12. That night

159 20 1
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤ

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤ

"Baru pulang, Nak?"

"Baru pulang, Yah?"

Setelah bertanya demikian suasana di sana menjadi sangat hening, atmosfir di ruangan itu sangat dingin, hanya terdengar suara jam dinding yang berdetak kencang. Brian menyimpan tangannya di rambut Haga, ia menepuk-nepuk pelan kepala anak semata wayangnya itu.

"Kamu sudah besar, ya." Ucapnya sambil tersenyum. Tentu saja pernyataannya itu memiliki arti yang tersembunyi. 'Kamu sudah berani melawan.'

Haga menepis tangan ayahnya dan pergi ke kamar miliknya tanpa sepatah katapun, ia mengunci diri di dalam. Haga meletakkan tas miliknya di kasur, ia mengambil sepasang baju dan pergi ke kamar mandi untuk membilas tubuhnya yang penuh keringat. Setelah di kamar mandi, ia membiarkan tubuhnya tersiram oleh guyuran air yang keluar dari shower.

Haga meneteskan air matanya, seluruh tubuhnya sangat lemas dan sedikit gemetar, jantungnya berdegup dengan kencang. Haga menatap kedua telapak tangannya yang masih gemetar, rasa takutnya belum hilang sama sekali. Setelah sekian lama ia berdiam diri di kamar mandi, dia pun menyelesaikan kegiatannya. Haga merebahkan dirinya di kasur, pikirannya sangat kacau, ia tidak tau harus bersikap seperti apa, ia juga bingung apa yang harus ia lakukan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤ

Tok tok tok

"Haga.. "

"Ayo kita makan malam dulu, nak."

"Haga.."

Helena terus memanggil Haga dari balik pintu, ia khawatir karena sedari sore anaknya tidak keluar kamarnya sama sekali.

"Haga!" Panggil Brian.

"Keluar kamu jangan kurang ajar!"

"Mas.." Helena memegang tangan suaminya dan menggelengkan kepalanya.

"Kamu jangan selalu manjain anak, liat jadinya dia susah di atur. Disuruh makan aja susah!"

Brian menggedor-gedor pintu kamar Haga lebih kencang seraya memanggil namanya. Setelah beberapa menit pintu kamar Haga terbuka.

Plakk

"Mas!!"

Brian menampar wajah pucatnya Haga, mata Haga yang merah menatap Brian dengan penuh amarah.

"Apa-apaan tatapanmu itu?!"

"Dipanggil dari tadi kamu gak dengar?! Ngapain aja di dalem, hah?! Telinga kamu masih berfungsi gak?!!!"

"BRIAN, CUKUP!"

Kali ini Brian mencengkram pipi Helena dengan sangat erat, ia menggertakkan giginya.

"Berani kamu bentak aku?"

Helena melepaskan cengkramannya dan mengabaikan pertanyaan dari Brian, ia segera menghampiri Haga untuk memeriksa kondisinya. Helena memegang kening Haga yang terasa panas, ia membawa Haga kembali ke kasurnya.

"JAWAB, HELENA!!"

"Ibun bawain makan sama obat dulu, ya." Helena tak kuasa untuk menahan tangisnya, Haga hanya mengangguk dengan lemas.

Masa Kecil | RENHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang