PROLOG

23 14 22
                                    

Malam hari. Bulan purnama bersinar dengan terang. Langit yang tanpa bintang semakin membuat sinar bulan terlihat. Sungguh pemandangan yang biasa saja. Sampai tatapan Hardian jatuh pada sosok manusia yang sedang membawa-bawa baskom berisi makanan sisa?

"Mau buat apa? Ritual?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Hardian memperhatikan gerakan sosok tersebut. Mulai yang dari seperti memanggil-manggil lalu berjongkok dan tiga ekor anjing mendatanginya. Oh?

"Mau ngasih makan anjing?"

Benar saja. Sosok tersebut meletakkan baskom yang sedari tadi dipegangnya di tanah. Membiarkan tiga anjing memakan makanan dari baskom tersebut. Tangan sosok itu sesekali mengusap-usap bulu ketiga anjing.

Hardian dapat melihat senyum dari sosok tersebut. "Cantiknya," gumamnya. Dan tanpa berpikir dua kali, dia menghampiri sosok tersebut.

"Hai?" sapanya.

Sosok manusia yang disapa hanya meliriknya sekilas. Tanpa niat membalas sapaan tidak jelas itu. Hardian terkekeh geli. Entah kenapa langsung menyukai sikap tidak acuh dari manusia di hadapannya ini.

Dengan tampang sok gantengnya, Hardian ikut berjongkok. Lalu berkata, "Bapak kamu tukang sapu ya?"

Yang ditanya langsung memasang wajah muak. Ditatapnya manik mata Hardian yang membuat Hardian berdebar. "Cantik banget," gumamnya tanpa sadar.

Sosok manusia itu menghela napas. "Gue yatim," katanya.

Wajah cengo Hardian terpampang begitu mendengar dua kata yang diucapkan dari manusia yang dia gombalin satu menit lalu. ANJIR?!

"Pantesan gue langsung ngerasa kalo lo itu harus disayang." Memang dasar setan! Apa gunanya kamu cengo seakan sudah mengatakan hal paling menyakitkan tadi Hardian?

"Oh."

Hardian tersenyum mendapati respon tidak minat itu. "Nama lo siapa?" tanyanya kemudian.

Tidak ada jawaban.

"Lo sekolah di mana? Kelas berapa?"

Masih tidak ada jawaban.

"Lo nggak pake beha ya?"

Saat itu juga baskom mendarat dengan telak di ubun-ubun Hardian.

°
Karina tidak tahu mengapa manusia sialan macam Hardian jadi rutin mengganggunya setelah pertemuan pertama mereka di malam hari itu.

Hardian sangat gencar mendekatinya sembari melontarkan gombalan-gombalan basi yang memekakkan telinga. Serius?! Karina ingin sekali membuang Hardian ke lumpur hidup setiap kali mulut pemuda itu terbuka.

Hah ....

Kehidupan damainya.

Bye, bye!

"Hardian bangsat!"

°
TBC

Karina Galak Milik HardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang