WUU DASAR PENAKUT!"

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Pada akhirnya tempat itu dijadikan tempat untuk berkumpul oleh mereka berempat, hampir setiap hari mereka diam di sana sebelum pulang ke rumah masing-masing. Awalnya Ray tidak mau ke tempat itu lagi karena takut, namun ia tetap mengikuti ketiga temannya itu. Mereka sering sekali meributkan hal sepele, karena itu mereka menjadi sangat dekat. Tempat itu menjadi rumah kedua bagi mereka.

Setelah berminggu-minggu mereka memutuskan untuk memperindah tempat tersebut agar lebih nyaman, mereka memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak digunakan untuk menghias tempat itu. Hari demi hari mereka jalani di tempat itu dengan berbagai macam cerita random yang mereka alami. Tiada hari tanpa tawaan jika sedang bersama-sama.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

"Kalo ada masalah, datang aja kesini. Kita pikirin solusinya bareng-bareng." Jaafan.

"Mau sedih mau seneng, kita harus tetep sama-sama." Haga.

"Jangan ada yang rusak tempat ini." Jaafar.

"Pokoknya kursi ini tempat duduk aku, jangan ada yang nempatin." Ray.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Masa Kecil | RENHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang