5. Fear

298 29 2
                                    

Ray dan Haga pulang dengan keadaan basah kuyup, mereka jalan gontai ke arah rumahnya masing-masing, sebenernya mereka takut kena omel karena buku sekolah mereka juga basah.

"Ibun, Haga pulang!" Ucapnya ketika membuka pintu rumahnya.

Tak lama dari itu Helena datang dengan sebuah handuk di tangannya. Ia langsung memberikan handuk itu dan mengambil tas Haga.

"Habis ini mandi ya, Ibun masak air dulu."

Haga mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, ia duduk di halaman belakang rumahnya. Helena menghampiri Haga yang sedang duduk sendirian.

"Haga, kamu kenapa?"

Haga menatap Helena, ia tidak paham kenapa sang Ibun bertanya seperti itu secara tiba-tiba. Helena menghembuskan nafasnya kasar, ia menatap langit yang masih mendung.

"Akhir-akhir ini kamu kayak banyak pikiran, ada apa sih? Coba sini cerita sama Ibun."

"Aku gapapa, ibunnn~" Jawab Haga sambil memeluk Helen.

"Ih! Baju kamu kan basah!" Omel Helena sambil mencubit hidungnya Haga, tapi ia tetap membalas pelukan Haga. Mereka tertawa bersama.

Sementara itu di rumah Rayleigh. Margriet sedang memandangi anaknya yang basah kuyup, Ray menundukkan kepalanya karena ia tau sebentar lagi Margriet akan memarahi dirinya.

"Maaf, mah." Ucapnya pelan.

"Kamu kenapa ujan-ujanan?! Emang di rumah ga ada air?!"

"Ya beda lah, aku kan keujanan bukan ujan-ujanan!"

"Apa? Ngejawab mulu kalo dibilangin!"

"Nanti aku diem salah, ngejawab salah! Gatau ah males aku, aku bilang nih sama ayah!"

"Yaudah bilangin sono! Nanti ga dibeliin game lagi."

"Huwaaa jangann!! Iya iya aku minta maaf, aku yang salah, mamah ga pernah salah, janji deh ga akan lagi!" Ray menangis sambil memeluk Margriet, ia membujuk Margriet agar diperbolehkan membeli mainan lagi.

"Yaudah, mandi sana!"

"Dingin, mau air anget." 🥺

Margriet : 🙄

Ray : 🥺🥺🥺

Margriet : 😕😟

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Setelah mandi Haga menghampiri Helena yang sedang melipat baju, Haga memeluk sang Ibunda dari belakang.

"Ibun." Panggilnya pelan.

"Kenapa, nak?"

"Besok Haga boleh nginep di rumah Ray ngga?"

"Lho, kenapa? Nanti bunda sendirian dong."

Haga diam sejenak, sebenarnya ia ragu untuk mengatakan ini.

"Besok ayah pulang, kan?" Tanya Haga pelan, pelan sekali.

Helena menghentikan aktivitasnya, ia menatap putranya dengan tatapan sedih. Ia mengusap rambut Haga dengan penuh kasih sayang.

"Haga takut sama ayah?" Helena menangkup kedua pipi Haga.

Haga berkaca-kaca, ia menganggukkan kepalanya ragu. Helena memeluk erat badan Haga, ia menangis di dekapan sang buah hati.

"Maafin bunda, ya?"

"Kenapa minta maaf? Udah jangan nangis dong, nanti Haga tambah sedih huwaaaa." Tangisan Haga semakin kencang, pelukan mereka pun semakin erat.

Helena berusaha untuk menghentikan tangisnya, ia menghapus air matanya dan air mata Haga.

"Maaf, Ibun belum bisa melindungi Haga dari ayah."

"Kalo Haga nginep di rumah Ray, nanti ayah marah sama ibun ga?" Haga bertanya sambil sesenggukan. Helena hanya menjawab pertanyaan Haga dengan senyuman.

Di luar, hujan turun lagi lebih deras dari sebelumnya. Hari ini Haga menempel terus dengan Helena, kemana pun Helen pergi pasti diikuti oleh Haga. Sebenarnya Helena tidak ingat bahwa besok suaminya akan pulang, ia sangat sedih karena Haga mengingat tanggal pulang ayahnya bukan karena antusias untuk menyambut kepulangan sang Ayah, tetapi Haga mengingatnya karena ia merasa ketakutan.

Brian, suami Helena, ia bekerja di luar kota sehingga ia tidak pulang setiap harinya. Hubungan Brian dan Helena sangat baik awalnya, namun karena mengalami kebangkrutan Brian menjadi sangat emosional dan tidak terkontrol. Kala itu usia Haga baru menginjak 7 tahun, dan sejak saat itu pula hubungan Brian dan Helena semakin memburuk karena Brian menjadi tempramen.

Haga sering sekali menyaksikan kedua orang tuanya berkelahi, Brian juga pernah memukul Helena di depan Haga berkali-kali. Terkadang Haga juga menjadi sasaran pelampiasan emosi sang ayah, ia sering menerima kekerasan fisik dari Brian sejak usia 8 tahun. Keberangkatan sang ayah ke luar kota membuat Haga sedikit tenang, ia tidak perlu menyaksikan kemarahan Brian setiap harinya.

Malam ini Haga memilih untuk tidur bersama Helena, Haga tidur sambil memeluk lengan Helena, ia mengerutkan alisnya dan berkeringat. Helena mengusap keringat Haga menggunakan ibu jarinya, hati Helena sangat tersayat melihat Haga yang seperti ini. Bahkan ketika tidur Haga tidak merasa tenang mengingat ayahnya akan pulang ke rumah esok hari. Pelukan Haga semakin erat ketika Helena berniat untuk ke kamar mandi, karena tidak tega ia menahan untuk tidak pergi agar Haga tidak terbangun dari tidurnya. Tak lama Helena ikut tertidur bersama Haga.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Seperti yang sudah direncanakan hari ini Haga akan menginap di rumah Ray, Haga sudah mengemasi barangnya ke dalam tas. Ia pergi ke rumah Ray setelah berpamitan dengan Helena.

"RAYY!!" Panggil Haga dari luar.

"RAYHANNN"

"APA LU RAYHAN SIAPA?!!" Ray muncul dari balik pintu sambil membawa alat tempurnya.

"Lagian dipanggil-panggil ga nyaut!" Haga menghampiri Ray.

"Mau kemana bawa tas?" 🤨

"Aku nginep ya malam ini." Jawab Haga dengan senyuman manisnya.

"HAH?!"

Seolah tidak peduli dengan Ray, Haga masuk ke dalam rumah dan menuju ke arah Margriet.

"Hai, tante!"

"Eh, Haga? Mau belajar bareng Ray?"

"Aku mau nginep, boleh ya, tan?"

"Boleh dong, tapi gapapa emang kalo Ray tidurnya suka ngorok?"

"IH MAMAHHH!" 😡

Haga dan Margriet menertawakan Ray. Setelah itu Haga dan Ray pergi ke kamar, mereka bermain bersama dan terkadang beradu argumen karena sama-sama tidak mau kalah.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Masa Kecil | RENHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang