9.

2.6K 215 13
                                    

Sumpah gue gondok banget. Gue udah ngetik paanjang dan tiba-tiba kehapus sendiri. Bikin baper banget wattpad.

Jadi ... sorry kalo nggak greget soalnya gue ngetiknya dengan dada terbakar (?)

_______

9. Her

.

Kenapa gue bisa-bisanya ketauan mimpiin Danish. Emang dasar kampret.

Entah sudah berapa kali sejak beberapa hari lalu aku mengumpat dan sekarang aku mengumpat lagi sepanjang malam di teras rumah. Aku duduk menyila ditemani buku bahasa inggris yang akan menjadi ulangan terakhir besok. Tapi sumpah, aku bener-bener tidak bisa fokus. Aku kepikiran Danish terus.

Kenapa aku sering banget mimpiin dia? Padahal aku dulu sebelum ketemu Danish, jarang banget mimpiin orang. Kebanyakan mimpiku itu tokoh utamanya ya aku sendiri.

Oke, aku kayaknya mulai gila.

Elusan di punggung membuatku seketika mendongak menatap si pemilik tangan. Ternyata Afdan sudah berada tepat di depanku sambil duduk menyila dan menaruh dua gelas susu coklat di lantai.

"Cemberut aja, Neng." Katanya sambil menarik pipiku.

Aku mendecak sebal melihat tampang konyol kakakku yang sangat membangkitkan semangat mutilasi itu. "ISH, KAK! Jangan di cubit-cubit, sakit!" Omelku kemudian.

"Ya lagian ngomel mulu lo kayak tante lampir. Ngomong-ngomong, udah selesai belom belajarnya?" Tanya Afdan sambil menunjukan cengiran andalannya. Yah, bagi perempuan lain mungkin cengiran kakakku itu sangat amat keren dan bikin meleleh. Tapi kalau buatku, itu seperti senyuman setan.

Aku serius.

"Nggak konsen. Kepikiran terus sama yang terjadi ke gue belakangan ini." Kataku dan meneguk salah satu gelas yang berisi susu coklat tadi. Duh, surga dunia.

Afdan mengernyit. "Emangnya ada apa?"

Tak sadar hembusan nafasku lebih keras daripada biasanya, membuat siapapun yang melihat pasti yakin kalau bebanku itu sangat berat.

"Lo tau, belakangan ini gue sering mimpiin orang," Jeda sebentar. "Dan orang itu sering banget nemuin gue dalam keadaan bangun tidur. Dimana-mana. Bahkan di mimpi juga begitu."

"Serius, Nin? Kok lo nggak pernah cerita? Gue kira lo selama ini sering dianter temen lo yang rumpi-rumpi itu," Tanya Afdan antusias yang kubalas dengan anggukan spontan.

"Ya, gue serius. Tapi bukan itu yang gue pikirin sekarang, Kak,"

Afdan memfokuskan matanya menatapku dengan tatapan heran. "Terus apa?"

Aku menghela nafas kecil dan menggigit bibir bawahku. "Kakak tau? Orang itu selalu muncul di mimpi gue dengan keadaan yang seperti gue bangun tidur bangunnya ada dia dan gue ...."

"Lo ...?" Tanyanya tidak sabar.

"Gue gak yakin, selama ini gue beneran sedekat itu sama dia atau semuanya emang cuma mimpi." Kataku menyelesaikan.

Dan begitu terpikir gagasan semua-kejadian-kebetulan itu cuma mimpi, entah mengapa dadaku terasa sesak.

Masa iya, kebetulan-kebetulan itu ternyata cuma mimpi yang tanpa sadar bikin aku ... suka dia?

.

Mella menatapku lekat seakan-akan dia adalah hakim dan aku adalah tersangka dalam kasus pembunuhan yang sedang dia tangani. Dan ini bukan awal yang bagus untuk memulai kebebasan dari UAS yang baru saja selesai kemarin.

SleepaholicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang