3. Sebuah Gambar

331 29 0
                                    

Sudah seminggu Haga dan Ray duduk sebangku, dan mereka masih belum akur. Sekarang mereka sedang belajar seperti biasanya.


"Anak-anak, keluarin buru gambar sama pensil warnanya, ya~ Terus kalian gambar apapun yang kalian sukai!"

Mereka teriak kegirangan, karena kebanyakan dari mereka suka menggambar. Mereka pun mulai menggambar apa yang mereka sukai. Ray tiba-tiba menangis, Bu Guru yang melihatnya langsung menghampiri Ray untuk bertanya kenapa.

"Ray, kamu kenapa?"

"Aku mau gambar Bondol, bu, terus malah kangen.." 😢

Bu Guru berhasil menenangkan Ray walau agak lama, Haga yang duduk disampingnya hanya memandangi buku gambarnya yang masih kosong.

"Haga, kenapa belum mulai menggambar, nak?"

"Aku bingung Bu Guru."

"Bingung kenapa?"

"Tadi aku udah mau gambar, tapi aku malah kepikiran, hijau muda sama hijau tua umurnya beda berapa taun ya?" Tanya Haga yang menatap pensil warnanya.

Tami—Bu Guru, tertawa mendengar pertanyaan dari muridnya yang satu ini, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Haga, warna itu tua mudanya dilihat dari seberapa gelap dan terangnya warna tersebut, bukan dilihat dari seberapa lamanya warna itu ada~"

"Tapi ibu lebih terang kulitnya daripada punya Haga, berarti bu guru muda terus aku tua?"

"Ngga dong, kalo makhluk hidup seperti bu guru dan Haga, ketuaannya dilihat dari kapan makhluk itu ada di dunia atau dari kelahirannya, bu guru lahirnya lebih dulu daripada Haga, berarti bu guru yang lebih tua^^"

Sebenernya Tami bingung harus menjawab seperti apa, terkadang ia tidak bisa menjawab ketika muridnya ada yang bertanya, karena pertanyaan mereka tidak bisa ditebak.

"Haga, pinjem warna ini dong boleh ga?" Tanya Ray sambil menunjuk warna biru tosca.

"Gamau, kamu aja gamau minjemin penggaris batik."

"Yakan waktu kamu minjem lagi dipake sama aku?!!!"

"Ya sama aja!"

"Pinjem dong, aku ga punya warna ini.."

"Siapa suruh ga punya."

"Ya mana tau lah, nyebelin lo!"

"Biarin." 😒

Ray menyerah dan akhirnya ia meminjam pensil warna kepada si kembar. Setelah selesai menggambar dan mewarnai mereka pun istirahat.

Mereka bermain lari-larian di lapang sekolahnya, mereka berperan sebagai polisi dan maling yang sedang kejar-kejaran.

"HAGA, AKU GAMAU JADI MALING!" Protes Ray.

"Kan aku tadi batu, kamu gunting yaudah jadi kalah, aku jadi polisi sama Jaafar!"

"Ya gamau lah tukerann."

"Gamau, tuker aja noh sama si Jaafar."

"Dih, gamau!"

Masa Kecil | RENHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang