13. Her
.
So, let me make this straight.
Aku membetulkan posisi dudukku yang tepat menghadap dia, ditemani sebuah kebab yang sangat indah juga menggairahkan yang sempat kami beli di kedai pinggir jalan.
Serius, aku nggak bohong. Kebab adalah salah satu makanan asal Turki yang paling aku suka, dan ya aku tidak bisa menahan hasrat untuk memakannya dengan membabi buta sekalipun ada cowok ganteng yang sudah kutetapkan menjadi crush tepat di hadapanku. Karena sumpah, kebab terlalu berharga untuk aku abaikan.
Dan yang membuat semangat makanku menjadi berkobar-kobar adalah saat aku melihat cowok yang sedang duduk di depanku dan sibuk dengan ponselnya sampai-sampai dia mengabaikan cewek yang sedang ngedate dengan dia.
Oke, bukannya aku kepedean. Sebenarnya aku juga nggak paham ini date atau bukan, tapi ... duh, situasi apa lagi dimana saat cowok mengajak cewek jalan berdua dengan keadaan sadar kalau bukan nge-date!?
Maka jadilah aku disini, memakan kebab milikku dengan ganas dan wajah yang kuyakini sangat terlihat sadis dan nelangsa. Karena sumpah, aku tuh nggak bisa di giniin.
Danish oh Danish ... peka dikit kek jadi cowok.
"Nin, lo cewek apaansih. Makan nggak ada anggun-anggunnya dikit." Danish menaruh ponselnya kembali di saku jeans-nya. Oke, aku ngaku kalau dari tadi aku memang memerhatikan setiap gerak-geriknya.
Dan oh bisa-bisanya dia mengataiku disaat aku begini karena dikacangin!
Aku mendelik ke arahnya dengan tatapan sadis. "Hah, lo bahkan nggak menyentuh makanan lo dan malah asik main hape terus ngocehin gue yang nggak anggun," Kataku sarkastik, berharap dia peka sedikit. "Daripada sayang, lebih baik kebab yang indah itu buat gue aja."
Dia menganga begitu mendengar permintaanku dan langsung menyodorkan kebab yang oh-sangat-indah itu dan sejenak membuatku melupakan kekesalanku pada Danish yang lebih memerhatikan ponselnya.
Paling juga, dia asik chat dengan Andin-Andin itu. Dan pikiran itu membuatku kesal hingga rasanya ingin melompat dari gedung pencakar langit di London.
Oke, itu sangat berlebihan.
"Nin," Katanya lagi begitu aku sibuk melahap kebab yang sangat menggairahkan dan menawan pemberiannya tadi.
Aku menoleh, "Hm?"
"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat tapi please, jangan ketawain gue." Pinta dia kemudian.
Aku mengernyit, pandanganku sepenuhnya teralih. "Tergantung," Aku mencetus. "Gue nggak bakal ketawain kalau seharian ini lo bisa stop menyebut nama barang-barang kesayangan lo itu. Because duh, I'm so done with those shit things."
Ya.
Aku bahkan curiga dia juga memberikan nama pada ponselnya.
.
"Gue gagal paham bagaimana bisa lo menemukan tempat se-lucu dan se-menggemaskan ini."
Pemandangan yang menakjubkan, tidak bisa dipungkiri. Aku tidak menyangka dia mengajakku ke tempat seperti ini, dan oh, aku bahkan baru tau kalau di Jakarta ada tempat yang sangat indah seperti ini.
Katakanlah aku kudet tapi seriously, kebiasaan tidurku yang berlebihan membuatku malas untuk jalan ke tempat-tempat jauh karena, yah, aku sering berfantasi dan memikirkan Afdan yang bisa-bisa pingsan karena tidak menemukanku dimanapun yang ternyata tertidur di tempat yang entah ada dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleepaholic
Teen Fiction(n) a person who loves sleeping or has a tendency to oversleep -•- Saat kukatakan aku ragu bahwa kebersamaannya itu hanya mimpi, aku serius mengatakannya. [ Completed ] • A Novel by Kei. ©2015.