4. Mulai Hari Ini

306 25 0
                                    

Setelah mendengar cerita Haga yang menurut Ray menyedihkan, keesokan harinya Ray menjadi sedikit baik hati kepada Haga.

"Haga, pulangnya mau main dulu ga?" Tanya Ray kepada Haga yang sedang mengemasi peralatan tulisnya.

"Kemana? Belum bilang sama Ibun."

"Nanti kalo ada yang jemput bilang aja."

"Yaudah."

Tak lama dari itu mereka pun keluar dari kelasnya dan menunggu jemputan, mereka tidak tau siapa yang akan menjemput, karena setiap harinya tidak menentu, jika tidak dijemput Margriet ya oleh Helena.

Kali ini Helena yang menjemput mereka berdua, Ray langsung menghampiri Helen dan meminta izin untuk bermain sebelum pulang.

"Tante! Ray boleh ajak main Haga dulu ga?"

"Boleh dong, mau langsung main atau mau pulang dulu ganti baju?"

"Langsung aja deh tan, lagian besok libur jadi seragamnya bisa dicuci kalau kotor."

"Ya sudah, kalo gitu tante pulang lagi ya, nanti tante kasih tau mamah kamu Ray."

"Iya tan, makasih yaa~"

"Haga, Ibun pulang dulu ya, hati-hati." Ucap Helen setelah mengecup kening Haga.

"Iya, Ibun." Balas Haga, setelah itu dia mengecup pipi Helena.

Setelah berpamitan Helena pulang kembali ke rumah, Ray langsung berlari sambil menarik tangan Haga, mau tak mau Haga pun ikut berlari mengiringi langkah Rayleigh.

"Ray, mau kemana?!" Tanya Haga yang sedikit berteriak karena di sana cukup bising.

"Udah ikut aja!"

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Setelah berlari cukup lama, Rayleigh dan Haga sampai di tempat tujuan. Ray menidurkan dirinya di atas rerumputan hijau yang luas, ia mengatur nafasnya, begitupun dengan Haga. Mereka berdua memandangi langit tanpa membuka suaranya. Mereka menikmati hembusan angin yang sangat sejuk, cuaca siang ini sangat mendukung, tidak panas seperti biasanya.

"Gimana?" Tanya Ray sambil menatap Haga yang sedang memejamkan matanya. Haga tidak menjawab pertanyaan Ray.

Mereka tidak mengobrol, Ray membiarkan Haga yang sedang menikmati suasana tenang di sana. Ray bangun dari tidurnya, ia duduk sambil memainkan rumput-rumputan yang tumbuh subur di tempat itu. Ray mengingat kembali percakapannya dengan Margriet.

"Mah, tadi Haga cerita di sekolah, katanya dia ga suka diem di rumah karena berisik. Aneh ya, padahal di rumah itu nyaman, bisa tiduran, bisa main game, bisa makan, dan masih banyak lagi."

"Itu kan rumah kamu, kita gatau rumah Haga itu seperti apa. Rumah itu ga akan selalu nyaman, tapi ini bukan tentang rumah Ray."

Ray mengerutkan alisnya karena bingung, ia tidak mengerti apa yang disampaikan oleh Margriet.

"Nanti kamu paham kalo udah gede." Margriet mencubit pipi Ray gemas.

"Ray." Panggil Margriet setelah suasana menjadi hening.

"Hm?"

"Kamu harus jadi temen yang baik buat Haga, ya?"

"Ga mau, dia nyebelin!"

Margriet tersenyum mendengar respon dari anaknya itu. "Kalo dia ga suka sama rumahnya, kamu harus jadi rumah buat dia."

"Emang bisa?" Tanya Ray yang semakin kebingungan.

"Ya itu tadi, dengan kamu jadi temen yang baik buat Haga."

"Ray"

"Ray!"

Ray tersentak kaget dan menatap Haga dengan tatapan bertanya.

"Kenapa sih, kok ngelamun?"

"Emang ga boleh?! Apaan?"

Haga menidurkan dirinya kembali, ia menghela nafasnya kasar.

"Makasih." Ucapnya singkat.

Ray tidak menjawab, ia ikut menidurkan diri kembali di samping Haga. Mereka berdua memejamkan matanya dan tertidur di sana. Untungnya di sekitar sana sangat sepi dan tidak diketahui kebanyakan orang, jadi mereka tidak takut ada orang aneh yang menganggu.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Mereka tidur cukup lama, Haga terbangun setelah merasakan tetesan air jatuh di wajahnya. Haga membangunkan Ray karena sebentar lagi akan hujan deras.

"Ray, hujan."

Ray bangun sekaligus karena terkejut, ia melihat sekitar dengan kebingungan. Sepertinya ia lupa jika dirinya tertidur di rerumputan.

"Hujan?"

"Pake nanya, ayo pulang!"

Kali ini Haga yang menarik tangan Ray untuk berlari, Ray ikut lari walau sambil merengek. Hujan pun turun dengan deras, mereka belum sempat menemukan tempat teduh, akhirnya mereka mandi hujan.

"Lo sih lama larinya!" Omel Haga.

"Orang baru bangun!"

Haga melihat genangan air di depan Ray, dengan sengaja ia menghentakkan kakinya di genangan air itu, Ray yang terkena cipratan air pun kesal dan berniat untuk membalas Haga. Pada akhirnya mereka kejar-kejaran.

"WOI, TUNGGU HAGA!!"

Bukannya menunggu Ray, Haga berhenti untuk memberikan juluran lidah kepada Ray, setelah itu Haga berlari kembali sambil menertawakan Ray.

Setelah merasa lelah mereka berhenti untuk mengatur nafasnya. Ray memukul punggung Haga.

"Awas lo!"

"Dih?!"

Ray membulatkan matanya, ia meraba-raba punggungnya.

"Haga?!"

Haga mengerutkan kedua alisnya, ia tidak mengerti apa maksud Ray.

"TAS MANA?!"

Haga menepuk jidatnya pasrah.

"Ketinggalan..."

Mereka sedang merenungi nasib cerobohnya karena mereka sudah berlari cukup jauh untuk kembali ke tempat tadi.

"Terus sekarang gimana?" Tanya Haga.

"Ya ambil lah!"

Mau tidak mau mereka pun kembali lagi untuk mengambil tas sekolahnya, sepanjang perjalanan Ray merengek dan mengeluh, ia sangat menyesal karena terlalu malas untuk berjalan. Ray menangis karena kesal.

"Berisik lu!"

Ray menutup mulutnya sambil sesenggukan.

"Mamah, tolong jemput bisa ga sih?? 🥺" Batin Ray.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Masa Kecil | RENHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang